fbpx

Santapan Harian Keluarga, 28 Juli – 3 Agustus 2019

AMBON, jemaatgpmsilo.org

Minggu, 28 Juli 2019                                 

bacaan : Amsal 22 : 1 – 9

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. 2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN. 3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. 4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan. 5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu. 6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. 7 Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. 8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. 9 Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin.

Membentuk Anak Bagi Masa depan Gereja & Bangsa

Penulis Amsal memberi pesan dengan sangat tegas, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun, ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.Yang menjadi soal ialah: didikan seperti apa yang harus diberikan agar jalannya tidak bengkok, dan apakah buah dari didikan itu betul-betul matang dan jadi berkat bagi sesama sampai masa tuanya? Jawabannya sangat sederhana, ajarilah mereka dengan ajaran-ajaran yang baik dan benar, dan terpenting berilah keteladan hidup kepada mereka. Itu adalah keharusan dan tanggungjawab orang tua untuk menanamkan dan menegakkan cara hidup yang betul, kualitas karakter sejati, serta prinsip-prinsip yang benar sesuai dengan standart firman Tuhan. Bukankah kepada kita (orang tua, para pendidik, pengajar, pelayan), Allah mempercayakan anak-anak milik pusaka-Nya, untuk dididik, dibina, diasuh, agar mereka berakar dan bertumbuh ke arah Kristus. Karena itu, marilah kita memberi waktu dan perhatian sepenuhnya kepada mereka, mewariskan nilai-nilai dan cara hidup yang benar, jadilah teladan hidup beriman kepada mereka melalui tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan sehari-hari. Sama seperti raja Salomo, ajarkanlah kepada mereka bahwa nama baik itu lebih berharga dari pada harta kekayaan. Bentuklah mereka menjadi anak-anak yang mengasihi Tuhan, sesama, dan ciptaan yang lain sehingga hidup mereka menjadi berkualitas secara iman, spiritual, etik moral dan intelektual untuk masa depan yang lebih baik.

Doa: Ya Bapa, mampukan kami dalam tanggungjawab menanamkan dan mewariskan nilai-nilai hidup benar melalui keteladan hidup kepada anak-anak, bagi masa depan gereja dan bangsa. Amin.

Senin, 29 Juli 2019                                   

bacaan : Amsal 23 : 19 – 21

19 Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke jalan yang benar. 20 Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. 21 Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping.

Memberikan Nasehat Dengan Teladan

Anak-anak selalu dinasehati untuk menjalani hidup bijak dengan takut akan Tuhan, dan menjaga diri dalam pergaulan. Bayangkan kepedihan hati orang tua bila anak-anaknya terseret pada pergaulan sesat. Bukan hanya nama baik tercoreng, namun yang jauh lebih menyakitkan adalah melihat mereka semakin jauh dari yang benar, semakin rusak secara moral dan mental, dan akhirnya binasa raga dan jiwa mereka. Salah satu faktor yang menjadi penyebab hancurnya anak-anak adalah miras. Miras bisa menyebabkan mereka mabuk. Dan mabuk bisa mengakibatkan dua hal. Keberanian atau kenekatan yang luar biasa untuk melakukan sesuatu yang berbahaya. Atau sebaliknya, melakukan perbuatan-perbuatan yang memalukan. Biasanya, kenikmatan dari miras membuat mereka melupakan sesaat masalah dan pergumulan hidup, terbuai dalam lamunan kosong tiada isi. Matanya melihat hal-hal yang aneh dan hatinya mengucapkan kata-kata yang kacau. Mereka tidak lagi menyadari apa yang terjadi pada diri mereka. Dalam keadaan seperti ini mereka tidak lagi berpikir sehat, belajar dan bekerja dengan baik, karena pikiran dan hati yang mengontrol hidup mereka telah kosong. Tanggungjawab orang tua adalah menyadarkan mereka, tunjukkan kasih dan kepedulian kita lewat perhatian dan kasih sayang yang tulus, pendidikan dan pembinaan yang konsisten melalui perilaku kita yang dapat menjadi teladan bagi mereka.  Sehingga masa depan mereka bermanfaat bagi gereja dan mesyarakat. Jadilah papa dan mama yang bijak!!!

Doa:  Tuhan, tolonglah agar kami dapat menjadi teladan. Amin.

Selasa, 30 Juli 2019                                  

bacaan : Amsal 23 : 24 – 26

24 Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia. 25 Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau. 26 Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku.

Nikmati Hasil Didikan Yang Memberi Sukacita

Kelangsungan hidup generasi yang takut akan Tuhan tidak terlepas dari kehidupan keluarga. Kunci kehidupan yang diberkati telah disampaikan oleh Tuhan dalam lingkungan keluarga, yaitu kesediaan mengajarkan perintah dan kebenaran Tuhan (Ul.6:6-9). Anak yang mengikuti teladan iman dan nilai hidup orang tuanya adalah warisan yang tak terbilang harganya. Teladan seperti apa yang dapat diperlihatkan papa dan mama kepada anak-anaknya? “Hidup takut akan Tuhan”. Orang tua menyapa anak-anak dengan nasehat, bimbingan dan didikan. Hati dan pikiran anak membutuhkan arahan dan bimbingan orang tua sebelum dunia luar bergerak mengarahkan dan membimbing mereka. Mau ke mana anak-anak itu diarahkan? Pertama-tama, papa dan mama sebagai orang tua mesti membuka hati supaya anak-anak juga dapat membuka hati menerima pengajaran dan nasehat. Ada orang tua yang mengutamakan bekerja banting tulang mencari uang demi kebutuhan hidup anak-anak, namun nyatanya bukanlah hal itu semata yang diperlukan anak-anaknya. Membuka hati untuk mendengarkan suara anak-anak, mendampingi mereka dalam setiap peristiwa, dan mendoakan masa depan mereka, adalah hal yang jauh lebih penting. Dan bagi anak-anak yang setia dan taat, akan tiba saatnya untuk menampung berkat yang mengalir dari Tuhan untuk menjadikan hidup mereka berbahagia di masa depan dan setiap orang tua akan bersorak-sorai dan bersukacita melihat jalan kehidupan anak-anak yang penuh berkat.

Doa: Tuhan Yesus, biarlah kami dapat menikmati sukacita dan bersorak-sorai dari hasil jerih lelah kami dalam mendidik anak-anak kami. Amin.

Rabu, 31 Juli 2019                                   

bacaan : Amsal 24 : 21 – 22

21 Hai anakku, takutilah TUHAN dan raja; jangan melawan terhadap kedua-duanya. 22 Karena dengan tiba-tiba mereka menimbulkan bencana, dan siapa mengetahui kehancuran yang didatangkan mereka?

Didiklah Anakmu Dengan Bijak

Ada dua anak laki-laki bersepeda motor tanpa memakai helm. Diperempatan jalan, mereka diberhentikan oleh seorang Polisi lalu lintas. Pak Polisi bertanya: “Kenapa kalian tidak memakai helm? Kalau kecelakaan, kepala kalian bisa hancur!” Tetapi mereka menjawab: “tenang saja pak Polisi, kami tidak mungkin celaka, karena Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami pak”. Pak Polisi bertanya: “Di mana Tuhan Yesus?” Jawab mereka: “Dia memang tidak kelihatan, tetapi Dia sedang bersama-sama kami di atas motor ini pak”. Pak Polisi berkata: “Kalau begitu, saya akan tilang kalian karena kalian telah melanggar aturan yakni berboncengan tiga orang, kalian berdua bersama Yesus dengan tidak memakai helm….!!!!

Cerita ini hanya mau menggambarkan bahwa orang tidak bisa mengabaikan peraturan lalu lintas di jalan raya dengan alasan disertai oleh Tuhan, sebab Tuhan Yesus tidak menghendaki manusia yang hidupnya tidak tertib. Kepatuhan pada berbagai peraturan dan disiplin adalah nilai hidup yang harus ditumbuhkan dari dalam keluarga. Didikan yang baik dan bijak, akan menjadikan setiap anak untuk hidup takut akan Tuhan, hormati dan taati setiap aturan yang berlaku dalam hidup keluarga, gereja, masyarakat. Di sinilah peran orang tua semakin diperlukan, untuk membentuk etik, moral, dan spiritual anak-anak kita. Didiklah anak-anakmu dengan bijak, maka mereka akan mendatangkan kebahagiaan bagimu!!!

Doa:  Tuhan, bantulah kami untuk bijak mendidik anak-anak. Amin.

Kamis, 01 Agustus 2019                          

bacaan : Amsal 13 : 1 – 6

1 Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan. 2 Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, tetapi nafsu seorang pengkhianat ialah melakukan kelaliman. 3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan. 4 Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan. 5 Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan diri. 6 Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.

Anak Yang Bijak, Harapan Masa Depan Gereja dan Masyarakat

Anak yang bijak adalah anak yang berhikmat. Anak yang bijak adalah anak yang tahumembedakan apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang jahat untuk dijauhi. Semuanya itu bersumber dari hikmat Allah, yaitu Firman. Anak yang berhikmat adalah anak-anak yang takut akan Allah. Sebab permulaan hikmat adalah takut akan Allah (Amsal 1:7; 9:10; Ayub 28:28; Maz. 111:10). Anak yang takut akan Allah tidak mungkin melakukan kejahatan sehingga menyusahkan orangtua, sesama, gereja dan masyarakat. Semua orangtua menginginkan supaya anak-anak mereka menjadi anak yang bijak karena hikmat Allah. Tetapi hikmat itu tidak datang dengan sendirinya. Hikmat itu pertama-tama datang dari Allah. Sebab Tuhanlah sumber segala hikmat, pengetahuan dan kebijaksanaan. Hikmat diberikan Allah kepada seorang anak melalui pendidikan dan pembinaan dalam keluarga. Keluarga dan gereja adalah sarana yang dipakai oleh Allah untuk mendidik dan membina anak-anak sesuai dengan hikmat Allah, yaitu Firman. Apa yang diajarkan di keluarga dan gereja akan ditumbuhkan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus, agar mereka menjadi anak-anak yang bijak. Mereka menjadi anak-anak yang setia mendengarkan didikan orangtua dan rajin mengikuti poses pendidikan di Sekolah Minggu dan Tunas Pekabaran Injil (SM/TPI). Mereka akan menjadi anak-anak yang mampu mengendalikan diri terhadap setiap pengaruh negatif baik media sosial maupun dalam masyarakat

Doa:  Ya Tuhan, tolonglah kami  untuk mendidik anak-anak kami menjadi anak-anak yang bijak. Amin.

Jumat, 02 Agustus 2019                       

bacaan : 2 Tawarikh 26 : 1 – 23

Raja Uzia
Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia. 2 Ia memperkuat Elot dan mengembalikannya kepada Yehuda, sesudah raja mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. 3 Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem. 4 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. 5 Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil. 6 Maka majulah ia berperang melawan orang-orang Filistin dan membongkar tembok Gat, Yabne dan Asdod, lalu mendirikan kota-kota di sekitar Asdod dan di lain-lain wilayah orang Filistin. 7 Allah menolongnya terhadap orang Filistin, dan terhadap orang Arab yang tinggal di Gur-Baal, dan terhadap orang Meunim. 8 Orang-orang Amon membayar upeti kepada Uzia. Namanya termasyhur sampai ke Mesir, karena kekuatannya yang besar. 9 Uzia mendirikan menara di Yerusalem di atas Pintu Gerbang Sudut di atas Pintu Gerbang Lebak dan di atas Penjuru, serta mengokohkannya. 10 Ia mendirikan juga menara-menara di padang gurun dan menggali banyak sumur, karena banyak ternaknya, baik di Dataran Rendah maupun di Dataran Tinggi. Juga ia mempunyai petani-petani dan penjaga-penjaga kebun anggur, di gunung-gunung dan di tanah yang subur, karena ia suka pada pertanian. 11 Selain itu Uzia mempunyai tentara yang sanggup berperang, yang maju berperang dalam laskar-laskar menurut jumlah anak buah yang dicatat oleh panitera Yeiel dan penata usaha Maaseya, di bawah pimpinan Hananya, salah seorang panglima raja. 12 Kepala-kepala puak pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa itu seluruhnya berjumlah dua ribu enam ratus orang. 13 Di bawah pimpinan mereka terdapat satu balatentara, terdiri dari tiga ratus tujuh ribu lima ratus orang yang gagah perkasa dalam berperang, untuk membantu raja dalam menghadapi musuh. 14 Uzia memperlengkapi seluruh tentara itu dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur dan batu umban. 15 Ia membuat juga di Yerusalem alat-alat perang, ciptaan seorang ahli, yang dapat menembakkan anak panah dan batu besar, untuk ditempatkan di atas menara-menara dan penjuru-penjuru. Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat. 16 Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. 17 Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan puluh imam TUHAN, orang-orang yang tegas; 18 mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: “Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini.” 19 Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN, dekat mezbah pembakaran ukupan. 20 Imam kepala Azarya dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya. Cepat-cepat mereka mengusirnya dari sana, dan ia sendiri tergesa-gesa keluar, karena TUHAN telah menimpakan tulah kepadanya. 21 Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu. 22 Selebihnya dari riwayat Uzia, dari awal sampai akhir, ditulis oleh nabi Yesaya bin Amos. 23 Kemudian Uzia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di ladang dekat pekuburan raja-raja, karena ia berpenyakit kusta, kata orang. Maka Yotam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Menjadi Anak Yang Setia Kepada Tuhan Sampai Mati

Uzia termasuk salah seorang anak yang bijak. Ia bertumbuh dalam lingkungan keluarga/orangtua yang takut akan Tuhan. Ibunya Yekholya dan ayahnya Amazia seorang raja yang takut akan Tuhan. Uzia sejak kecil dipercayakan oleh orangtuanya untuk diajar/dididik olek Zakharia, seorang guru hikmat di kalangan istana raja Amazia di Yerusalem. Melalui contoh hidup orangtua dan ajaran Zakharia, maka Uzia bertumbuh menjadi anak yang takut Tuhan (ay.5). Uzia diangkat menjadi raja di Israel menggantikanayahnya Amazia, di usianya yang masih muda. Uzia menjadi raja yang bijaksana. Ia mampu membangun Israel menjadi bangsa yang kuat di bidang militer dan ekonomi. Keberhasilan Uzia sebagai seorang raja muda bukan terletak pada kekuatan dirinya sebagai pribadi, tetapi pada Allah yang menyertai dan menolongnya (ay.6). Namun setelah berkuasa, ia menjadi tinggi hati dan sombong (ay.16). Keberhasilannya tidak dihayati sebagai wujud dari penyertaan Tuhan, tetapisebaliknya dia melihat semua keberhasilnya dengan tinggi hati dan mau melakukan apa saja yang dia inginkan, termasuk mengambil alih tugas para imam untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Dengan kekuasaan yang dia miliki, dia tidak mau dihalangi dan ditegur oleh siapapun. Akibatnya ialah dia dihukum oleh Tuhan karena telah melanggar apa yang difirmankan oleh Tuhan. Orang berhikmat adalah orang yang tetap setia melakukan kehendak Tuhan, bagaimanapun keadaannya.

Doa: Ya Tuhan, tolonglah kami untuk tidak menjadi sombong dan membelakangi Tuhan ketika kami berhasil dalam pekerjaan. Amin.

Sabtu, 03 Agustus 2019                           

bacaan : Amsal 12 : 1 – 3

1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu. 2 Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya. 3 Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang.

Didikan dan Teguran, Membangun Masa Depan

Setiap orang tua pasti mencintai anak-anaknya, tetapi dengan alasan cinta dan kasih sayang, seringkali anak-anak dibiarkan melakukan hal yang salah tanpa teguran dan didikan. Padahal, kasih sayang sepatutnya memiliki dua sisi, yaitu sikap yang lembut dan sikap yang tegas.Kasih dengan sikap yang lembut tanpa diimbangi dengan sikap yang tegas, cenderung menjadi kasih yang memanjakan, dan membiarkan walaupun ada yang salah. Dalam mewujudkan kasih sayang orang tua kepada anak-anak, diperlukan juga sikap yang tegas, yaitu kasih yang mampu melarang, menegur, memarahi dan menghukum. Itulah gambaran pendidikan hikmat yang disampaikan oleh penulis kitab Amsal 12:1-3. Ada tiga hal penting, yang pertama, belajar mendengarkan orang lain, seperti Raja Salomo ketika menghadapai permasalahan, ia belajar mendengar dan kemudian membuat keputusan yang tepat berdasarkan hikmat Allah. Yang kedua, belajar mengontrol perkataan sebab lidah manusia bagaikan pisau yang dapat berguna untuk kehidupan tetapi juga dapat membinasakan kehidupan. Yang ketiga, belajar memiliki integritas diri yang kuat, yaitu percaya kepada Tuhan dan melakukan apa yang dikehendakiNya. Dalam pendidikan keluarga Kristen, hendaklah menanamkan nilai pendidikan karakter dan kepribadian, dimana anak-anak membutuhkan disiplin yang ketat agar mereka menjadi orang-orang yang berhikmat dan bijaksana, sebab itulah bekal bagi masa depan mereka.

Doa:   Tuhan tolonglah kami orantua agar mampu mendidik anak-anak kami dengan kasih yang lembut dan tegas. Amin.

“sumber : SHK terbitan bulan Juli & Agustus 2019 oleh LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *