Santapan Harian Keluarga (SHK) 26 – 30 April 2021
Senin, 26 April 2021
Bacaan : 2 Korintus 11 : 10 – 15
RASUL YANG SEJATI
Bacaan hari ini berbicara tentang Paulus yang menegaskan dirinya sebagai rasul yang sejati. Kerasulan Paulus didasarkan pada penglihatannya tentang Kristus yang telah bangkit (1 Kor.15:7-11). Atas dasar itu Paulus menegaskan bahwa ia adalah rasul yang sejati bukan palsu. Paulus tidak pernah menghindar dari tantangan, melainkan berani menghadapinya. Keyakinannya akan Kristus yang bangkit tidak pernah goyah. Hidupnya melimpah dengan kasih, dalam hal ini ia sungguh-sungguh mengasihi jemaat Korintus. Selain itu, ia tidak pernah mencari keuntungan pribadi dalam pelayanannya, justru berusaha keras menghalangi orang-orang yang memanfaatkan jemaat bagi kepentingan pribadi. Kesejatiannya sebagai rasul juga diwujudkan dalam kesetiaan melakukan panggilan pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Hidupnya dijalani dengan rendah hati bukan kesombongan serta tidak pernah mencari popularitas. Paulus telah membuktikan kualitas imannya sebagi rasul yang meyakini kebangkitan Kristus. Makna kebangkitan Kristus mengkarakterkan kesejatian kerasulan Paulus. Kristus yang bangkit mengubah Paulus menjadi rasul sejati bukan palsu. Rasul yang palsu dicirikan dengan tiga hal sebagai berikut. Pertama, selalu mencari kesempatan untuk dimegahkan atau berusaha untuk dipuji. Kedua, mereka adalah pekerja-pekerja yang curang dan pandai melakukan penyamaran atau menjalani hidup dengan kebohongan. Kita diminta untuk hidup dalam semangat tema mingguan; anak-anak Allah hidup dalam kebenaran, sama seperti Kristus adalah benar. Hidup dalam kebenaran sejalan dengan makna menjadi orang percaya yang sejati. Teladanilah Paulus sebagai rasul yang sejati dan hindarilah menjadi orang beriman yang palsu.
Doa: Ya Tuhan, mampukanlah kami menjadi orang beriman yang sejati, Amin.
Selasa, 27 April 2021
Bacaan : 2 Korintus 13 : 1 – 10
MANUSIA DIBENARKAN KARENA IMAN
Paulus berpandangan bahwa di hadapan Allah semua orang bersalah, baik mereka yang mengetahui hukum Taurat maupun tidak. Orang yang mengetahui hukum Taurat tidak dapat menaatinya dengan sempurna, sehingga menaati Taurat tidak dapat dijadikan jaminan untuk “dibenarkan”. “Dibenarkan” berarti dapat diterima oleh Allah. Allah menerima dan mengampuni manusia karena apa yang telah Yesus kerjakan. Maksudnya, pembenaran dari Allah hanya dapat diterima oleh mereka yang beriman kepada Yesus. Jadi percaya kepada Yesus adalah satu-satunya jalan agar manusia dibenarkan Allah. Oleh karena itu keselamatan tidak dapat diperoleh berdasarkan jasa manusia. Allah mengutus Yesus untuk mendamaikan dan membebaskan semua orang yang percaya kepada-Nya. Kristus berkorban untuk menebus orang berdosa dan mereka dibenarkan dengan cuma-cuma (ayat 24). Sehubungan dengan hal itu, maka Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian (ayat 25). Kristus berkorban di salib agar orang yang percaya kepada-Nya dapat dibenarkan. Manusia dibenarkan karena iman bukan karena jasanya. Walau demikian, tidaklah berarti bahwa bagi Paulus hukum Taurat tidak penting. Ia tidak bermaksud meniadakan hukum Taurat karena iman (ayat 31). Hukum Taurat tetap diperlukan karena memperlihatkan apa yang Allah harapkan untuk dilakukan manusia. Hal ini berarti hukum Taurat dilakukan bukan sebagai syarat untuk memperoleh keselamtan. Orang beriman melakukan hukum Taurat kerena ia sudah diselamatkan atau dibenarkan dan bukan supaya ia diselamatkan. Kita diselamatkan oleh kasih dan anugerah Allah, dan kita melakukan perbuatan baik sebagai ungkapan syukur kepada Allah
Doa: Ya Tuhan, layakkanlah kami untuk hidup sebagai orang benar. Amin.
Kamis, 29 April 2021
Bacaan : Roma 8 : 9 – 11
HIDUP MENURUT ROH
Hidup menurut Roh dipertentangkan Paulus dengan hidup menurut daging. Ia bermaksud menegaskan bahwa orang percaya haruslah hidup sesuai dengan kehendak Allah. Hidup sesuai kehendak Allah itulah yang dimaksudkannya dengan hidup menurut Roh. Roh Allah bekerja dalam kehidupan para pengikut Yesus untuk menguatkan dan membebaskan mereka dari kuasa dosa sehingga mampu hidup sesuai kehendak Allah. Hidup dalam kuasa dosa itulah yang dimaksudkannya dengan hidup menurut daging. Hidup menurut Roh harus menjadi pilihan orang percaya, karena keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebaliknya hindarilah hidup menurut daging, karena keinginan daging adalah maut dan perseteruan terhadap Allah (ayat 6-7). Semua perbuatan yang tidak dikehendaki Allah berakibat pada dialaminya maut. Atas dasar itu selanjutnya ia katakan: “Roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran” (10). Orang percaya haruslah hidup sebagai orang yang telah dibenarkan, maksudnya telah diampuni atau didamaikan. Orang yang telah diampuni tidak boleh lagi hidup menurut daging atau hidup dalam pelanggaran atau dosa. Pelanggaran atau dosa tidak boleh dilakukan karena orang percaya adalah milik Kristus dan oleh sebab itu harus memiliki Roh Kristus, atau yang disebut pula dengan sebutan Roh Kudus. Roh Kudus adalah kuasa Allah, yang dengannya dinyatakan rencana-rencana Allah di dunia. Inti rencana Allah adalah kebaikan bukan kejahatan. Marilah terus berusaha untuk tidak menjadi hamba dosa, karena sebagai umat Allah yang baru, kita telah diubah menjadi hamba-hamba Allah (Roma. 6:20-22). Hiduplah menurut Roh dan bukan daging, agar kehendah Allah dapat dipahami sepanjang hari hidupmu. Tuhan menolong dan memberkati kita.
Doa: Ya Tuhan tolong kami untuk hidup menurut Roh. Amin.
Jumat, 30 April 2021
Bacaan : Roma 9 : 1 – 8
DIPILIH MENJADI UMAT ALLAH KARENA SETIA
Umat Allah terdiri dari baik orang Israel atau Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Pemilihan orang Israel sebagai umat Allah berlangsung ketika Abraham dipanggil (Kej. 12). Paulus bersaksi dan meyakini bahwa ia adalah bagian dari rencana pemilihan Allah itu, karena ia adalah keturunan Abraham atau bagian dari umat Israel. Kesaksiannya diawali dengan mengatakan: “suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus” (1). Paulus hendak mengatakan bahwa Roh Kudus bertindak sebagai guru, yang berbicara bagi suara hatinya dan membentuk semua pikiran serta kehendaknya yang terdalam. Ia tidak berbicara atau mengatakan sesuatu atas kehendaknya sendiri tetapi atas kehendak Allah di dalam Roh. Pembicaraannya didasarkan pada kuasa Roh yang bekerja di dalam hati, bukan pada pertimbangan akal atau rasionya. Jadi Paulus berbicara karena kehendak Allah, bukan kehendaknya sebagai manusia. Pertimbangan hati nurani inilah yang menyadarkan Paulus bahwa secara jasmani ia memang telah dilahirkan dan dibesarkan sebagai orang Israel, tetapi secara rohani hubungannya dengan Allah telah melampaui dimensi fisik. Maksudnya pemilihan umat Allah tidak didasarkan pada pertimbangan fisik atau keturunan saja tetapi juga pada alasan rohani dalam hal ini kesetiaan.Pemilihan Israel sebagai umat berlangsung dalam suatu perjanjian yang intinya adalah setia.Kesetiaan adalah syarat mutlak untuk menjadi umat Allah. Inilah alasannya untuk mengatakan: “anak-anak Allah bukan anak-anak menurut daging, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar” (ayat 8). Oleh karena itu, berusahalah untuk menjadi umat Allah yang setia dalam melakukan kehendak-Nya.
Doa: Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk menjadi umat-Mu, Amin.