fbpx

Santapan Harian Keluarga, 24 – 30 Juni 2018

[ jemaatgpmsilo.org – Ambon ]

Minggu, 24 Juni 2018

bacaan : Matius 18 : 12-14

Perumpamaan tentang domba yang hilang

12 “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.”

Kasih yang Mencari

Kita pasti kelabakan mencari ke mana-mana jika ada barang kita yang terhilang. Berbagai upaya akan kita usahakan. Begitupun dengan Arkeolog, orang yang mencari benda-benda purbakala yang bersejarah, diantara puing dan reruntuhan masa lalu yang dinilai sama berharganya dengan emas. Artefak berupa gerabah dan benda kuno lain digunakan untuk menjelaskan asal usul peradaban, memverifikasi tuntutan kebenaran yang selama berabad-abad dipercayai. Dalam mencari mereka tidak segan-segan menghabiskan dana besar, menghabiskan waktu bertahun­ tahun, menjelajah sampai ke daerah pelosok. Mereka akan memperoleh kepuasan besar ketika menemukan dan membuktikan apa yang mereka yakini, lalu mempublikasikannya pada dunia. Yesus itu PENCARI!!! Tetapi bukan benda, namun domba, jiwa yang terhilang. Dia akan mencari sampai menemukannya kembali. Yesus mencurahkan segenap sumber daya terbaik untuk mencari dan mendapatkan kembali domba yang terhilang itu. Saat menemukannya, Dia memikulnya di bahu-Nya. Itulah kemurnian kasih Yesus!!!! Dia tahu kita salah jalan dan Ia akan mencari hingga menemukan kita. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sudah ditemukan Yesus kembali dalam pelukan-Nya? Renungkanlah!!!! Bagaimana Dia mencari dan menemukan kita, lalu meletakkan kita di bahu-Nya??? Artinya, Dia memikul beban, kesukaran dan masalah kita. Dia membawa kita ke dalam komunitas yang baik bagi hidup kita. Apakah keluarga kita sudah menikmati hak istimewa ini sebagai domba-Nya? Hiduplah sebagai domba-Nya yang penuh sukacita!! Sebab Dia yang mencari kita dengan segenap daya. Dia pula yang akan memelihara kita secara sempurna dengan kasihNya.

doa : Tuhan, terima kasih buat kasih-Mu yang selalu mencari kami saat salah arah hidup dan terhilang, amin

Senin, 25 Juni 2018

bacaan : Wahyu 1 : 4-8

Salam kepada ketujuh jemaat

4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya– 6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, –bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. 7 Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. 8 “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”

Penyertaan-Nya Sempurna

Dalam perjalanan hidup orang percaya, terkadang kita mengalami situasi yang sulit dan dalam keadaan demikian itu, kita seringkali meragukan akan kasih dan kemurahan Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala sulit untuk bisa merasakan kasih Tuhan saat hidup kita sedang menderita, kehilangan orang yang kita kasihi, atau sedang dalam kegagalan. Tidaklah mengherankan bila kita melihat banyak orang percaya yang mundur imannya karena hal itu. Setelah kita memahami pengertian dari Alfa dan Omega yang dipakai Yesus untuk memperkenalkan diri melalui bacaan hari ini, maka sepatutnya dalam hidup ini kita menaruh kepercayaan penuh kepada Dia dan tetap tinggal tenang menghadapi segala situasi. Mengapa demikian? Karena kalau Dia adalah Yang Awal dan Yang Akhir, hal ini menunjukkan bahwa Yesus memegang kendali atas segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, termasuk kehidupan kita. Dengan pemahaman ini, kita dapat menjalani kehidupan kita dengan penuh keyakinan dan pengharapan bahwa Tuhan menyediakan yang terbaik untuk keluarga kita. Bahkan dengan kemahakuasaan-Nya, Dia dapat membalikkan situasi yang kita hadapi untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Dengan mengenal Kristus sebagai Alfa dan Omega, biarlah iman kita makin diteguhkan bahwa Yesus benar-benar Allah sejati, Dialah permulaan segala ciptaan, Dia yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang kembali untuk membawa kita masuk dalam kemuliaan bersama dengan Dia. Bagaimana kita dapat merasakan kuasa dan kasih Tuhan dalam perjalanan hidup keluarga? Renungkanlah!!!

doa : Tuhan, kami selalu berterima kasih atas penyertaan-Mu yang sempurna bagi keluarga kami, amin

Selasa, 26 Juni 2018

bacaan : Roma 3 : 1-8

Kelebihan orang Yahudi dan kesetiaan Allah

Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? 2 Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. 3 Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? 4 Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: “Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi.” 5 Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah–aku berkata sebagai manusia–jika Ia menampakkan murka-Nya? 6 Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia? 7 Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? 8 Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: “Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.

Kesetiaan Tuhan Teruji

Saya pernah berada pada satu masa di mana semua kekuatan dan kemampuan saya rasanya drop dan terpuruk akibat beratnya masalah dalam keluarga. Saya lalu merenung dalam kebisuan dan bertanya dalam hati, dimana Allah? Benarkah Allah ada? Kalau memang benar, kenapa saya mengalami masalah berat seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan diatas seringkali kita keluarkan di dalam perjalanan hidup kita, saat masalah datang dalam hidup. Pertanyaan itu muncul sebagai sebuah usaha kita untuk mempertanyakan kesetiaan Allah dalam hidup kita. Namun, benarkah Allah tidak ada? Benarkah Allah tidak setia dalam hidup kita? Ya, kita sering menuntut kesetiaan Allah di hidup kita. Namun, sebelum kita bertanya dan menuntut kesetiaan Allah, sudahkah kita benar setia kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi kehidupan kita? Jawaban-nya: Tidak!! Realitanya kita hanya setia kepada-Nya ketika kita ada perlunya, jika ternyata kemauan kita tidak terpenuhi juga, maka terkadang kita mulai mempertanyakan kesetiaan Allah. Padahal kita yang mulai tidak setia dan menjauh dariNya. Kita sering meremehkan dosa, dengan berpikir bahwa Allah Mahakasih ketika kita berbuat dosa, pasti Allah mengampuni kita. Namun, saat penghukuman Allah yang datang; maka kita mulai mengatakan “Allah tidak setia!”. Padahal sebenamya Allah tetap setia, hanya kesetiaan-Nya diwujudkan dalam penghukuman agar kita dapat belajar menjadi pribadi yang lebih setia kepada-Nya. Rasul Paulus menasihatkan bahwa Allah setia dengan umat-Nya. Ia selalu hadir dalam setiap detik kehidupan umat-Nya. Allah ada dan selalu ada. Namun, sikap kita yang cenderung lebih sering mengeluh daripada bersyukur membuat kita tidak dapat merasakan kesetiaan-Nya. Sudahkah hari ini senantiasa diisi ucapan syukur? Atau lebih banyak keluhan? Bersyukurlah dan rasakan kehadiran-Nya!!!

doa: Tuhan. Yesus, ajarlah kami untuk lebih bersyukur dan bukan mengeluh kepada-Mu dengan situasi hidup kami, amin

Rabu, 27 Juni 2018

bacaan : Matius 9 : 9-13

Matius pemungut cukai mengikut Yesus

9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Kehidupan Yang Berpusat Pada Tuhan Mendatangkan berkat

Masih ingatkah kita dengan Gayus Tambunan??? Seorang mantan PNS di Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan Indonesia yang memiliki kekayaan total sekitar 99 milyar. Pertanyaannya, dari manakah kekayaan Gayus sebanyak itu ??? Saya rasa berita Gayus yang sudah usang semua kita tahu kisahnya. Yaahh… Pemungut cukai alias petugas pajak adalah profesi yang disegani dan sekaligus dibenci banyak orang. Orang cenderung tidak suka berurusan dengan petugas pajak. Petugas pajak distereotipkan sebagai orang yang tidak jujur; bukan hanya menipu rakyat mereka juga dapat mengelabui pemerintah. Mereka dianggap memperkaya diri dengan mencari untung dari orang kaya yang tidak mau membayar pajak dengan semestinya. Matius, selain pemungut cukai, juga dipandang sebagai antek penjajah Romawi. Jadi, bisa dibayangkan betapa orang Yahudi memebencinya. Namun Yesus datang untuk mencari mereka yang berdosa dan yang dibenci banyak orang seperti Matius. Dia justru memberikan kasih, pengampunan, keselamatan, dan perubahan hidup menjadi manusia baru bagi Matius. Hidupnya tidak lagi berpusat pada diri sendiri, tetapi berpusat pada kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Sukacita dan perubahan hidup membuat Matius rindu bersaksi bagi orang-orang di sekitarnya yang sedang bergumul dengan dosa, agar mereka juga berkesempatan ditemui dan dijamah Yesus. Matius meninggalkan meja cukai yang dulu memberinya banyak keuntungan duniawi. Kini ia memperoleh harta surgawi dan harkat hidup yang tak ternilai. Tuhan memakai kemampuannya mencatat dengan teliti untuk menuliskan Injil yang memberkati banyak orang dan mengantar mereka berjumpa dengan Yesus Sang Juruselamat. Rindukah kita menyerahkan hidup untuk diubah dan dipakai oleh Yesus? Berilah diri di temui oleh kasih Yesus! ! !

doa : Tuhan, Engkaulah pusat hidup keluarga kami, amin

Kamis, 28 Juni 2018

bacaan : I Timotius 1 : 12-17

Ucapan syukur atas kasih karunia Allah

12 Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku– 13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. 14 Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. 15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Kasih Tuhanlah Pengubah Hidup Keluarga

Saya berjumpa dengan seorang perempuan di sebuah tempat praktek dokter yang sedang menunggu giliran anak semata wayangnya untuk di periksa. Awalnya kami tidak saling mengenal namun kami bertegur sapa dan singkat cerita terjadilah curhat dan hati ke hati. Si perempuan ini membuat pengakuan bahwa dia merasa, dialah orang yang paling jahat, berdosa, dan segala yang buruk pun ia lekatkan dalam dirinya, dengan menceritakan masa lalunya yang sangat kelam!! Tentu tidak mudah menyampaikan pengakuan sedemikian terbuka. Saya pun heran dengan pengakuannya. Namun saya tetap memberikan telinga untuk mendengarkan dan tatapan mata penuh kasih kepadanya. Satu hal yang hanya bisa saya katakan kepadanya bahwa Tuhan Yesus adalah pribadi yang mengerti semua masalah kita dan Ia mengasihi, mengampuni dan selalu menanti kita yang mau datang kepadaNya, mengaku dosa kita dan menyerahkan hidup kita untuk dipulihkan dan dibaharuiNya. Saya kemudian memegang tangannya dan berdoa singkat dengannya. Dalam bacaan hari ini, Paulus juga menyatakan dirinya sebagai penghujat, penganiaya, dan ganas kepada pengikut Kristus. Ia menyebut dirinya orang yang paling berdosa. Sampai suatu ketika, ia mengalami perjumpaan yang tak terduga dengan Tuhan yang mengubah totalitas hidupnya. Kita semua orang berdosa. Namun demikian, Allah punya cara yang unik untuk memproses dan mengubah hidup kita. Ucapkanlah syukur untuk kasih Allah atas hidup kita, yang mempercayakan pelayanan dan pekerjaan yang kita jalani saat ini. Berdoalah juga supaya pengalaman kita bersama Tuhan ini menjadikan kita teladan untuk menolong orang lain mengalami kasih dan penyertaan Tuhan yang mengubah hidup mereka.

doa : Terima kasih buat Kasih-Mu yang mengubah hidup keluarga kami, amin

Jumat, 29 Juni 2018

bacaan : Yohanes 8 : 2-11

2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. 5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” 6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. 7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” 8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. 9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. 10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” 11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Kasih Yesus berwujud Pertobatan

Setiap manusia, betapapun baik kehidupan yang sudah dijalaninya, ia tetap membutuhkan belas kasih Tuhan. Oleh karena itu, meskipun kita berusaha menjadi orang baik dihadapan Tuhan, namun kita juga harus memiliki jiwa seorang pendosa yang selalu merendahkan diri, merasa tidak pantas, sehingga tidak mudah menghakimi orang lain. Dengan memiliki jiwa seorang pendosa, kita dapat terhindar dari apa yang disebut dosa karena kesombongan religius atau rohani kita. Menghukum orang yang kedapatan bersalah seperti perempuan yang berzinah dan dibawa kepada Yesus, adalah suatu perbuatan yang tidak mengenakkan hati. Karena kita berlaku sebagai hakim atas orang yang bersalah. Lalu apa hak kita menghukum orang yang bersalah? Tidak gampang karena kita mengambil alih tugas dan kewenangan Tuhan sebagai hakim dalam menghukum orang. Suatu tindakan yang salah kalau kita main hakim sendiri atas orang yang bersalah, bahkan ada yang bertindak brutal terhadap orang yang bersalah. Mengapa? Karena kita bukanlah Tuhan yang memiliki hak menghakimi. Seharusnya kita juga sadar diri bahwa bisa jadi dosa kita lebih besar dari orang tersebut. Belajarlah bahwa Yesus saja tidak serta merta memberikan atau melakukan hukuman kepada perempuan yang dihadapkan kepadanya karena kedapatan berzinah. Yesus menerima keadaan perempuan yang berdosa itu dan dengan penuh kasih Ia memberikan penyadaran. Perempuan itu akhirnya sadar akan dosanya dan memohon pengampunan dari Yesus, dan Tuhan Yesuspun mengampuninya. Lalu bagaimana dengan kita?

doa : Ya Tuhan ampunilah kami yang selalu mengangap diri lebih baik dari orang lain, amin

Sabtu, 30 Juni 2018

bacaan : Lukas 15 : 11-32

Perumpamaan tentang anak yang hilang

11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

Bersukacitalah Dengan Pertobatan Saudaramu

Banyak orang yang dianggap sebagai “sampah masyarakat”, tidak berguna dan dianggap tidak bisa lagi berubah. Namun apapun dan bagaimana pun hidupnya, kasih Tuhan tetap mampu menjangkau dan mengubah kehidupannya melalui kuasa Roh Kudus dan pemberitaan Firman Tuhan, yang membuatnya sadar dan akhirnya bertobat. Dan setelah terjadi pertobatan dan ia kembali lagi ke jalan yang benar, apakah masih pantas kita ungkit-ungkit masa lalunya..???? Sesungguhnya jika ada seorang petobat baru, maka patutlah kita  bersukacita. Bukan sebaliknya mencemooh, mengungkit-ungkit dosa dan kesalahannya di masa lalu sehingga membuatnya tersudut. Cara penerimaan kita atas seorang saudara diantara kita yang mengalami kasih Tuhan sehingga membawa pertobatan dirinya akan menentukan hidupnya ke depan. Kita perlu belajar dari kisah bacaan hari ini tentang anak bungsu yang menyadari kesalahannya dan bertobat. Ia bukan saja bertobat, melainkan sungguh-sungguh bertobat, berbalik kepada bapanya. Mengalami semua kesenangan yang berbuahkan penderitaan di hidupnya, membuat ia berkata: “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku.” Itulah awal kebangkitan dan hidup baru dari si putra bungsu yang malang itu. Dan sambil berlutut dihadapan bapanya, ia berseru: Bapa aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai upahan bapa…..  Kisah selanjutnya seharusnya menggugah hati kita untuk menerima pertobatan seseorang dan menyambutnya kembali dalam persekutuan kita. Kasih Allah yang mau menerima orang-orang bertobat adalah dasar sukacita kita. Itulah sebabnya ada yang menyebut perumpamaan ini; perumpamaan tentang kasih Bapa. Penekanannya terletak pada ‘tindakan kasih’ Bapa, yang menyambut kembali anak-anakNya yang sempat hilang. Maka pantaslah sukacita Bapa menjadi sukacita kita semua.

doa : Ya Tuhan, kamu bersukacita bersama sukacitamu. Amin.

*Sumber : Santapan Harian Keluarga, Penerbit LPJ – GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *