fbpx

Santapan Harian Keluarga, 17 – 23 Juni 2018

[jemaatgpmsilo.org – Ambon]

Minggu, 17 Juni 2018

bacaan : Matius 15 : 21-28

Perempuan Kanaan yang percaya

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” 23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” 24 Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” 26 Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 27 Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Keberanian Perempuan Kanaan

Kisah perempuan Kanaan ini merupakan satu kisah yang baik untuk kita teladani. Kisah ini menceritakan bagaimana Yesus memulihkan seseorang yang dianggap tidak layak, dipinggirkan dan ditindas. Yang menarik dari kisah ini adalah keberaniannya untuk menjumpai Yesus dan mendapatkan solusi bagi anaknya yang kerasukan setan. Ia berani keluar dari kampungnya dan datang ke tempat yang beresiko untuk berjumpa dengan Yesus. Ia beresiko diusir dan ditolak bahkan ketika Yesus mengujinya dengan mengasosiasikan perempuan Kanaan ini dengan “anjing” yang tidak layak mendapatkan pertolongan, tetapi pada akhirnya perempuan Kanaan ini dapat merebut posisinya bukan dengan marah atas perkataan Yesus dan perlakuan murid-murid, bukan dengan marah atas penghinaan tetapi dengan berargumen. Itulah sebabnya Yesus memuji keberanian dan imannya sehingga apa yang diharapkan oleh perempuan Kanaan itu dilakukan oleh Yesus. Belajar dari keberanian perempuan Kanaan ini kita diingatkan untuk memiliki keberanian untuk memperjuangkan hak kita sebagai manusia yang seringkali diinjak-injak hanya karena sesuatu hal. Kita harus berani untuk tetap memperjuangkan apa yang menurut kita benar. Tentu saja kita harus melakukannya dengan cara­-cara yang baik, kita mengatakannya dengan tanpa kekerasan, diatas semuanya itu kita berdoa kepada Tuhan agar apa yang kita perjuangkan itu pada akhimya akan terjawab.

doa : Tuhan, berilah kami keberanian untuk memperjuangkan apa yang benar dalam hidup ini, amin

Senin, 18 Juni 2018

bacaan : Yosua 6 : 1-20

Jatuhnya Yerikho

Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup kota itu karena orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk. 2 Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. 3 Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, 4 dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. 5 Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung ke depan.” 6 Kemudian Yosua bin Nun memanggil para imam dan berkata kepada mereka: “Angkatlah tabut perjanjian itu dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut TUHAN.” 7 Dan kepada bangsa itu dikatakannya: “Majulah, kelilingilah kota itu, dan orang-orang bersenjata harus berjalan di depan tabut TUHAN.” 8 Segera sesudah Yosua berkata kepada bangsa itu, maka berjalanlah maju ketujuh orang imam, yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di hadapan TUHAN, lalu mereka meniup sangkakala, sedang tabut perjanjian TUHAN mengikut mereka. 9 Dan orang-orang bersenjata berjalan di depan para imam yang meniup sangkakala dan barisan penutup mengikut tabut itu, sedang sangkakala terus-menerus ditiup. 10 Tetapi Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu, demikian: “Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah! –maka kamu harus bersorak.” 11 Demikianlah tabut TUHAN mengelilingi kota itu, mengedarinya sekali saja. Kemudian kembalilah mereka ke tempat perkemahan dan bermalam di tempat perkemahan itu. 12 Keesokan harinya Yosua bangun pagi-pagi, lalu para imam mengangkat tabut TUHAN. 13 Maka berjalanlah juga ketujuh orang imam, yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di depan tabut TUHAN, sambil berjalan mereka meniup sangkakala, sedang orang-orang bersenjata berjalan di depan mereka dan barisan penutup mengikut tabut TUHAN, sementara sangkakala terus-menerus ditiup. 14 Demikianlah pada hari kedua mereka mengelilingi kota itu sekali saja, lalu pulang ke tempat perkemahan. Dan begitulah dilakukan mereka enam hari lamanya. 15 Tetapi pada hari yang ketujuh mereka bangun pagi-pagi, ketika fajar menyingsing, dan mengelilingi kota tujuh kali dengan cara yang sama; hanya pada hari itu mereka mengelilingi kota itu tujuh kali. 16 Lalu pada ketujuh kalinya, ketika para imam meniup sangkakala, berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Bersoraklah, sebab TUHAN telah menyerahkan kota ini kepadamu! 17 Dan kota itu dengan segala isinya akan dikhususkan bagi TUHAN untuk dimusnahkan; hanya Rahab, perempuan sundal itu, akan tetap hidup, ia dengan semua orang yang bersama-sama dengan dia dalam rumah itu, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang kita suruh. 18 Tetapi kamu ini, jagalah dirimu terhadap barang-barang yang dikhususkan untuk dimusnahkan, supaya jangan kamu mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu setelah mengkhususkannya dan dengan demikian membawa kemusnahan atas perkemahan orang Israel dan mencelakakannya. 19 Segala emas dan perak serta barang-barang tembaga dan besi adalah kudus bagi TUHAN; semuanya itu akan dimasukkan ke dalam perbendaharaan TUHAN.” 20 Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.

Tembok Yerikho Runtuh

Kisah ini bicara tentang tembok Yerikho yang runtuh bukan karena digempur dengan kekuatan manusia, tetapi oleh kuasa Tuhan sendiri. Ini adalah penggenapan janji Tuhan kepada bangsa Israel seperti yang disampaikan kepada Yosua, “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu, Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa.” (6:2). Jalan Tuhan memang tidak terselami oleh pikiran manusia dan cara Tuhan bekerja tidak seperti yang dibayangkan. Dia bekerja menurut cara-Nya sendiri. Tuhan memerintahkan bangsa Israel mengelilingi tembok Yerikho selama tujuh hari sambil membawa tujuh sangkakala tanduk domba. Dan di hari yang ke tujuh mereka diharuskan mengelilingi tembok itu tujuh kali, serta mendengar perintah Yosua untuk bersorak, maka runtuhlah tembok itu dan kota tersebut menjadi milik kepunyaan mereka. Sungguh, pergulatan iman yang membebaskan. Yosua bersama dengan bangsa Israel menjadi saksi iman dan ketaatan mengikuti perintah Tuhan. Karena ketaatan mereka itulah, akhirnya tembok Yerikho hancur dan kota itu bisa ditaklukkan. Memang, iman bukan hanya soal percaya kepada kuasa Tuhan, tetapi iman mesti disertakan dengan sikap dan perbuatan yang taat dan setia untuk melakukan pekerjaan dan perintah Tuhan. Iman tidak menjadikan kita berdiam diri dan menunggu. Tetapi iman menggerakan kita untuk melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan apa yang diimani.

doa : Tuhan, dalam iman dan ketaatan kepada-Mu, kami mau menjalani hari-hari hidup kami, amin

Selasa, 19 Juni 2018

bacaan : Markus 5 : 1-20

Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa

Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. 2 Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. 3 Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, 4 karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. 5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. 6 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, 7 dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” 8 Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” 9 Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.” 10 Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. 11 Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, 12 lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” 13 Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. 14 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. 15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. 16 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. 17 Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. 18 Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. 19 Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” 20 Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.

Dipulihkan Untuk Menjadi Saksi

Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang percaya tanpa terkecuali. Bersaksi berarti memberi kesaksian atas apa yang telah dialami, dilihat dan dirasakan secara pribadi, bukan menceritakan pengalaman orang lain. Tuhan Yesus pernah menyampaikan perihal seorang yang telah disembuhkan dari kuasa setan yang menguasainya begitu lama bahkan membuatnya tidak normal karena ia sering berada dikubur siang malam berteriak-teriak sambil memukul badannya dengan batu. Setelah disembuhkan dan dipulihkan, orang itu rindu untuk mengikut Tuhan Yesus, tetapi Tuhan Yesus melarangnya dan menganjurkan dia untuk pulang ke rumah dan bersaksi kepeda orang-orang di kampungnya. “Orang itupun pergi dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan semua orang menjadi heran” (ay.20). Dari kisah ini kita bisa belajar untuk bersaksi kepada orang lain tentang Tuhan Yesus, sebab setiap kita pasti pernah mengalami pertolongan Tuhan; dipulihkan dari sakit, dipulihkan rumah tangga dari ambang kehancuran dan dibebaskan dari cengkraman dosa dan kematian, kita punya pengalaman tentang bagaimana bisa bertahan dan hidup didalam kesesakan, penderitaan dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman ini dapat kita saksikan kepada orang lain. Karena itu, jangan menunda waktu untuk menceritakan kebaikan Tuhan atas hidup kita, atas keluarga kita, karena kesaksian yang baik sekecil apapun yang dibagikan akan sanggup memberkati hidup orang lain.

doa : Tuhan, biarlah pengalaman hidup kami yang baik, dapat menjadi kesaksian yang memberkati hidup orang lain, amin

Rabu, 20 Juni 2018

bacaan : Lukas 13 : 10-17

Menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat

10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. 11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. 12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” 13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. 14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” 15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? 16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” 17 Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.

Membebaskan Orang Lemah itu Prioritas

Kisah Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuki roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak pada hari sabat, memberikan makna bahwa kepedulian terhadap kemanusiaan mesti diletakkan di atas segala aturan dan tradisi. Yesus menunjukkan bahwa kuasa dan karya penyelamatan Allah terjadi setiap hari bukan pada hari tertentu saja, karena itu kita pun diwajibkan untuk berbuat baik setiap waktu, tidak terbatas pada ruang dan waktu atau situasi dan kondisi yang sulit. Prinsip iman yang benar mendorong kita berbuat sesuatu tanpa pamrih dan siap menghadapi resiko. Kemungkinan orang tidak setuju dan marah dengan perbuatan baik kita hendaknya tidak melemahkan kita untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar. Kisah ini membuat kita berefleksi akan segala aturan yang selama ini kita jalankan dalam tradisi keagamaan, dalam gereja atau dalam keluarga, nilai apa yang mau dicapai ketika kita menjalankan tradisi dan peraturan tersebut, apakah nilai yang lebih mengutamakan perbuatan baik dan benar bagi manusia dan bertujuan untuk memberikan kehidupan ataukah lebih menekankan peraturan kaku yang kebanyakan merugikan. Karena itu, seharusnya aspek kemanusiaan perlu menjadi pertimbangan prioritas diatas aturan dan tradisi keagamaan yang sedang kita jalankan, jika itu untuk sebuah pembebasan dan kebaikan.

doa : Tuhan, berilah kami kemampuan untuk melakukan kebaikan bagi kemanusiaan setiap hari dalam hidup kami, amin

Kamis, 21 Juni 2018

bacaan : Markus 10 : 46-52

Yesus menyembuhkan Bartimeus

46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” 48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” 49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” 50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” 52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Keluarga yang Bertindak dengan Iman

Apa yang sesungguhnya menyembuhkan Bartimeus? Alkitab mengatakan IMAN yang dimilikinya. Imannya yang percaya, yang tidak tergantung pada logika manusia, yang tidak tergantung apa kata orang. Ia tahu imannya tidaklah terletak pada pendapat manusia lainnya, atau tergantung tingkat kesulitan keadaan atau situasi yang tengah ia hadapi, tetapi semata-mata merupakan koneksi/hubungan antara dirinya dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bartimeus berpegang teguh akan hal itu, dan Yesus berkata besar imannya itulah yang menggerakkan Tuhan untuk menyelamatkannya. Iman seperti itu ternyata cukup sanggup menggerakkan Tuhan untuk turun tangan melakukan hal-hal yang ajaib dalam hidup keluarga kita. Singkatnya, iman, itulah yang kita butuhkan untuk menerima berkat dan mukjizat Tuhan kepada kita. Mudah bagi kita untuk menyebut kata iman, namun dalam prakteknya seringkali hal ini sulit untuk dilakukan. Mengapa begitu? Karena iman biasanya berhubungan dengan sebesar apa kepercayaan dan pengharapan kita kepada Tuhan pada saat jalan terasa buntu, sempit dan penuh situasi sulit. Dan itulah tepatnya yang diingatkan di dalam Alkitab (Ibrani 11: 1 ). Iman memegang peran yang sangat penting bagi kita. Bisa tidaknya kita menerima mujizat Tuhan untuk menjawab permasalahan kita, termasuk yang sudah seperti tidak ada jalan keluar lagi sekalipun, itu akan sangat tergantung dari ukuran iman kita. Sebesar apa? Yesus sudah mengatakan sekiranya seukuran biji sesawi saja besar iman kita, maka takkan ada yang mustahil bagi kita· (Mat.7:20). Jika hari ini diantara kita ada yang mungkin sedang menghadapi jalan buntu yang terlihat seperti tidak lagi punya solusi atau harapan, ini saatnya setiap keluarga Kristen belajar mengambil keputusan seperti Bartimeus yang berseru kepada Yesus.

doa : Apapun masalah kami, Tuhan tetaplah andalan kami, amin

Jumat, 22 Juni 2018

bacaan : I Samuel 1 : 1-28

Lahirnya Samuel

Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. 2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. 3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas. 4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian. 5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya. 6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. 7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. 8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?” 9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, 10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” 12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; 13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. 14 Lalu kata Eli kepadanya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu.” 15 Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. 16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” 17 Jawab Eli: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.” 18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: “Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu.” Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi. 19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. 20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada TUHAN.” 21 Elkana, laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan tahunan dan korban nazarnya kepada TUHAN. 22 Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: “Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya.” 23 Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: “Perbuatlah apa yang kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, TUHAN kiranya menepati janji-Nya.” Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya sampai disapihnya. 24 Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu. 25 Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli; 26 lalu kata perempuan itu: “Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN. 27 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. 28 Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.

