Santapan Harian Keluarga, 15 – 21 Juli 2018
Minggu, 15 Juli 2018
bacaan : Kejadian 18 : 16-33
Doa syafaat Abraham untuk Sodom
16 Lalu berangkatlah orang-orang itu dari situ dan memandang ke arah Sodom; dan Abraham berjalan bersama-sama dengan mereka untuk mengantarkan mereka. 17 Berpikirlah TUHAN: “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? 18 Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? 19 Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.” 20 Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. 21 Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.” 22 Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN. 23 Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? 24 Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? 25 Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” 26 TUHAN berfirman: “Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.” 27 Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. 28 Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?” Firman-Nya: “Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana.” 29 Lagi Abraham melanjutkan perkataannya kepada-Nya: “Sekiranya empat puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat puluh itu.” 30 Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.” 31 Katanya: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.” 32 Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.” 33 Lalu pergilah TUHAN, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham; dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.
Mengapa Harus Lapor Polisi ?
Setiap hari ketika pulang kantor pa Robby harus melihat disamping rumahnya sekelompok pemuda yang berjudi, maki-makian dan mabuk dari pagi sampai malam sehingga sangat mengganggu ketenangan hidup lingkungan. Masyarakat sekitar dan RT/RW pun tak peduli dengan perilaku para pemuda tersebut, karena mereka pun sibuk dengan berbagai persoalan hidup dan kerja. Para pemuda itu pun merasa mereka bertindak dalam rumah teman mereka Ronny, bahkan keluarga Ronny pun tak menggubris keberadaan mereka karena mereka saling membutuhkan. Keluarga Ronny menjual sopi. “Telepon polisi saja pa…… , supaya mereka langsung diangkat. Kita tidak kenal anak-anak itu, dimana mereka tinggal dan siapa orangtua mereka bahkan tuan rumah pun masa bodoh”, demikian permintaan istri pa Roby. “Apakah itu cara yang tepat? Apakah kita tahu alasan mereka berbuat demikian? Lalu, dimana tugas kita sebagai orang Kristen, sebagai orangtua yang diutus Tuhan ke dalam dunia? Melapor mereka ke polisi adalah cara yang tidak menolong dan menuntun mereka untuk bertobat. Bukankah Tuhan selalu ingin supaya orang fasik, orang berdosa itu bertobat dan kembali ke jalan yang benar dan memiliki masa depan? Tugas kita sebagai orang Kristen adalah menyatakan keinginan Tuhan tersebut melalui perkataan dan perbuatan nyata kita kepada mereka. Jadi, kita harus menolong mereka. Sebaiknya, kita mendoakan mereka tiap saat dan saya akan mendampingi mereka setiap waktu, supaya mereka mengerti kalau yang mereka lakukan itu sangat tidak berguna untuk masa depan mereka. Setiap Orang Kristen dipilih untuk menyatakan kebenaran dan keadilan,,.. Lakukanlah..!!
doa : Tuhan, KebenaranMu dan KeadilanMu kulakukan, amin
Senin, 16 Juli 2018
bacaan : Ulangan 7 : 1-6
Sikap terhadap penduduk tanah Kanaan
“Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, 2 dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. 3 Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; 4 sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. 5 Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis. 6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.
Kekudusan Hidup = Kualitas Diri
”Ibu Pendeta, beta su berdosa par Tuhan selama ini. Beta pung tali kaeng, mulut burung, deng berhala satu ni, selalu beta pake par biking susah orang, par barubah, par jaga beta diri, padahal beta sakit zeng pernah bae, beta pung anak sendiri mati ditangan beta. Jadi, beta serahkan berhala-berhala yang zeng berguna ni par ibu. Tapi, beta minta ibu berdoa minta Tuhan Allah ampong beta jua, lalu ibu berdoa air satu botol ni supaya jang beta inga-inga kata-kata mantra tu. Bukan cuma beta, tapi beta pung anak laki-laki yang tua lai”. Demikian bapak Okto menyampaikan penyesalannya dan pertobatannya. Untuk waktu yang sangat lama, dari usia 20thn-50thn, bapak Okto merusak kekudusan hidupnya sebaqai seorang Kristen. Sangat ironis!!!! Bapak Okto sering beribadah tapi bapak Okto menyembah berbagai berhala dunia. Sebagai istri, ibu Tina menolak semua perbuatan dosa bapak Okto, lbu Tina selalu berdoa meminta Tuhan memberi hikmat bagi bapak Okto supaya bertobat dari jalan yang salah serta memiliki kekudusan hidup. Sehingga disisa hidupnya, bapak Okto bertobat. Memiliki dan menjaga kekudusan hidup sebagai orang pilihan Allah adalah hal mendasar yang wajib diberlakukan oleh seorang Kristen. Hidup kudus adalah hidup yang tidak melakukan dosa dalam berbagai bentuk, dan menolak, menghancurkan berbagai bentuk penyembahan berhala, kepercayaan kepada kuasa tete bapa nene moyang gunung tanah, percaya pada orang-orang mati serta beribadah dan menyembah hanya kepada Allah. Didalam kekudusan hidup tersebut kualitas diri seorang Kristen terungkap secara nyata. Jagalah Kekudusan Hidupmu sebagai Orang Pilihan Allah.
doa : Tuhan, aku ingin hidup dalam Kekudusan-Mu, amin
Selasa, 17 Juli 2018
bacaan : Ulangan 17 : 14-20
Hukum tentang raja
14 “Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, 15 maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu. 16 Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi. 17 Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak. 18 Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. 19 Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya, 20 supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya, supaya jangan ia menyimpang dari perintah itu ke kanan atau ke kiri, agar lama ia memerintah, ia dan anak-anaknya di tengah-tengah orang Israel.”
Presiden pun Butuh pertolongan Ilahi
Ketika William McKinley (1843-1901) diambil janjinya sebagai presiden Amerika Serikat ke-25, ia mengucapkan kalimat ini ‘Tuhan, beri saya kekuatan, kebijaksanaan dan pengetahuan, sehingga saya bisa memimpin bangsa ini”. Luar biasa..!!!, seorang presiden yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam Negara, juga memiliki banyak kekuatan seperti senjata militer, pasukan perang, uang yang banyak tetapi masih meminta pertolongan dari Tuhan. Setelah acara pelantikan selesai, Rev. W.V. Morisson (gurunya) berkata: “Engkau memiliki tanggungjawab yang besar diatas pundakmu, tetapi kasih dan kepercayaan bangsa Amerika ada di belakangmu”. Presiden menjawab: “Saya berharap, saya memperoleh simpati dan doa dari dan semua orang kudus”. Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan para raja yang memerintah di Israel. Bahwa, raja harus memerintah sesuai dengan kehendak Tuhan dan jika ada masalah raja harus meminta petunjuk Tuhan, sehingga kehendak Tuhan yang berlaku dalam pemerintahan dan masyarakat Israel. Karena itu, raja di Israel tidak memerlukan kuda yang banyak atau harta yang banyak. Jika mereka berperang, Tuhan bersama mereka dan memberi pertolongan serta kemenangan bagi mereka sama seperti ketika Tuhan membebaskan Israel dari Mesir. Ketika Tuhan yang menjadi andalan raja dalam memerintah, maka mereka tidak akan tinggi hati bila sukses, mereka tidak menyiksa rakyat untuk kesenangan pribadi/keluarga mereka memimpin dengan adil dan benar, maka rakyat hidup aman dan sejahtera. Jadi, kekuatan dan kesuksesan raja sangat bergantung atau ditentukan oleh Tuhan, apalagi kita..??
doa : Ya Tuhan, hidupku sangat bergantung pada-Mu, amin
Rabu, 18 Juli 2018
bacaan : Galatia 1 : 11-24
Bagaimana Paulus menjadi rasul
11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. 12 Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. 13 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. 14 Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. 15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; 17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. 18 Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. 19 Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. 20 Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. 21 Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. 22 Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. 23 Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. 24 Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Saya Telah Melihat Injil
Seorang pelancong di Cina bertanya kepada seorang penduduk setempat, “Apakah dia pernah membaca Injil?” Jawab orang itu: “Tidak, tetapi saya pernah melihatnya. Saya melihat seorang pria yang memiliki perangai yang sangat buruk. Dia menjadi teroris bagi tetangganya. Ucapannya kasar. Diapun seorang criminal dan binatang buas bagi sesamanya. Tetapi ajaran Yesus membuatnya menjadi pria yang lembut dan baik hati dan telah bertobat. Saya memang belum pemah membaca Injil, tetapi saya telah melihat lnjil. Saya melihat Injil dalam diri orang yang telah bertobat itu”. Memahami lnjil dan melakukannya dengan benar melalui sikap dan perbuatan adalah cara yang paling tepat dalam memberitakan Injil. Itulah cara yang dipakai oleh Paulus untuk meyakinkan banyak orang bahwa Injil yang diberitakannya adalah Injil yang berasal dari Yesus. Paulus menunjuk kepada dirinya sendiri yang semula tanpa batas menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya serta sangat rajin memelihara adat-istiadat Yahudi. Tetapi, ketika berjumpa dengan Yesus, Paulus bertobat, dan hidup menuruti segala yang diajarkan Yesus. Paulus meresponi panggilan dan pilihan Yesus dalam hidupnya sehingga Paulus bersungguh sungguh melakukan dengan benar dan adil segala perintah Yesus. Hasilnya adalah banyak orang yang mau menerima pengajaran lnjil yang diberitakan oleh Paulus, banyak orang menjadi percaya pada Yesus. Jadi, untuk membuat orang lain percaya kepada Yesus, maka sangat dibutuhkan sikap dan perbuatan orang Kristen yang sesuai dengan pengajaran Yesus. Seringkali orang Kristen menjadi batu sandungan bagi orang lain karena sikap dan perbuatannya bertentangan dengan Injil.
doa : Ya Tuhan, aku ingin hidup sesuai dengan perintah-Mu, amin
Kamis, 19 Juli 2018
bacaan : Yeremia 1 : 4-10
Yeremia dipanggil dan diutus
4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” 6 Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” 7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. 8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” 9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. 10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.”
Berani Berkata Benar
“Jabatan masih bapak miliki, namun jika bapak memutuskan untuk bercerai dari istri, maka orang lain akan memandang jabatan yang bapak miliki sebagai sesuatu yang tidak ada artinya. Dan bapak musti ingat pada akhirnya bapak akan mempertanggung jawabkan keputusan bapak kepada Tuhan Allah”, kata seorang pelayan dengan penuh ketegasan kepada seorang bapak. Kata pelayan itu pula, “jika ada yang saya lihat salah, saya harus berani untuk mengatakannya. Karena itulah tugas saya sebagai pendeta“. Berani untuk menegur yang salah dan mengatakan yang benar haruslah menjadi kesadaran diri setiap orang percaya. Sebab kita dipanggil untuk mengatakan tentang kebenaran atau yang Tuhan kehendaki, sekalipun mungkin saja orang lain yang mendengarnya sulit menerima karena mereka meragukan kita dan kemampuan yang kita milik. Sama seperti Yeremia yang meragukan dirinya untuk mengatakan apa yang Tuhan kehendaki, karena ia memandang dirinya masih muda dan tidak pandai berbicara. Namun ketika konsep Yeremia terhadap dirinya kita temukan dalam rencana pemanggilan dan pengutusan Tuhan Allah kepada Yeremia, maka baik Yeremia maupun kita diingatkan bahwa jika Tuhan memilih maka Ia akan menyiapkan orang tersebut dan menyertainya supaya kehendak Tuhan yakni pembebasan dan keselamatan dapat tersampaikan. Dan hal penting lainnya yang kita dapat tetap belajar dari Yeremia yakni selalu bersedia membuka diri untuk dibentuk dan dipakai oleh Tuhan.
doa : Ya Tuhan, bentuklah kami dan pakailah kami supaya keadilan dan kebenaran dapat terus dinyatakan, amin
Jumat, 20 Juli 2018
bacaan : I Samuel 2 : 27-36
Nubuat tentang Eli dan kaum keluarganya
27 Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? 28 Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. 29 Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? 30 Sebab itu–demikianlah firman TUHAN, Allah Israel–sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang–demikianlah firman TUHAN–:Jauhlah hal itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. 31 Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. 32 Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. 33 Tetapi seorang dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh pedang lawan. 34 Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati. 35 Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi. 36 Kemudian siapa yang masih tinggal hidup dari keturunanmu akan datang sujud menyembah kepadanya meminta sekeping uang perak atau sepotong roti, dan akan berkata: Tempatkanlah kiranya aku dalam salah satu golongan imam itu, supaya aku dapat makan sekerat roti.”
Hidup Benar, Berkat Bagi Keluarga
Menjalani hidup dengan berlaku baik misalnya jujur, tidak mencuri dan tidak menyusahkan orang lain tidak hanya akan mendatangkan berkat bagi diri, namun juga bagi seluruh keluarga bahkan berkat tersebut pun akan dinikmati oleh keturunan orang tersebut, demikian prinsip hidup seorang laki-laki paruh baya, yang telah berhasil membesarkan dan mendidik tiga orang anaknya hingga mereka semua berhasil dalam pendidikan, memperoleh pekerjaan dan kita hidup bahagia dalam keluarga masing-masing. Hampir 19 tahun istri dari laki-laki yang sudah mendekati usia 70 tahun tersebut sudah meninggal. Dengan bekerja keras dan bekerja dengan memegang prinsip hidupnya, ia berjuang supaya keluarganya terus diberkati oleh Tuhan. Apa yang dilakukan oleh lelaki berusia lanjut ini mengingatkan kita bahwa sebagai orang tua, kita bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita secara benar. Rasa sayang dan cinta kita kepada anak-anak atau keluarga kita tentunya tidak dapat membuat kita mengeyampingkan nilai-nilai kebenaran dari ajaran Tuhan, sekalipun mungkin tidak menyenangkan dampak penerapan ajaran Tuhan tersebut bagi anak-anak atau keluarga kita. Nas bacaan kita hari ini membelajarkan kepada kita sikap imam Eli yang salah dalam mendidik anak-anaknya. Hal tentang loba atau mencari keuntungan dan kesenangan diri sendiri dari sikap Imam Eli dan keluarganya dikecam oleh Tuhan Allah. Ia dianggap tidak lagi menghargai Tuhan, akibatnya ketiadaan berkat, kehilangan kepercayaan dari Tuhan dan kebinasaan keluarga atau keturunan pun harus ditanggung oleh Imam Eli dan anak-anaknya.
doa :Tolonglah kami Tuhan untuk mendidik anak-anak kami berjalan di jalan-Mu, amin
Sabtu, 21 Juli 2018
bacaan : Matius 12 : 15b-21
(12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”
Lihat dan Ikutilah, Yesus Hamba Tuhan
Matius 12:18-21 dikutip oleh Penulis Injil Matius dari Yesaya 42:1-4. Penempatan bagian ini pada Injil Matius tentunya akan membuat kita memahami bahwa yang dimaksud dengan Hamba Tuhan adalah Yesus. Penolakan dan ketidakpercayaan kepada Yesus sebagai Mesias dalam konteks jemaat saat itu memang telah mendorong penulis Injil Matius untuk meyakinkan mereka dengan bercerita tentang pelayanan dan karya Yesus yang penuh mujizat – dapat dilihat pada perikop sebelumnya – kemudian penulis melanjutkan dengan penegasan tentang diri Yesus sebagai hamba Tuhan, yang ia kutip dari nubuatan nabi Yesaya. Kutipan nubuatan ini untuk menekankan bahwa Yesus sebagai Hamba Tuhan hanya dapat diperkenalkan dalam inisiatif Tuhan Allah bukan oleh Yesus sendiri (ayat 16). Hal ini sekaligus untuk memperlihatkan bahwa Yesus sebagai seorang Hamba memiliki relasi dengan Tuhan Allah. Kata “pilih” merupakan kata yang menegaskan kuatnya relasi tersebut. Dengan menggunakan kata “pilih”, penulis injil Matius sementara memposisikan Yesus sebagai orang yang istimewa sehingga layak dipilih oleh Tuhan Allah. Dalam keistimewaanNya melekat tugas khusus Yesus sebagai Hamba Tuhan untuk menyatakan hukum yang berimplikasi pada penegakkan keadilan. Keadilan itu pun merata bagi semua bangsa. Dengan memahami apa yang dilakukan oleh Yesus, maka sebagai orang percaya, kita dituntut untuk percaya kepadaNya dan meneladani apa yang dilakukan oleh Yesus. Melakukan keadilan dapat menjadi ciri istimewanya diri kita, sebagai umat pilihan Tuhan.
doa : Kami percaya kepada-Mu, Yesus, Hamba Tuhan. Tuntunlah kami untuk hidup meneladanimu. Amin.
*sumber : SHK LPJ-GPM bulan Juli 2018

