Santapan Harian Keluarga, 3 – 9 Juni 2018
Minggu, 3 Juni 2018
bacaan : Mazmur 104 : 19-35
19 Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. 20 Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. 21 Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. 22 Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; 23 manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. 24 Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. 25 Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. 26 Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya. 27 Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. 28 Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan. 29 Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. 30 Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi. 31 Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya! 32 Dia yang memandang bumi sehingga bergentar, yang menyentuh gunung-gunung sehingga berasap. 33 Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. 34 Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN. 35 Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!
Allah Yang Atur Segala Sesuatu
Allah kuasa melakukan segala perkara, Allah ku maha kuasa
… Dia ciptakan seisi dunia, atur s’gala masa, Allah ku maha kuasa.”
Itulah sebait syair lagu yang sering dinyanyikan dikala orang mensyukuri sesuatu ataupun menggumuli suatu masalah. Ya, seluruh ciptaan memang telah diatur oleh Allah sedemikian rupa sehingga masing-masing berada pada jalur dan waktu yang telah ditetapkan. Bulan takkan berubah menjadi matahari atau bintang yang keluar pada siang hari. Tumbuh-tumbuhan menghasilkan pada musimnya dan seterusnya. Begitu pula dengan kita, sekalipun kita adalah ciptaan Allah yang termulia, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Tapi dalam kenyataan hidup sesehari, fakta menunjukan bahwa manusia seringkali lupa akan posisi ini. Contohnya: Ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dll, ada yang beranggapan bahwa itu karena usaha dan kerja kerasnya. Dan jika terjerat kemiskinan, penderitaan dan, sengsara, ada yang beranggapan bahwa Allah meninggalkannya dan membiarkannya bergumul sendiri. Melalui renungan hari ini, kita diingatkan untuk menyadari dan memahami bahwa Allah telah meletakkan masing-masing ciptaan, bukan hanya manusia, pada jalurnya dan semunya menuju pada pemenuhan kehendak Allah demi kehidupan yang berkelanjutan. Sehingga semua ciptaan, apalagi manusia sebagai mandataris Allah, harus berjalan melalui jalur yang telah ditetapkan-Nya dan berada di bawah kendali Allah. Jika keluar dari jalur dan kendali Allah, pasti akan binasa.
Doa : Tuhan Yang Berkuasa mengatur segala sesuatu, ajarkan kami berjalan tersu di jalanMU, amin
Senin, 4 Juni 2018
bacaan : Ibrani 1 : 8-10
8 Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. 9 Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.” 10 Dan: “Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah 8meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.
Di Manakah Takhta Yesus Dalam Hidup Kita?
Kristus, adalah Putera Allah, Ia lebih tinggi dari segala sesuatu, bahkan dari malaekat-malaekat. Dalam bacaan kita disebut bahwa Yesus Kristus mendapat pengakuan/pengesahan dari Allah bahwa Ia adalah Putera-Nya dan malaekat-malaekat adalah pelayan yang harus menyembah-Nya. Yesus akan duduk di kanan Allah, memegang pemerintahan dan menjadi Raja di atas segala raja untuk selamanya. Pemerintahan-Nya tidak berkesudahan. Ciri kepemimpinan-Nya sebagai raja ialah adanya: keadilan, kebenaran serta kebencian terhadap kefasikan. Sifat-sifat yang hanya mungkin dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang benar. Saudaraku, Yesus pantas menerima segala hormat dan kemuliaan ini, bukan hanya karena telah ditetapkan oleh Allah, Bapa-Nya, tetapi juga karena karya-karya di bumi ini telah membuktikan bahwa diri-Nya lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan, termasuk para malaekat. Karena itu, semakin kita meemahami karya Yesus, seharusnya kita semakin tunduk dan taat tanpa syarat. Cara satu-satunya mewujudkan ketundukan dan ketaatan itu adalah : “MENJADIKAN DIA SEBAGAI RAJA DALAM HATI KITA. Jadi Dia, Yesuslah yang mengendalikan pikiran kita. Dari setiap perkataan kita, Dia, Yesus yang dimuliakan. Yesuslah yang mengarahkan setiap perbuatan kita. Bila di surga, Yesus bertakhta di sebelah kanan Allah Bapa, di manakah takhta-Nya dalam hidup kita?? Keputusan dan jawabannya ada pada masing-masing kita.
DOA : Ya Tuhan, ajarkan kami untuk memberi tempat yang tepat bagi Yesus untuk bertahta dalam hidup kami, amin
Selasa, 5 Juni 2018
bacaan : Imamat 25 : 1-13
Tahun Sabat dan tahun Yobel
TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai: 2 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN. 3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, 4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi. 5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu. 6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu. 7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya. 8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun. 9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. 10 Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. 11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya. 12 Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. 13 Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.
Tanah Juga Perlu Istirahat
Hari ini seluruh dunia merayakan hari “Lingkungan Hidup”. Tema Hari Lingkungan Hidup tahun 2018 ini adalah : “Connect with Nature” ( =Terhubung dengan alam). Tema ini memiliki misi : mengajak penduduk bumi untuk menggunakan, mengenang dan menikmati keindahan alam. Keprihatinan dan kepedulian terhadap masalah lingkungan hidup, membuat beberapa orang yang tergabung dalam Coupis Family mengumpulkan beberapa slogan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 4 di antaranya adalah :
Merusak alam berarti merusak rumahmu sendiri
Menebang sebatang pohon, menghancurkan ribuan kehidupan
Mencemari air sama saja dengan mencemari pikiran
Satu sampah menimbulkan ribuan masalah
Saudaraku, bacaan hari ini berbicara soal Perintah Tuhan untuk “mengistirahatkan tanah” pada tahun sabat (ke-7) dan Yobel (ke- 50). Tanah tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang dan diperas “isinya” sampai habis. Tanah butuh istirahat, agar bisa mengaso dan berbenah. Sekalipun manusia telah diberi mandat untuk menggarapnya, tetapi manusia harus ingat bahwa bumi ini, termasuk tanah adalah milik Allah, sehingga perlakuan manusia atas tanah menunjukkan sikapnya terhadap Sang Pemilik Tanah. Jadi saudaraku, sebagai wujud hormat kepada Sang Pemilik Bumi (Tanah), mari kila perhatikan dan perlakukan slogan di atas.
doa : Tuhan bantulah kami menjaga alam ini sebagai wujud rasa hormat kepada-Mu, sebagai Sang Pemilik, amin
Rabu, 6 Juni 2018
bacaan : Imamat 25 : 14-17
14 Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain. 15 Apabila engkau membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun Yobel, dan apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun panen. 16 Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah panenlah yang dijualnya kepadamu. 17 Janganlah kamu merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.
Jang Biking Rugi Orang Laeng..!
Beta ni balong pung rumah sandiri di daratan pulau Ambon ni, jadi beta ada lur kasana kamari, mangkali bisa dapa tana sapanggal par bangong paparisa kacil satu jua, la jang kontrak ruma tarus. Beta ada naksir tana sapotong di Nagri “Tagalaya”, trus beta tanya mangkali yang punya mo jual. Tau-tau bagini dong di situ bilang par beta : “Ina ee, jang bali akang tana tu, itu dong su jual atas jual. Kaka jua par A, Oom jual par G, Wate jual N, Mui jual par Z. Jadi labe bai cari yang laeng jua, Ina”. Laeng waktu, beta ada di kampong “Amanisal”, Beta lia ada ruma deng tulisan “DIJUAL “. Beta telpon ka nope yang ada di situ. Maitua yang mo jual ruma ni tinggal di nagri sabala, “Nagri Hinal”. Dar orang di situ beta dapa tau kalo Maitua ni baru bali ruma tu dua bulang lalu deng saparo harga dar harga jual sakarang. Saudaraku, kondisi seperti di atas sering kita temui dalam realitas kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan Orang Kristen. Kalimat “janganlah kamu merugikan satu sama lain” dalam bacaan kita bermaksud ganda, yakni: 1). menjamin keadilan dalan jual beli, bukan saja tanah, tetapi juga yang lainnya. 2). mencegah penyerobotan hak. Sehingga jika kita “berjual beli”, ingatlah untuk tidak merugikan orang lain entah itu dengan “membeli dari produsen dengan harga dibawah” ataupun “menjual kepada konsumen dengan harga berkali lipat. Atau karena keserakahan orang yang kuat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang yang kita inginkan, sehingga tidak peduli dengan hak orang lain, termasuk kaum lemah.
Doa : Tuhan buatlah kami mengahargi hak orang lain dan tidak menghalalkan cara apa saja untuk menguntungkan diri sendiri, amin
Kamis, 7 Juni 2018
bacaan : Imamat 25 : 18-22
18 Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam di tanahmu dengan aman tenteram. 19 Tanah itu akan memberi hasilnya, dan kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman tenteram. 20 Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami? 21 Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun. 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama.”
Mau Tinggal deng Aman? Biking Tuhan pung Atorang
Saudaraku, musim hujan telah tiba. Ketika hujan turun dengan lebat dengan waktu yang lama, semua yang tinggal di pinggir kali dan di lereng gunung mulai waspada, amankan surat dan barang berharga. Tidur juga tidak bisa nyenyak karena harus siaga karena takut nanti ada banjir ataupun tanah longsor. Bahkan mungkin ada yang ngungsi, numpang nginap di tempat keluarga yang relatif aman. Berkaitan dengan peraturan tentang tahun Sabat, umat menjadi kuatir dan bertanya: “Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami!” Atas pertanyaan ini, jawaban Allah cukup jelas, yaitu bahwa berkat Allah akan mencukupi hidup mereka yang taat kepada perintah-Nya untuk tidak sewenang-wenang terhadap alam. Nah saudaraku, jawaban Tuhan ini mengingatkan kita untuk peduli terhadap lingkungan. Karena dengannya, Allah akan mencukupi kebutuhan hidup kita. Berkat akan Tuhan perintahkan menghampiri kita sehingga kita takkan berkekurangan. Karena itu kita harus :
1) Membenci tindakan membuang sampah menebang pohon sembarangan.
2) Malu jika kendaraan kita mengeluarkan asap tebal yang mencemari udara, dan membuang limbah ke sungai/kali yang mencemarkan air
3) Sadar bahwa tindakan di atas mencemari alam milik Allah, bukan milik kita.
doa : Ya Tuhan, Pemilik Alam Semesta, buatlah kami malu jika kami mencemari alam milik-Mu, amin
Jumat, 8 Juni 2018
bacaan : Mazmur 107 : 23-32
23 Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas; 24 mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam. 25 Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya. 26 Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka; 27 mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal. 28 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, 29 dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. 30 Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka. 31 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia. 32 Biarlah mereka meninggikan Dia dalam jemaat umat itu, dan memuji-muji Dia dalam majelis para tua-tua.
Ya Tuhan, Aku masih Ingin Hidup, Tolonglah Kami.!
Laut adalah rumahku, laut adalah tempat tidurku, laut adalah hidupku. Sebagian besar waktu hidupku habis ditengah lautan. Dengan kapal, bersama teman-teman kami berlayar mengarungi lautan yang luas untuk menangkap ikan dan menjualnya. Di dalam kapal, banyak hal yang buruk pun kami lakukan. Maklumlah kehidupan seorang pelaut Setiap dua tahun, aku baru bisa bertemu dengan istri dan anak-anakku. Bapak Sony berbagi pengalaman hidupnya dalam suatu ibadah unit.. la melanjutkan: “Suatu saat kami terancam kematian. Apa yang bisa kami lakukan? Ketika angin kencang, badai topan, gelombang yang besar, bergulung-gulung menghantam kapal kami ?. “Seluruh kekuatan kapal telah habis, kami saling menatap pasrah satu dengan yang lain. Aku hanya bisa tertunduk, memejamkan mata dan berkata dalam doaku kepada Tuhan: ya Tuhan tolonglah kami, ampunilah kami. Tuhan, anak-anakku masih sekolah, istriku masih membutuhkanku, selamatkanlah kami Tuhan. Satu jam kemudian, kami merasakan angin, badai, dan gelombang pun reda. Betapa Tuhan menunjukan kasih-Nya dan kuasa-Nya!!! Kamipun saling berpelukan, dan menangis sambil berkata satu kepada yang lain : “Jika Tuhan tidak menolong tadi, kita sudah mati, dan tubuh kita dimakan oleh ikan-ikan. Lalu kami pun melanjutkan pekerjaan dan beberapa bulan kami kembali ke darat dari laut, aku bisa memberi makan keluargaku, menyekolahkan anak anakku. Kerja kerasku tidak sia-sia. Ternyata … Tuhan tidak hanya ditemukan di gereja. Tuhan ada di lautan yang luas. Kasih dan Kuasa Tuhan menyelamatkan kami dan keluargaku.
doa : Tuhan kami bersyukur untuk segala penyertaan-Mu dalam hiduku. Kami mau bersaksi tentang perbuatan tangan-Mu, amin
Sabtu, 9 Juni 2018
bacaan : Mazmur 77 : 17-21
(77-17) Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar. 17 (77-18) Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan. 18 (77-19) Deru guntur-Mu menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang. 19 (77-20) Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. 20 (77-21) Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.
Dalam Susahku Tersedia Kebaikan Tuhan
Dalam kesendiriannya ditepi pantai, pa Semy merenungkan kesulitan hidup yang sementara dialami “Hei ombak!!!!! Dengarkan!! Aku kecewa berat sama Tuhan. Sangat tidak adil Tuhan itu. Coba lihat hidupku, aku donatur untuk semua kegiatan gereja. Aku sangat loyal dan penuh dedikasi untuk semua tugas yang diemban dalam bergereja. Di kantor, prestasi kerjaku sangat terbukti. Tapi mengapa aku harus diberlakukan dengan tidak adil dalam kerja? Bagaimana kelangsungan hidup ekonomi keluargaku? Bagaimana kelanjutan sekolah anak-anakku? Gagal semua perencanaan hidup.. Dimana kebaikan Tuhan bagiku? ”Pa Semy terdiam……Tetapi kemudian ia bertanya pada dirinya sendiri: ”Apakah aku salah atau benar ya, menilai Tuhan seperti ini?”. Bukankah dulu aku dan keluargaku juga pernah mengalami kesusahan? Tapi Tuhan menolong kami: banyak kesempatan tersedia bagi kami untuk mengolah berbagai potensi sehingga apa yang aku takuti tentang banyak hal dalam keluarga tak pernah terjadi. Anak-anakku bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus dan tidak mengecewakan, dan istriku adalah motivator dan penasehatku. Jadi, jika dulu Tuhan menolong dan memelihara keluargaku, pasti saat ini, esok dan selamanya, Tuhan tetap menolong dan memelihara keluargaku. Lebih baik dalam situasi sulit saat ini, aku mengerjakan saja apa yang harus dikerjakan bagi Tuhan. Aku percaya, setiap hari Tuhan memberi kebaikan. Apa yang kualami saat ini bukan lagi kesusahan tapi kebaikan-kebaikan Tuhan. Pa Semy penuh semangat menjalani hidupnya. Nikmatilah setiap kesusahan sebagai kebaikan Tuhan
doa : Ya Tuhan, tuntun kami dengan Roh-Mu dan hikmat-Mu supaya kami mengerti kebaikan-Mu bagi kami. Amin
*sumber : Santapan Harian Keluarga, penerbit LPJ – GPM