Hasil dari Perjuangan Iman

Perjuangan iman untuk mendapatkan keturunan dari pernikahan yang sudah berlangsung selama 12 tahun akhimya terjawab sudah. Ini dikarenakan ibu Lenny setia bergumul siang dan malam kepada Tuhan. Awalnya berbaqai cara sudah ditempuh oleh ibu Lenny dan suami. Program hamil pun diikuti dengan tekun namun tetap saja tidak menghasilkan apa-apa. Sang suami sudah mulai menyerah dan tidak lagi fokus kepada ajakan ibu Lenny untuk berobat dan mengikuti saran saudara, tetangga maupun teman-teman. Ia mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan rutinnya dan selalu menghibur sang istri untuk berserah saja buat Tuhan. Namun sebagai istri, ibu Lenny tidak berputus asa dan cepat menyerah. Ia terus berdoa dan berpuasa. Dan dengan di bantu sang mama, mereka meminta topangan seorang hamba Tuhan. lbu Lenny berkeyakinan dalam iman percayanya bahwa Tuhan pasti memperhitungkan imannya. Dan perjuangan iman ibu Lenny memang dahsyat!!! Perjuangan imannya dalam pergumulan panjang selama 12 tahun membuahkan hasil yang membuat ia menangis dan bersyukur tak putus-putusnya buat kebaikan Tuhan. Ia dinyatakan mengandung dan akhimya dalam kehamilannya 9 bulan, lahirnya seorang anak laki-laki dan diberi nama Sam. Menjalani hidup sebagai orang beriman memang tidaklah luput dari masalah. Cerita Alkitab hari ini pun menampilkan sosok seorang perempuan Hana yang juga berjuang dengan imannya untuk memperoleh keturunan agar tidak terhina di depan gundik suaminya dan juga menjadi aib bagi masyarakat di saat itu jika tidak memiliki anak. Dan Tuhan pun bertindak ketika melihat iman Hana. Dari kisah ini kita diajak untuk tidak membiarkan masalah menguasai diri kita dan menggoyahkan iman kita, melainkan mau membawa setiap persoalan kepada Allah melalui doa. Berdoalah terus-menerus dengan segenap hati sambil percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita.

doa : Terima kasih ya Tuhan, Kau perhitungkan iman kami, amin

Sabtu, 23 Juni 2018

bacaan : I Raja-Raja 17 : 7-24

Elia dan janda di Sarfat

7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. 8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: 9 “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” 10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.” 11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.” 12 Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” 13 Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” 15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. 16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. 17 Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. 18 Kata perempuan itu kepada Elia: “Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?” 19 Kata Elia kepadanya: “Berikanlah anakmu itu kepadaku.” Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. 20 Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?” 21 Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.” 22 TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. 23 Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: “Ini anakmu, ia sudah hidup!” 24 Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: “Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.”

Tuhan Memenuhi Kebutuhan Umat Yang Percaya

“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28)”. Saya sangat tertarik dengan kalimat ayat Alkitab ini. Yah!!! Sungguh menarik ayat ini.Allah tidak tinggal diam menyaksikan hidup kita ciptaanNya, namun Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan berbagai kebaikan guna memenuhi kebutuhan hidup kita. Hal ini dengan jelas dapat kita lihat dalam bacaan kita bagaimana Allah mencukupkan kebutuhan hidup Elia dan janda di Sarfat itu. Kita harus mengakui bahwa apapun dan bagaimana pun, kita adalah manusia yang memiliki keterbatasan hidup. Kita, sebagai manusia dalam hidup ini tidak cukup hanya berusaha, bekerja dan berfikir. Tetapi diatas semua usaha yang kita lakukan dalam hidup ini ada Tuhan yang menciptakan kehidupan itu sendiri. Elia pada masa itu yang harus tergantung pada Tuhan melalui sungai Kerit, burung gagak dan juga janda di Sarfat, begitu pula janda di Sarfat beserta anaknya yang tergantung sepenuhnya dengan mujizat dari Tuhan. Maka keluarga-keluarga Kristen juga diarahkan supaya setiap usaha, pekerjaan dan semua yang kita rancangkan atas kehidupan ini, kita serahkan kepada Tuhan untuk disempurnakan olehNya. Supaya jangan rancangan kita yang jadi atas hidup kita, tetapi biarlah kehendak dan rancangan Tuhan yang terjadi dalam hidup kita. Hidup beriman yang sungguh kepada Tuhan akan mebebaskan kita dari berbagai kesulitan-kesulitan hidup dengan berbagai kebutuhan yang ada di dalam. Yakin, percaya sepenuhnya dan imani Tuhan sajalah, maka mengatakan; “Imanmu telah menyelamatkan engkau”.

doa : terima kasih Tuhan untuk kebaikan-Mu, amin

 

*Sumber : Santapan Harian Keluarga, Penerbit LPJ – GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *