fbpx

Pembinaan Keluarga : Meja Sembahyang dan Piring Natzar (Bag. 2 – Habis)

AMBON, jemaatgpmsilo.org

MEJA SEMBAHYANG DAN PIRING NATZAR (PIRING PERSEMBAHAN)
oleh : Dr. Ny. Nancy. N. Souisa/Gaspersz M.Si

Piring Natzar adalah nama sebuah kebiasaan umat dengan menempatkan piring khusus di atas meja khusus dan disekitar meja itu biasanya anggota keluarga berkumpul dan berdoa. Meja Sembahyang dan Piring Natzar adalah bagaikan altar dalam keluarga, sebagaimana altar dan meja khusus untuk diletakkan persembahan di gereja. Piring Natzar pada jaman dahulu menjadi tempat berdoa dalam berbagai seremoni, seperti pada Pernikahan. (hl. 161) Selain itu, tempat anggota keluarga menaruh ungkapan persembahannya, a.l. uang.

Meja Sembahyang dan Piring Natsar secara apa adanya merupakan peralatan yang ke-ada-annya menjadi simbol dari persekutuan/gereja. Ia berfungsi sebagai media bagi ungkapan perasaan dan iman umat kepada Tuhan. Piring Natsar, adalah simbol dan tempat yang baik serta khusus untuk anggota keluarga menyatakan persembahan hidupnya kepada Tuhan. Bukan sekadar tempat menaruh “uang” melainkan tempat dimana keluarga menjalin relasi intim dengan Tuhan sendiri. Dengan adanya Meja Sembahyang dan Piring Natsar, keluarga sebenarnya telah menyatakan bahwa persekutuannya adalah gereja yang beribadah dan menyembah Tuhan. (berdoa, menyanyi, bermeditasi, bersekutu dan berkarya).

Ia menjadi ruang yang khusus – sakral bagi setiap pribadi untuk memasuki relasi yang intim dengan Tuhannya. Di ruang itu, segala sesuatu terbuka di antara pribadi manusia dan Tuhannya. Segala hal menyangkut kehidupan dibagi, terhubung dan dikelola untuk memberi kekuatan hidup. Sebagaimana Tuhan sangat memperhatikan kehidupan umat, maka umat yang bernatzar adalah yang serius dalam merawat hidupnya dan berelasi dengan Tuhan sangat akrabnya.

Sayangnya tradisi ini semakin jarang ditemukan dalam keluarga-keluarga Kristen. Meja Sembahyang dan Piring Natsar tidak lagi menjadi tempat khusus bagi keluarga Kristen. Memang bukan berarti bahwa kehidupan rohani keluarga Kristen semakin memudar, namun tanda-tanda keluarga sebagai pusat kekristenan sudah tergeser. Di dalam keluarga, sudah mulai berkembang kondisi dimana setiap anggota keluarga secara sendiri-sendiri mengembangkan imannya. Itu hal penting, namun perlu berjalan bersama dengan persekutuan keluarga. Iman itu menjadi jembatan, bukan hanya manusia dan Tuhannya, melainkan juga antara manusia dengan manusia lainnya.

Persekutuan iman keluarga bukan lagi yang prioritas, melainkan hanya salah satu persekutuan saja. Malah sekarang cenderung, keluarga-keluarga perlu dibina karena pembinaan di dalam keluarga itu sendiri kadang tidak bisa menjadi kekuatan bagi anggota keluarga untuk membawa hidupnya di tengah perubahan masyarakat.

Oleh karena itu, kita perlu secara sadar mengembalikan pusat kekristenan ke dalam keluarga. Salah satunya adalah mengembalikan altar peribadahan dan penyembahan diri sebagai keluarga ke dalam satu tempat khusus di dalam rumah kita. Di antara sekian ruangan yang ada di dalam rumah kita, ada ruang khusus, walau kecil dan sederhana, tetapi lebih dari ckup untuk menjadi tempat bersekutu dan berdoa bersama. Keluarga yang bersekutu bersama, membawa Tuhan untuk menempatkan hatiNya.

*by : Subseksi Pembinaan Keluarga

Leave a Reply to StevRerm Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *