fbpx

Santapan Harian Keluarga, 7 – 13 April 2019

AMBON, jemaatgpmsilo.org

Minggu, 07 April 2019                               

bacaan : Lukas  23 : 13 – 25  (T)

Yesus kembali di hadapan Pilatus

13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, 14 dan berkata kepada mereka: “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” 17 (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.) 18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” 19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” 22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” 23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. 24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

Tak Kudapati Kesalahan Apapun Pada Diri-Nya

ering dalam kehidupan ini kita mendapati orang-orang yang dituduh bersalah atas apa yang tidak mereka lakukan. Yang menyedihkan adalah ketika mereka harus mengalami kekerasan yang berujung pada kematian akibat tuduhan dan fitnahan itu karena penguasa dan pengadilan yang tak berpihak pada mereka. Demikianlah yang dialami oleh Yesus ketika Ia diperhadapkan kepada Herodes dan Pilatus secara bergantian karena dituduh sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Herodes tak menemukan kesalahan apapun pada Yesus sehingga ia melimpahkan masalah tersebut kepada Pilatus sebagai penguasa tertinggi. Tetapi hal yang sama pula terungkap oleh Pilatus bahwa ia pun tidak mendapati kesalahan apapun seperti yang dituduhkan kepada Yesus. Karena itu ia berniat melepaskan Yesus, tetapi karena desakan banyak orang pada waktu itu yang menghendaki Yesus disalibkan, maka Pilatus mengikuti keinginan tersebut dan membiarkan Yesus menanggung derita dan hukuman karena fitnah yang dituduhkan kepada-Nya. Kerelaan Yesus untuk menanggung penderitaan akibat fitnahan ini memperlihatkan betapa Ia mengasihi kita manusia dan menghendaki kita juga untuk belajar bertahan dalam penderitaan terutama ketika kita difitnah dan dituduhkan segala yang jahat atas hidup kita. Selalu kita meyakini bahwa pembalasan itu adalah hak Tuhan.Ia melihat semua yang terjadi atas hidup kita, sebab itu bertekun dan serahkan semuanya kedalam maksud dan rencana Tuhan.

Doa: Tuhan, berilah kesabaran bagiku untuk menanggung penderitaan atas kesalahan yang tak kulakukan.Amin.

 

Senin, 08 April 2019                                      

bacaan : Matius 26 : 1 – 5 (T)

Pemberitahuan keempat tentang penderitaan Yesus — Rencana untuk membunuh Yesus
Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: 2 “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.” 3 Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, 4 dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. 5 Tetapi mereka berkata: “Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat.”

Jangan Berkhianat

Sering dikatakan bahwa dalam politik tidak ada kawan atau lawan, yang ada hanyalah perbedaan kepentingan. Maksudnya, perbedaan kepentingan dapat membuat seseorang menjadi lawan bagi yang lain. Tetapi bila ada kepentingan yang sama, posisi lawan akan berubah menjadi kawan. Bacaan kita hari ini memperlihatkan bahwa imam-imam kepala, dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul di istana imam besar Kayafas dengan kepentingan yang sama untuk merencanakan pembunuhan Yesus. Masalahnya, mereka takut menangkap Yesus pada waktu perayaan karena akan memancing keributan diantara rakyat. Itu sebabnya mereka mencari cara yang tidak mengganggu keamanan di Yeruslem. Paskah sebagai perayaan kemerdekaan Israel, menjadi moment untuk merampas kemerdekaan seseorang. Kisah pengkhianatan dan tipu muslihat ini harus menjadi peringatan penting bagi kita untuk selalu memeriksa diri.Masih adakah hal-hal tersembunyi yang merupakan pengkhianatan kita pada Yesus yang rela menderita demi keselamatan hidup kita? Ataupun sikap hidup kita yang suka berkhianat dan merancangkan tipu muslihat untuk menjatuhkan orang lain? Mari kita mohon ampun dan menaati Tuhan dalam seluruh hidup kita agar kita tidak menjadi orang-orang yang mudah berkhianat dan mengingkari iman kita hanya karena kepentingan tertentu.

Doa: Tuhan, jauhkan aku dari kecenderungan merencanakan yang jahat dan mengkhianati orang lain.Amin.

 

Selasa, 09 April 2019                                 

bacaan : Yohanes 2 : 13 – 17 (T)

Yesus di Kapernaum Yesus menyucikan Bait Allah

13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”

Cinta Untuk Rumah-Mu, Menghanguskan Aku

Kemarahan tidak selalu harus ditafsirkan sebagai wujud hilangnya belas kasihan. Orang yang emosionalnya tinggi, kita gampang maklum dan mengerti kalau orang itu marah-marah.Tetapi dengan orang yang berkarakter sabar, gampang menerima, suka berkorban dan selalu berusaha mencari yang terbaik, tiba-tiba marah, kita dapat berkesimpulan bahwa pasti ada yang tidak beres dan sudah keterlaluan. Dengan pandangan seperti itu kita harus melihat dan menilai kemarahan Yesus. Yesus menyatakan cinta-Nya kepada Bapa dengan membersihkan bait suci dari berbagai penyalahgunaan. Yesus dengan tegas menegur orang-orang yang berjualan dan mengotori bait Allah. Bagi Yesus, bait Allah dibangun sebagai tempat beribadah, perjumpaan antara Allah dengan manusia juga sebagai tempat berdoa. Namun tujuan itu menjadi terganggu dengan berbagai usaha dan kepentingan pribadi untuk mencari keuntungan diri melalui praktek penipuan dan pemerasan terjadi di bait Allah. Dari kisah ini kita belajar menghargai dan menjaga rumah Tuhan dan menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan yang memuliakan Tuhan. Jangan  terselip keinginan atau motivasi memegahkan kemuliaan diri dengan mengatasnamakan agama, kebutuhan ekonomi demi  kepentingan pelayanan gereja.

Doa: Tuhan, bantulah aku untuk semakin mampu menghayati kehadiranMu dalam tindakan hidupku setiap hari.Amin.

 

Rabu, 10 April 2019                             

bacaan : Yohanes 2 : 18 – 22 (T)

18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” 19 Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Memurnikan Agama

Bila esensi beragama sejati adalah relasi yang diperbarui, dan relasi kepada Allah dan sesama manusia ditandai dengan kasih dan kepedulian maka perilaku umat beragama pun harus mengalami transformasi. Perbuatan kontroversi Yesus mengacaukan pelataran Bait Allah, yang seharusnya dipakai untuk para peziarah Yahudi beribadah dengan khusuk, merupakan tanda bahwa pelayanan-Nya itu adalah membongkar akar kepalsuan beragama. Bait Allah adalah tempat untuk menyembah Allah Bapa, rumah doa (lih. Mat. 21:13). Namun, para pemimpin agama saat itu memanfaatkan Bait Allah untuk mencari keuntungan. Pelataran bait Allah yang telah menjadi ajang perlakuan tidak manusiawi itu harus dikembalikan pada fungsi semula. Kepada orang-orang Yahudi yang menentang-Nya. Ia menantang mereka untuk merombak Bait Allah karena Ia akan membangunnya kembali dalam tiga hari. Yang dimaksud pembangunan Bait Allah itu adalah tubuh-Nya sendiri. Secara simbolis Tuhan Yesus memproklamasikan kedatangan-Nya yang membawa pembaruan dalam kehidupan beragama yang paling mendasar, yakni relasi kepada Allah dalam ibadah dan doa. Diri-Nya adalah Bait Allah sempurna, saat kehadiran Allah nyata dan melalui-Nya semua orang dapat berelasi dengan benar kepada Allah Bapa. Jadi, dari dua peristiwa di nas ini, kita belajar tentang kehadiran Tuhan Yesus yang mentransformasi hidup sehari-hari dan ibadah.Tugas kita sebagai keluarga adalah menolong anggota keluarga kita bersama orang lain untuk  beribadah dengan benar dan bukan saling memanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Kita harus mewujudkan relasi kepada Allah dalam ibadah sehingga akan menolong orang lebih mengasihi dan peduli pada sesamanya.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk memaknai kebenaran firmanMu dengan benar. Amin.

Kamis, 11 April 2019                          

bacaan : Yohanes 2 : 23 – 25 (T)

23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. 24 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, 25 dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

Mengenal Dengan Benar

Mengenal seseorang tentu memiliki kepekaan terhadap orang tersebut. Tentang apa yang orang itu katakan dan perbuat setiap hari dalam hidup bersama. Apa yang dikatakan mestilah selaras dengan apa yang diperbuat. Dalam teks hari ini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bersaksi melalui perbuatan dan perkataan. Dan perbuatan Tuhan Yesus di Bait Allah bukan merupakan tindakan pengacauan yang memancing kerusuhan. Mengapa? Karena tidak ada reaksi yang keras dari pedagang-pedagang, dan juga yang terpenting, tidak ada reaksi dari tentara Romawi yang berjaga-jaga di Yerusalem. Dengan perkataan lain, tindakan Yesus dapat dilihat sebagai perbuatan religius, bukan perbuatan politik yang memancing kerusuhan massa. Bagi murid-murid, tindakan Yesus merupakan tanda yang memiliki makna lebih dalam. Dalam Injil Yohanes, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan dan memperdalam iman. Bagi yang sudah percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperdalam iman. Bagi yang belum percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan iman. Tanda-tanda adalah semua kesaksian Yesus dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Orang banyak dikatakan percaya pada Yesus karena tanda-tanda yang dibuat-Nya. Berbeda dengan psl.1:35-51, ketika orang-orang datang kepada Yesus secara perorangan, maka dalam bacaan hari ini,  orang-orang percaya pada Yesus secara massal. Baik secara perorangan maupun secara massal, namun Yesus tetap mengenal mereka yang percaya pada-Nya. Semuanya ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus yang kita sembah mengenal kita jauh lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri.

Doa: Tuhan, ajarilah kami mengenal Engkau lebih dekat sebagaimana Engkau mengenal kami. Amin.

 

Jumat, 12 April 2019                                

bacaan : Markus 10 : 35 – 45 (T)

Permintaan Yakobus dan Yohanes Bukan memerintah melainkan melayani

35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” 37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” 38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.” 41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

 

Motivasi Melayani

Jikalau kita melayani Tuhan dengan harapan mendapatkan pujian, kehormatan dan disanjung; pertama, kita salah dalam motivasi, kedua, mungkin kita kecewa, karena kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan tadi. Tetapi jikalau kita melayani Tuhan, bukan dengan harapan seperti tadi, melainkan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas apa yang sudah kita terima dari Tuhan, maka pertama, kita benar dalam motivasi dan kedua, kita tidak akan kecewa, malah sebaliknya, kita akan bersukacita, karena mendapat pujian dari Tuhan dan tidak mustahil juga dari manusia. Yang paling penting dalam pelayanan, kita dipuji oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Apa gunanya pelayanan kita, jikalau kita dipuji manusia, tetapi dicela oleh Tuhan? Jikalau dalam pelayanan kita mengharapkan pujian manusia, maka sebenarnya kita bukan sedang melayani Tuhan, tetapi melayani manusia, termasuk diri kita sendiri.

Sebagaimana Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, marilah kita melayani Tuhan, bukan untuk dilayani, disanjung dan dipuji, tetapi dengan tulus dan sungguh-sungguh untuk melayani; Untuk melayani Tuhan, keluarga kita dan orang-orang yang butuh pelayanan 

Doa: Tuhan, tolong bentuklah motivasi kami dalam melayani. Amin.

 

Sabtu, 13 April 2019                                

bacaan : Yakobus 4 : 11 – 12 (T)

Jangan memfitnah orang

11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia? 

Fitnah dibalas dengan Kasih

Apakah saudara pernah merasa sakitnya difitnah orang? Pasti orang yang kena fitnah akan sakit hati, marah, geram, malu dan ingin membalasnya. Fitnah adalah perkataan bohong yang bertujuan untuk menjelekan atau mencelakakan orang lain. Orang yang suka memfitnah dan menghakimi orang lain, pada dasarnya adalah orang merasa dirinya selalu benar dan tidak pernah menyadari bahwa ternyata dia juga punya kesalahan. Bayangkan kalau kita hidup serumah atau bertetangga dengan orang yang suka menyebarkan fitnah atau berteman dan bekerja dengan orang suka menyebar fitnah, berita bohong dan hoax. Memfitnah adalah perbuatan yang tidak adil dan tidak benar. Akibat dari fitnah, orang tidak lagi memiliki kasih, hubungan persaudaraan bisa hancur, kepercayaan bisa rusak, bahkan orang akan saling membenci dan mendendam. Di minggu Sengsara Tuhan Yesus yang ketujuh, marilah sejenak kita renungkan, bagaimana perasaan Tuhan Yesus ketika IA difitnah oleh para imam, ahli Taurat dan orang Farisi, bahkan dituduhkan segala hal yang jahat. Dan untuk tuduhan yang keji itu IA harus dihukum mati di tiang Kayu Salib.Yesus tidak bersalah, Yesus tidak berdosa, tetapi IA dituduh bersalah dan dihukum dengan sangat berat. Semua itu Yesus jalani karena IA mengasihi kita, manusia yang sepatutnya kena hukum karena kesalahan dan dosa kita. Kita hidup dan dibenarkan, hanya oleh Kasih Yesus yang Agung, yang rela  menderita ganti dan guna kita. Oleh sebab itu, dalam Surat Yakobus 4:11-12, Yakobus mengingatkan pembacanya dan kita semua agar kita tidak saling memfitnah dan tidak saling menghakimi. Dan kalaupun kita difitnah orang, janganlah membalasnya dengan perbuatan yang sama, sebab pembalasan itu hak Tuhan. Hiduplah saling mengasihi, saling menghargai dan saling mendoakan satu dengan yang lain.

Doa: Tuhan jauhkanlah kami dari keinginan untuk saling memfitnah, amin.

 

*sumber : SHK terbitan bulan April 2019 oleh LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *