Santapan Harian Keluarga 13 s.d 19 Agustus 2017
Sabtu, 19 Agustus 2017
Bacaan: Matius 17: 24-27
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?”
Jawabnya: “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?”
Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: “Jadi bebaslah rakyatnya.
Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”
Membayar Pajak Untuk Kesejahteraan Bersama
Salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban setiap waga Negara adalah membayar pajak kepada Pemerintah. Kalau setiap warga negara setia membayar pajak, maka sejahteralah negara. Sebab setiap orang memahami apa yang menjadi kewajibannya dan ia pun tahu apa yang menjadi haknya. Namun, dalam kenyataannya, belum semua orang setia dan patuh membayar pajak kepada pemerintah. Bahkan perusahaan-perusahaan besar dengan tingkat keuntungan yang besar pula, belum sepenuhnya menjadi warga negara yang bertanggung jawab dalam membayar pajak. Bahkan cenderung berspekulasi dengan para penagih pajak. Itulah sebabnya keadilan dan kesejahteraan msih menjadi beban pergumulan yang terus menganga karena belum tercipta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sebagai setiap keluarga Allah dalam kapasitas sebagai warga negara yang baik, hendaklah kita nyatakan rasa kepatuhan dan ketaatan dalam membayar pajak sebagai cara kita berjuang menegakkan keadilan dan hidup di dalamnya. Marilah kita melakukannya degan tidak bersungut-sungut dan berspekulasi, tetapi dengan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahi kita kemerdekaan. Hanya dengan demikian, kita sanggup menjadi pembela-pembela keadilan dan kebenaran serta kesejahteraan baik bagi diri kita sendiri, bagi sesama anak bangsa dan bagi negara kita tercinta, Indonesia.
Doa: Tuhan, ajari kami untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Amin!
Jumat, 18 Agustus 2017
Bacaan : Amsal 29:25-27
Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.
Banyak orang mencari muka pada pemerintah, tetapi dari TUHAN orang menerima keadilan.
Orang bodoh adalah kekejian bagi orang benar, orang yang jujur jalannya adalah kekejian bagi orang fasik.
BERILAH KEADILAN BAGI YANG BERHAK
Bersikap tidak adil, tidak jujur, suka mencari muka agar mendapat pujian, imbalan dan kedudukan/jabatan tertentu, sering menjadi cara dan sikap orang-orang yang hanya mau mencari keuntungan bagi diri sendiri. Walaupun untuk itu ia mesti menginjak ke bawah dan menendang ke samping sehingga orang lain menjadi korban. Apalagi di dunia kerja, cara dan sikap seperti itu sudah bukan rahasia lagi. Siapa yang kuat melobi dan menjilat, dialah yang menang. Karena itu kita melihat ada penjilat, pembelot, pencari muka, penusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan. Tapi satu hal yang tidak dapat kita pungkiri adalah bahwa Allah tidak dapat diatur sekehendak hati kita. Allah tidak dapat disogok untuk memutarbalikkan keadilan dan kebenaran. Allah adalah yang Maha Adil, yang Maha menentukan setiap rancangan yang ada di hati manusia, baik atau buruk. Allah, karena itu bersikap adil dan bijaksana bagi semua orang tanpa pandang bulu. Ia memberikan keadilan bagi yang berhak mendapatkannya; memberi teguran bagi yang perlu/harus ditegur; memberi upah dan pujian bagi yang harus mendapatkannya dan memberi hukuman bagi yang harus dihukum karena salah. Karena itu sebagai orang-orang percaya/keluarga Allah, andalkanlah Tuhan dalam setiap desahan nafas hidup kita, sebab Ia berkuasa menata dan menentukan segala-galanya bagi kita dan anak-anak kita, hari ini dan esok yang menanti.
Doa : kami tetap mengandalkan Engkau Tuhan dalam hidup ini, sebab dari pada-Mu lah kami menerima keadilan. Amin
Kamis, 17 Agustus 2017
Bacaan : Roma 13:1-7
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
JADILAH WARGA NEGARA YANG BAIK DAN PATUH
Hari ini kamis 17 agustus 2017, kita memperingati dan merayakan HUT kemerdekaan Indonesia yang ke 72. Kita bersyukur atas rahmat dan anugerah Allah bagi bangsa Indonesia yang kita cintai. Akta bersyukur itu kita wujudkan dalam kata, sikap dan perilaku kita sebagai warga negara yang baik. Salah satunya seperti yang diungkapkan dalam bacaan Alkitab hari ini, bagaimanaenjadi warga negara yang baik dengan menunjukkan sikap patuh terhadap pemerintah. Pemerintah adalah Hamba Allah dan berasal dari Allah. Pemerintah dilengkapi dengan kuasa dari Allah untuk bekerja menegakkan keadilan dan kebenaran serta memperjuangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Orang-orang percaya tidak hanya terpanggil untuk patuh dan taat kepada pemerintah, tetapi juga terpanggil untuk bersikap kritis profetis pada pemerintah. Sebab pemerintah juga adalah manusia biasa yang bisa saja melakukan hal-hal yang tidak berkenaan kepada Allah dan manusia. Pemerintah sebagai Hamba Allah harus peka dan tanggap terhadap penderitaan hidup masyarakat yang dipimpinnya. Kepekaan pemerintah adalah wujud dari kepedulian Allah bagi masyarakat Indonesia yang menderita. Masyarakat yang dikasihi dan diselamatkan oleh Allah melalui perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia 72 tahun yang lalu. Kemerdekaan itu marilah kita isi dengan pembangunan manusia dan alam demi kehidupan yang berkelanjutan.
Doa : Tuhan kami bersyukur atas 72 tahun kemerdekaan Indonesia dan buatlah kami menjadi warga negara yang bertangging jawab. Amin
Rabu, 16 Agustus 2017
Bacaan : Keluaran 6 : 1-7
Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku. Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.
Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.
Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.”
DIBEBASKAN UNTUK SALING MEMBEBASKAN
Bentuk penyertaan Tuhan bisa berupa janji, perintah dan hukuman. Bacaan Alkitab hari ini berisi penyertaan Tuhan berupa ikatan perjanjian dengan umat Israel, untuk membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, menuju dan menduduki tanah Kanaan yang berlimpah berkat dan sukacita. Disanalah mereka akan hidup sebagai umat kepunyaan Allah, dan Allah akan menjadi Tuhan bagi mereka. Akta pembebasan itu karena kekuatan dan kekuasaan Allah sebagai yang Mahakuasa dan yang Maha menentukan. Begitu juga dengan kemerdekaan bangsa kita – Indonesia. Kemerdekaan itu adalah rahmat dan anugerah Allah untuk kita nikmati dan hidupi. Status sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan/dibebaskan bukan hanya sebuah lebel/atribut yang dipajang di dada, tetapi adalah juga sebuah tanggung jawab yang terwujud nyata dalam setiap perilaku dan sikap hidup yang baik, adil dan benar. Bahwa kita dibebaskan untuk saling membebaskan dan melayani satu dengan yang lainnya dalam ketulusan, kerja keras dan terus berjuang untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kemerdekaan itu dari berbagai sistem yang cenderung merusak dan menghancurkan. Karena itu mesti ada kerelaan berkorban tanpa pamrih teristimewa bagi mereka-mereka yang merasa belum benar-benar merdeka karena masih dibelenggu oleh kekuatan-kekuatan yang menguasai, memeras dan menindas. Marilah kita wujudkan semua itu dengan dimulai dari setiap keluarga kita.
Doa : Tuhan, berkatilah hidup kami sehingga mendatangkan berkat bagi banyak orang, amin
Selasa, 15 Agustus 2017
Bacaan : 1 Korintus 7:17-24
Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.
Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
HAMBA KRISTUS VS HAMBA MANUSIA
Status sebagai seorang hamba memiliki dua pengertian, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Pengertian hamba yang pertama adalah seseorang yang bekerja dan mengabdi kepada tuannya/majikannya sebagai orang suruh-suruh. Gajinya kecil dan terkadang lebih banyak dituntut kewajibannya ketimbang haknya. Pengertian yang kedua, adalah seseorang yang takluk dan diperbudak oleh kekayaan, uang dan jabatan yang dilihat sebagai tujuan hidupnya dan bukan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan. Nah, dari dua pengertian ini dimana posisi dan peran kita sebagai orang-orang percaya ? Bagaimana kita seharusnya menyatakan peran dan tanggung jawab kita ? Kemerdekaan yang telah Yesus anugerahkan kepada kita melalui seluruh pengorbananNYA, memanggil kita sebagaimana apa adanya kita. Kita tidak perlu menjadi orang lain atau mengubah nama kita supaya berbeda dengan keadaan semula. Yang berbeda hanya hati dan hidup kita yang sudah diubah dan dibaharui dengan status yang baru sebagai hamba dari Yesus Kristus. Kita dipanggil sebagai orang yang telah dimerdekakan, bukan supaya kita bisa menyalahgunakan kesempatan itu untuk menguasai dan menindas sesama (menjadi tuan), tetapi untuk melayani dengan hati, dan dengan penuh cinta dan ketulusan, baik dapam keluarga, didalam gereja maupun di tengah masyarakat.
Doa : Pakailah hidup kami ya Tuhan sebagai hamba yang melayani dan bukan tuan yang dilayani, amin
Senin, 14 Agustus 2017
Bacaan : 2 Korintus 3 : 1-6
Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.
Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
MENJADI SURAT PUJIAN
Jika berbicara tentang pelayan, orang langsung menunjuk kepada pendeta, penatua dan diaken (MJ). Karena berpikir merekalah para pelayan dalam jemaat. Padahal semua orang bisa menjadi pelayan, termasuk orangtua atau papa dan mama. Orangtua dalam hal ini papa dan mama adalah pelayan keluarga. Papa-mama bertanggung jawab melayani anak-anak, memastikan kehidupan dan masa depan mereka terjamin. Papa-mama bekerja keras demi menjamin kebutuhan hidup keluarga atau anak-anak; papa-mama memberi nasihat dan didikan kepada anak melalui teladan hidup (perkataan dan perbuatan) dem membentuk karakter anak-anak yang baik. Seorang anak menjadi baiknjika dididik dan dibimbing dengan baik pula. Walaupun seringkali tidak selalu demikian, karena pengaruh teman dan lingkungan. Kalau kita mendalami bacaan Alkitab hari ini, maka kita menemukan bahwa kualitas pelayanan seseorang dapat dilihat pada kehidupan orang-orang yang dilayani, yang oleh Rasul Paulus disebut Surat Pujian. Artinya kalau kehidupan anak-anak berjalan baik : sukses dalam pendidikan, disiplin dalam bekerja, tidak melakukan penyelewengan atau kejahatan, maka hal itu menjadi suatu keberhasilan dari papa dan mama sebagai pelayan keluarga yang membanggakan. Kunci keberhasilan melayani keluarga adalah mengandalkan kuasa Roh Kudus yang terus membimbing setiap anggota keluarga dalam hidup tiap hari.
Doa : Tuhan, penuhilah kami dengan Roh-Mu agar mampu membimbing anak-anak ke jalan yang baik. Amin
Minggu, 13 Agustus 2017
Bacaan : Galatia 5 : 1-15
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.
Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapa pun juga dia.
Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.
Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”
Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
MERDEKA : SALING MELAYANI
Tanggal 17 Agustus 2017 merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yang telah merdeka selama 72 tahun. Oleh karena itu sebagai masyarakat bangsa Indonesia kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah membebaskan kita dari penjajahan. Ucapan syukur HUT Kemerdekaan RI ke-72 memunculkan pertanyaan, apa makna kemerdekaan itu bagi kita ? Bacaan Alkita hari ini, khususnya ayat 13 menyatakan bahwa “saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasi”. Kalau kita merenungkan hal tersebut maka kita menemukan bahwa merdeka dari penjajah atau bebas dari dosa, bukan berarti hidup sesuka hati, dan bebas bikin apa saja. Tidak demikian.! Merdeka dari penjajah membuat kita harus mampu menata hidup bersama sebagai Bangsa Indonesia, yang hidup rukun, damai dan juga sejahtera. Tidak menyebarkan fitnah, kebencian dan permusuhan, yang pada akhirnya mendatangkan dosa. Merdeka dari dosa berarti memberi diri diatur oleh Tuhan, dan saling melayani dengan penuh cinta kasih. Dengan kata lain, kasih menjadi dasar untuk saling melayani. Saling melayani diantara suami dan isteri, orangtua dan anak, adik dan kakak, tetangga dengan tetangga, teman dengan teman, sehingga kita menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya.
Doa : Tuhan terima kasih untuk kemerdekaan bagi bangsa kami, dan pengampunan-Mu atas dosa kami, amin
by. LPJ-GPM