fbpx

Santapan Harian Keluarga, 7-13 Juli 2019

AMBON, jemaatgpmsilo.org

Minggu, 07 Juli 2019                                 

bacaan : Mazmur 128 : 1 – 6

Berkat atas rumah tangga
Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! 2 Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! 3 Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! 4 Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN. 5 Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, 6 dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!

Keluarga Pewaris Nilai Kehidupan

Mazmur 128 mengajar tentang bagaimana sebuah keluarga diberkati dengan kebahagiaan hidup. Kuncinya adalah semua anggota keluarga hidup takut akan Tuhan dan menurut jalan yang ditunjukan-Nya. Artinya menjadikan Tuhan dan perintah-Nya sebagai dasar utama kehidupan keluarga.Keluarga hidup sesuai prinsip firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan setiap hari. Apabila semua anggota keluarga membangun hidup dalam takut akan Tuhan dan petunjuk-Nya, pasti mengalami berkat yang luar biasa. Berkat menikmati hasil jerih lelah pekerjaan. Tuhan setia memberkati orang laki-laki yang bekerja dengan takut akan Tuhan, sehingga ia dapat menikmati hasil keringatnya dengan penuh sukacita demi membahagiakan keluarganya. Berkat istri akan menjadi pohon anggur yang subur di dalam rumahnya. Sama seperti tanaman pohon anggur, yang dipelihara dengan baik akan menghasilkan minuman yang segar dan menyenangkan hati. Demikian juga seorang istri yang takut akan Tuhan, ia akan seperti pohon anggur yang memberikan kesegaran dan kegembiraan bagi keluarga. Begitupun dengan para suami dituntut perlakuan yang sama, sehingga keluarga yang dibangun akan penuh cinta kasih dan damai sejahtera. Berkat anak-anak akan nenjadi seperti pohon zaitun di sekeliling meja. Pohon zaitun adalah tanaman yang kuat dan tidak mudah roboh. Anak-anak akan kuat dan kokoh dalam iman ketika melihat teladan yang baik dari kedua orangtuanya, dan tentu masa depan anak-anak pun berbahagia dan sejahtera. Diharapkan anak-anak akan menjadi pewaris nilai kehidupan: Hidup takut Tuhan dan menghormati orang tua. Syalom.

Doa: Ya Tuhan, berkatilah keluarga kami menjadi sarana pewarisan nilai-nilai kehidupan dengan melimpahkan bagi kami kebahagiaan sejati, dan jadikan keluarga kami saluran berkat bagi sesama. Amin.

Senin, 08 Juli 2019                                  

bacaan : Amsal 29 : 15

15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.

Sesungguhnya Warisan Yang Paling Berharga  Adalah: Keluarga

Kita mungkin pernah mendengar cerita dongeng tentang Maling Kundang, sang anak durhaka. Demikian pula cerita rakyat Maluku, Batu Badaong, yang menceritakan seorang ibu yang kecewa terhadap anak-anaknya dan memilih ditelan oleh sebuah batu. Kisah-kisah itu memuat pesan tentang anak yang tidak menunjukan rasa hormatnya pada orang tua. Namun kisah-kisah tersebut secara tersirat juga memuat pesan tentang kegagalan pendidikan di dalam keluarga, di mana orang tua tak mampu mewariskan nilai kehidupan bagi anak mereka. Anak dapat menjadi keras kepala bila terlalu dimanja, sehingga dengan siapapun ia bisa bertindak semaunya; sebaliknya bila terlalu protektif, atau tegas berlebihan, maka anak akan menjadi trauma, kurang pergaulan, bahkan cenderung individualis. Oleh sebab itu setiap didikan dan pengajaran haruslah memiliki nilai ajaran yang berguna bagi kehidupan. Inti dari didikan menurut Amsal adalah mencapai hikmat. Hikmat yang dimaksudkan di sini adalah hikmat sejalan dengan kehendak Tuhan. Orang tua dapat menerapkan nilai-nilai Kristiani yang utama seperti  takut Tuhan dan berikutnya adalah moral dan etika berdasarkan Firman Tuhan. Bila dianggap perlu, maka tidak hanya nasihat dan petuah, tapi juga teguran dan hukuman, bila anak melakukan kesalahan. Pola pendidikan terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah: Teladan hidup. Seorang Anak dapat menjadikan orang tuanya sebagai  sosok ideal,  bila orang tua mampu  menjadi panutan di dalam keluarga.

Doa: Tuhan,bentuklah anak-anak kami seturut kehendakMu, Amin.

Selasa, 09 Juli 2019                                   

bacaan : I Samuel 3 : 1 – 14

Samuel terpanggil
Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering. 2 Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. 3 Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. 4 Lalu TUHAN memanggil: “Samuel! Samuel!”, dan ia menjawab: “Ya, bapa.” 5 Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil; tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. 6 Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuelpun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” 7 Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. 8 Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Iapun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. 9 Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. 10 Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” 11 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. 12 Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. 13 Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! 14 Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya.”

Menegur Karena Mengasihi

Kitab Perjanjian Lama,menceriterakan hubungan Allah dengan Israel yang diwarnai dengan pemberontakan  dan hukuman. Kisah tentang rencana Allah untuk menghukum anak-anak Imam Eli, adalah salah satu contoh bagaimana Allah menerapkan didikan yang tegas tanpa pandang bulu. Dengan kata lain, tindakan Allah adalah akibat dari perbuatan manusia yang jahat. Imam Eli sendiri tak mampu menegur anak-anaknya. Pesan berharga bagi kita semua adalah, terkadang Tuhan perlu memperingatkan kita dengan cara-Nya agar kita ingat segala dosa kita dan dapat memiliki kesempatan untuk bertobat. Kesalahan memang bisa dimaafkan namun tidak boleh dipelihara atau dibiarkan terus terjadi, karena bila itu dibiarkan maka dapat berkembang menjadi pemberontakan. Imam Eli tidak mampu menerapkan didikan yang  tegas kepada anak-anaknya, sehingga mereka dapat berbuat semau-maunya. Sebagai orang tua, Ia tak mampu menegur atau memarahi mereka, malah terkesan membiarkan mereka berbuat dosa. Mulutnya terkesan diam seribu bahasa  dan membiarkan Allah yang dilayaninya dihujat oleh anak-anaknya sendiri. Yesus Kristus telah berkorban untuk menebus segala dosa kita. Namun  meskipun tindakan penebusan  itu menjadi jaminan bahwa Allah tidak memperhitungkan segala dosa kita, namun kita tidak dapat bertindak sekehendak hati. Pertobatan adalah pintu bagi rahmat Allah. Oleh sebab itu, segeralah menegur anak-anak bila mereka berbuat salah, dan ajarkanlah mereka untuk memperbaiki diri karena itu akan menghindarkan mereka dari malapetaka.

Doa: Tuhan, tolong kami untuk menegur anak-anak kami, jika mereka melakukan kesalahan. Amin.

Rabu, 10 Juli 2019                                    

bacaan : Amsal 31 : 1 – 9

Amsal-amsal untuk Lemuel dari ibunya
Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya. 2 Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku? 3 Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja. 4 Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras, 5 jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas. 6 Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. 7 Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya. 8 Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. 9 Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.

Jagalah Anak-Anakmu

Jika ayah seorang pemabuk, ibu seorang pekerja keras, bagaimana dengan kehidupan anak-anaknya? Apakah alkohol yang akan ayah berikan kepada anak-anak? Tentu anak-anak ingin sosok seorang ayah yang mengayomi, yang dapat memberi teladan. Sebaliknya jika ayah pekerja keras dan ibu hanya menghamburkan uang dengan shoping dan jalan-jalan,  bagaimana dengan kebutuhan anak-anak? Jangan orang tua memberikan sesuatu yang tidak bermanfaat dalam hidup mereka. Mereka malu terhadap teman-teman, bahkan mungkin ejekan “orang tua pemabuk”, adalah gangguan pada mereka dan mereka akan menjauh dari orang tua mereka. Pernahkah orang tua bertanya apa yang akan saya berikan kepada anak-anak? Mau berikan alkohol, supaya mereka mabuk, menjadi pecandu (alkoholisme). Anak-anak ibarat tunas pohon zaitun, dipelihara, sebab kelak akan berguna bagi keluarga, gereja dan bangsa. Dalam membesarkan dan mendidik anak-anak menjadi tanggung jawab papa dan mama (suami dan istri). Belum cukup seorang istri atau suami bekerja sendiri dan membesarkan anak-anak. Mereka berdua harus melaksanakan tanggung jawab dengan segenap hati, bukan setengah-setengah. Keluarga itu akan bahagia dan sukses jikalau ada kerjasama yang baik diantara seluruh anggota keluarga. Jaga keluarga kita baik-baik, Tuhan telah titipkan anak-anak kepada kita. Berikan cinta kasih kepada mereka, ajarilah mereka untuk mengenal dan melakukan kehendak Allah.

Doa:  Tuhan mampukanlah kami membesarkan dan mendewasakan anak-anak menurut firmanMu. Amin.

Kamis, 11 Juli 2019                                  

bacaan : Amsal 22 : 15

15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.

Didiklah Anak-Anak Pada Jalan Tuhan

Kebanyakan orang tergiur dengan uang, disodorkan amplop, akan dia terima dengan senang. Namun ada seorang pejabat, begitu disodorkan amlop, dia menolak. Sepertinya bukan karena dia kurang menghargai pemberian dimaksud, namun yang mau dia katakan bahwa orang tuaku telah mengajarkan bahwa “jangan menerima sesuatu yang bukan hakmu”. Pesan orang tuanya selalu dia ingat. Orang tua mendisiplin anak-anak, agar didalam keluarga ada kebahagiaan dan kesejahteraan, jikalau kita mengabaikan hal itu, kita akan turut bertanggung jawab atas kehancuran yang kemudian menimpa mereka. Ingat, bahwa bukan penyesalan terjadi diawal namun diakhir. Jadi jangan lupa kita siapkan anak-anak pada firman dan ajaran Tuhan. Keluarga akan bahagia ketika mengutamakan firman dan kasih. Ketika kita mengerti firman dan kita praktekkan, kita tidak akan menyakiti, melainkan saling menguatkan dan akan tercipta komunikasi yang baik dan harmonis. Keluarga yang bahagia bukanlah diukur dari harta kekayaan atau pangkat kedudukan, melainkan ketika kita belajar mengucap syukur dalam segala hal.

Doa: Tuhan pakailah kami,orang tua untuk mendidik anak-anak kami sesuai kebenaran firmanMu sehingga mereka dapat mewarisi nilai-nilai Kristiani yang baik. Amin.

Jumat, 12 Juli 2019                                   

bacaan : Ulangan 6 : 4 – 9

4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Anak Perlu Dibimbing, Dinasehati dan Didoakan

Kasih kepada anak-anak adalah perintah bagi orang tua, artinya sebagai orang tua mereka harus mengasihi anak-anak, selalu mengajarkan kepada anak-anak nilai-nilai Kristiani yang akan dapat membentuk roh tubuh jiwa mereka. Anak-anak kita tidak cukup hanya diberi HP, diberi makan, disekolahkan saja. Ada hal yang jauh lebih penting yakni ajarkan Firman Tuhan kepada mereka. Bagaimana mereka kuat menghadapi masalah dewasa ini, jikalau lemah spiritual mereka. Bagaimana mereka bisa mengambil keputusan yang benar, jikalau mereka tidak diajarkan tentang hidup takut akan Tuhan. Kebanyakan orang tua menangis, kecewa atas kelakuan anak-anak mereka, masalah kenakalan terjadi berulang-ulang dan menimpa mereka. Dalam menghadapi kenakalan anak-anak, seringkali orang tua bingung, putus asa, tidak ada kepercayaan diri lagi dan pasrah pada situasi dan kondisi itu. Padahal yang harus kita lakukan adalah  bagaimana mengutamakan Tuhan dalam kehidupan anak-anak dengan cara memperhatikan mereka, mengajarkan nilai-nilai iman dan spiritualitas, kenyangkan mereka dengan makanan jasmani dan rohani. Ingat, bahwa anak perlu dibimbing, dinasehati dan didoakan. Dan yang lebih penting adalah jadilah panutan bagi mereka dalam pikiran, sikap dan tutur kata yang baik.

Doa: Bantulah kami Tuhan dengan Roh dan FirmanMu sehingga kami mampu membimbing, menasehati dan mendoakan anak-anak kami. Amin.

Sabtu, 13 Juli 2019                                   

bacaan : Yosua 4 : 20 – 24

20 Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. 21 Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: “Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? 22 maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! — 23 sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, 24 supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.”

Wariskan Pengalaman Iman sebagai Nilai Kehidupan

Setiap anak yang lahir ke dunia, akan diberi nama oleh orang tuanya. Ada orang tua yang memberi nama kepada anaknya dengan arti dan makna tersendiri dalam pengalaman spiritual mereka dengan Tuhan dan sesama. Dan nama itu akan menjadi tanda atau peringatan akan kasih dan setia Tuhan dalam pergumulan hidup keluarga, atau untuk mengingat seseorang yang telah memberi dukungan dan spirit dalam hidup mereka. Memperingati akan kasih dan setia Tuhan sesungguhnya harus menjadi nilai-nilai kehidupan yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Hal inilah yang terlihat dalam pengalaman bangsa Israel, dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Sebelum menyeberang sungai Yordan, yang menjadi etape terakhir untuk memasuki tanah Kanaan, Yosua meminta 12 orang dari tiap suku untuk mengambil batu dari sungai Yordan, yang kemudian dibuat menjadi Tugu peringatan. Hal ini difirmankan oleh Tuhan, agar umat tidak melupakan perbuatan Tuhan yang telah menuntun mereka memasuki tanah Kanaan dan semua bangsa di bumi akan mengakui kuatnya kekuasaan Tuhan. Bahkan peringatan ini harus diceriterakan kepada generasi ke generasi ketika anak-anak bertanya, apa artinya batu-batu itu? (ay.21-22). Setiap keluarga pasti memiliki pengalaman iman dengan Tuhan, yang telah menuntun, menyertai, memberi pertolongan, dan menjawab setiap doa. Pengalaman ini hendaklah terus diceriterakan kepada anak-anak sebagai warisan berharga yang membentuk hidup mereka jadi lebih kuat.

Doa: Tuhan, ajarlah kami dan anak-anak kami untuk mengingat kasih dan setia-Mu. Amin.

*sumber : SHK terbitan bulan Juli 2019 LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *