fbpx

Santapan Harian Keluarga, 9 – 15 Agustus 2020

jemaatgpmsilo.org

TEMA MINGGUAN : “Menjadi Kawan Sekerja Allah, Saling Menopang Untuk Pertumbuhan Bersama”

Minggu, 09 Agustus 2020                       

bacaan : 1 Korintus 3 : 1 – 9

Perselisihan
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. 2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. 3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? 4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? 5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. 6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. 7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. 8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. 9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

SALING MENOPANG UNTUK PERTUMBUHAN BERSAMA

Tuhan menciptakan kita sebagai manusia berbeda satu  dengan yang lain, baik jenis kelamin, warna kulit, rambut, wajah, sifat, karakter dan sebagainya. Namun dengan perbedaan itu kita bisa saling melengkapi. Ibarat suami istri yang dipersatukan dalam suatu pernikahan, mereka berbeda, baik dari latar belakang keluarga, jenis kelamin dan lainnya, namun dengan cinta dan kasih mereka dapat persatukan. Cinta dan kasih dapat menjauhkan mereka dari sifat iri hati, cemburu, dengki, kemabukan, hawa nafsu, dll. Jemaat Korintus memang memiliki banyak perbedaan, baik suku, bangsa, bahasa, karunia, kepercayaan, dan semua itu adalah kekayaan yang harus dikelola dengan baik untuk kepentingan bersama. Namun ternyata mereka membentuk kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat yang saling berupaya untuk menunjukan siapa yang paling kuat atau kelompok mana yang paling hebat, misalnya: perselisihan yang terjadi karena munculnya kelompok yang berpihak kepada Paulus, dan juga ada kelompok yang berpihak kepada Apolos, dan masing-masing kelompok hidup dalam pementingan diri sendiri. Dalam gereja maupun masyarakat, jika ada orang yang mementingkan diri sendiri, maka orang itu sesungguhnya sedang meruntuhkan kesaksian gereja dihadapan dunia. Karena mementingkan diri sendiri itu sama dengan menjadikan diri sendiri sebagai nomor satu, lalu orang lain menjadi nomor dua, bahkan tanpa disadari Allah akan kita posisikan sebagai nomor dua.Itu artinya hindarilah pertengkaran, perpecahan, perselisihan yang berakar pada pementingan diri sendiri. Rawatlah setiap perbedaan didalam keluarga menjadi kekayaan yang saling menopang untuk pertumbuhan bersama. Paulus mengingatkan kita bahwa Allah yang akan memberi pertumbuhan terhadap semua yang sudah kita lakukan.  

Doa: Tuhan, lengkapilah kami dalam Roh dan Hikmat. Amin.

Senin, 10 Agustus 2020                           

bacaan : Filemon 1 : 23-25

Salam

23 Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, 24 dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. 25 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!

HIDUPLAH DIDALAM KASIH DAN PENGAMPUNAN

Hidup didalam kasih dan pengampunan, sepatutnya menjadi cara hidup kristiani  untuk saling melengkapi didalam kekurangan dan kelemahan. Hal ini tergambar didalam surat rasul Paulus kepada Filemon  sewaktu ia berada di penjara. Surat Filemon adalah surat permohonan ampun dari rasul Paulus kepada Filemon atas kesalahan Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari tuannya Filemon. Dalam pelariannya  Onesimus berjumpa dengan Paulus di dalam penjara dan melalui pelayanan Paulus akhirnya kehidupan Onesimus berubah mejadi lebih baik, sehingga Paulus menyebutnya sebagai anak. Walaupun demikian Paulus tetap menyuruh Onesimus untuk kembali pulang kepada Filemon, tuannya. Menurut hukum Romawi saat itu, seorang budak yang melarikan diri akan dihukum mati, oleh sebab itu rasul Paulus memandang perlu adanya upaya rekonsiliasi agar Filemon dapat mengampuni dan menerima kembali Onesimus. Dalam suratnya, Paulus meminta dengan sangat, agar Filemon dapat mengampuni dan menerima kembali Onesimus bukan sebagai seorang hamba tetapi sebagai saudara yang kekasih (ay.16). Hal ini menjadi penting untuk menegaskan sikap iman Kristen yang memiliki integritas yang kuat, baik bagi Onesimus yang mau bertobat dan kembali kepada tuannya, maupun bagi Filemon yang bersedia untuk mengampuni dan menerima kembali Onesimus dengan penuh kasih sayang. Paulus mengakhiri suratnya dengan salam dan doa bagi masa depan Filemon. Sikap iman seperti ini hendaklah terus dikembangkan dalam membangun relasi kehidupan ditengah keluarga maupun diantara sesama yang lain. Hindarilah sikap hidup yang saling membenci dan mendendam atau tidak mau mengakui kesalahan. Hiduplah didalam kasih dan pengampunan.  

Doa:  Tuhan, ajarlah kami untuk saling mengampuni demi pertumbuhan Bersama. Amin.  

Selasa, 11 Agustus 2020                         

bacaan : Filipi  2 : 19 – 30    

Timotius dan Epafroditus

19 Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. 20 Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; 21 sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. 22 Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. 23 Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku; 24 tetapi dalam Tuhan aku percaya, bahwa aku sendiripun akan segera datang. 25 Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku. 26 Karena ia sangat rindu kepada kamu sekalian dan susah juga hatinya, sebab kamu mendengar bahwa ia sakit. 27 Memang benar ia sakit dan nyaris mati, tetapi Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. 28 Itulah sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat bersukacita pula dan berkurang dukacitaku. 29 Jadi sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia. 30 Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku.

MENJADI MITRA KERJA YANG SOLID

Untuk menjadi mitra kerja yang solid, dibutuhkan  kesediaan untuk saling menopang dalam segala situasi, baik susah atau senang, baik ketika gagal atau berhasil, baik hari ini dan esok. Hal ini yang disaksikan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, ketika ia sementara dipenjara dan jemaat sangat membutuhkan kehadirannya, Paulus justru merasa sangat tertolong dengan kehadiran dan kerjasamanya Timotius dan Epafroditus. Timotius adalah seorang pemuda yang memiliki latar belakang keluarga yang takut akan Tuhan. Timotius memiliki karakter yang tidak perlu disangsikan lagi:  setia, suci, tulus ikhlas, berhati hamba, peduli akan orang lain. Begitu juga dengan Epafroditus, yaitu orang yang diutus dari Filipi untuk membantu Paulus melayani segala keperluannya, ketika Paulus ada di Penjara. Epafroditus telah menunjukan kesungguhan dan kesetiaannya dalam melayani. Ia bekerja tanpa mengeluh dan  tidak memikirkan apa yang akan ia dapatkan tetapi apa yang akan ia kerjakan bagi Tuhan. Paulus melihat ketaatan Timotius dan Epafroditus sebagai dukungan yang sangat berarti bagi pekerjaan pelayanannya. Paulus katakan bahwa: ketaatan Timotius, seperti ketaatan seorang anak kepada bapa-nya dan Epafroditus seperti saudaranya sendiri. Paulus sangat menghargai mereka dan menempatkan mereka sebagai sebagai kawan sekerjanya. Memang untuk menjadi kawan sekerja Allah, dibutuhkan karakter kerja yang berpusat pada Allah dalam Kristus dan bukan pada diri sendiri, artinya tidak hanya memikirkan kepentingan diri, tetapi kepentingan bersama dengan mengutamakan prinsip-prinsip saling mendukung, saling percaya, rendah hati dan tetap setia. Prinsip ini hendaklah menjiwai persekutuan hidup dan kerja di keluarga, tetapi juga di gereja dan ditengah masyarakat. Allah dalam Yesus Kristus akan selalu memberkati kerja kita.

Doa: Tuhan, jadikan kami mitra kerja-Mu ditengah keluarga, gereja dan           Masyarakat. Amin.

Rabu, 12 Agustus 2020

bacaan : Filemon 1 : 4 – 7        

Ucapan syukur
4 Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, 5 karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. 6 Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. 7 Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku.

PERSAHABATAN DAN PERSAUDARAAN

Rasa syukur yang dirasakan oleh rasul Paulus bukan karena keberhasilan atau kesuksesannya, sebab saat itu dia  sementara dipenjarakan. Tetapi rasa syukur itu muncul ketika Paulus  mengingat para sahabat dan rekan sekerjanya di dalam Kristus,  yang telah berjerih lelah melayani jemaat dan bertekun didalam iman, bahkan rela menderita demi Injil Yesus Kristus. Jadi walaupun Paulus menderita di penjara tetapi ia dikuatkan oleh persahabatan dan persaudaraan abadi yang melampaui batas suku, etnis, bahasa dan budaya, salah satunya adalah Filemon, seorang kaya yang percaya kepada Yesus dan sangat membantu Paulus dalam pelayanannya, bahkan menyediakan rumahnya sebagai tempat pertemuan ibadah bagi jemaat. Paulus merasa dikuatkan untuk menjalani kehidupannya di penjara, ketika ia mengingat sahabat yang adalah rekan pelayan dan sudah dianggap sebagai saudaranya, oleh sebab itulah ia bersyukur kepada Allah. Memang persahabatan yang baik teristimewa sebagai kawan sekerja Allah, dapat memberi hal positif untuk saling menguatkan ketika menghadapi persoalan. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita dalam menjalani tanggungjawab kerja maupun pelayanan. Jika dalam kehidupan keluarga, ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami persoalan, maka yang dibutuhkan adalah dukungan semua anggota keluarga. Rasa persaudaraan itu ibarat potong di kuku rasa di daging, susah deng senang sama-sama rasa. Siapapun diantara kita, jika mendapat dukungan dari saudara, teman, sahabat, pasti akan hidup dalam rasa syukur menimmati hidup yang aman dan damai. Oleh sebab itu rawatlah persahabatan dan persaudaraan yang baik, dimanapun kita berada dan dengan siapapun kita bekerja dan melayani, Tuhan Yesus memberkati.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk merawat persahabatan dan persaudaraan dalam hidup kami, amin

Kamis, 13 Agustus 2020                     

bacaan : 2 Korintus 12 : 11-21

Kekuatiran Paulus
11 Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. 12 Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. 13 Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini! 14 Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketiga kalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya. 15 Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi? 16 Baiklah, aku sendiri tidak merupakan suatu beban bagi kamu, tetapi--kamu katakan--dalam kelicikanku aku telah menjerat kamu dengan tipu daya. 17 Jadi pernahkah aku mengambil untung dari pada kamu oleh seorang dari antara mereka, yang kuutus kepada kamu? 18 Memang aku telah meminta Titus untuk pergi dan bersama-sama dengan dia aku mengutus saudara yang lain itu. Adakah Titus mengambil untung dari pada kamu? Tidakkah kami berdua hidup menurut roh yang sama dan tidakkah kami berlaku menurut cara yang sama? 19 Sudah lama agaknya kamu menyangka, bahwa kami hendak membela diri di depan kamu. Di hadapan Allah dan demi Kristus kami berkata: semua ini, saudara-saudaraku yang kekasih, terjadi untuk membangun iman kamu. 20 Sebab aku kuatir, bahwa apabila aku datang aku mendapati kamu tidak seperti yang kuinginkan dan kamu mendapati aku tidak seperti yang kamu inginkan. Aku kuatir akan adanya perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan, dan kerusuhan. 21 Aku kuatir, bahwa apabila aku datang lagi, Allahku akan merendahkan aku di depan kamu, dan bahwa aku akan berdukacita terhadap banyak orang yang di masa yang lampau berbuat dosa dan belum lagi bertobat dari kecemaran, percabulan dan ketidaksopanan yang mereka lakukan.

MENJADI KAWAN SEKERJA ALLAH

Jika Paulus menyebut dirinya dan semua orang yang terlibat  dalam tugas pelayanan gereja dan pembangunan tubuh kristus, sebagai kawan sekerja Allah, maka sebenarnya Paulus ingin mempertegas sikap dan inisiatif Allah bagi manusia sejak awal penciptaan, yakni manusia adalah mitra Allah. Bahkan, sekalipun manusia telah berdosa, lemah dan terbatas tetapi Allah mengingatnya, mengindahkannya dan melibatkannya dalam karya penyelamatan Allah bagi dunia. Ini adalah suatu anugrah terindah dan terbesar dalam sejarah hidup manusia, terutama seorang Kristen. Anugerah Allah tersebut telah menjadikan, seorang Kristen sebagai kawan sekerja Allah yang ditempatkan dalam dunia untuk berbicara sebagaimana mestinya dengan maksudmaksud murni atas perintah Allah dan dihadapan-Nya, terutama dalam menghadapi berbagai persoalan termasuk hidup ditengah ancaman pandemic Covid-19. Sebab, setiap hari ada orang yang menyampaikan berita hoax atau bohong, melalui berbagai media dan menimbulkan beragam pemahaman yang saling bertentangan. Akibatnya, masyarakat saling curiga, bermasa bodoh, mengejar keuntungan diri, menganggap diri benar dan melawan berbagai aturan pemerintah. Perilaku-perilaku yang tidak adil, yang tidak membangun kehidupan bersama sebagai kawan sekerja Allah. Saat ini dibutuhkan orang yang mau memberi dirinya untuk dipakai oleh Allah menjadi kawan sekerja-Nya, menyampaikan berita sukacita tentang kasih dan kemurahan Tuhan, serta hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Menjadi kawan sekerja Allah juga hendaknya menjadi nyata dalam kehidupan ditengah keluarga, dengan menampakkan sikap hidup yang penuh kasih dan saling melayani satu dengan yang lain.   

Doa: Tuhan, jadikan kami kawan sekerja-Mu, untuk melayani orang yang   Lemah. Amin.   

Jumat, 14 Agustus 2020                     

bacaan : 1 Korintus 3 : 10-23

Dasar dan bangunan
10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. 11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. 12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. 16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? 17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu. 18 Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. 19 Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya." 20 Dan di tempat lain: "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." 21 Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: 22 baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. 23 Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.

JANGANLAH MEMEGAHKAN DIRI

Berbagai karunia yang dimiliki Paulus, Kefas dan Apolos  dalam pelayanan pekabaran injil, telah memicu kecendrungan orang-orang Korintus untuk mengelompokan diri, ada yang berpihak kepada Paulus, ada yang berpihak kepada Apolos dan yang yang berpihak kepada Kefas. Hal ini jelas menimbulkan perselisihan dan perpecahan ditengah persekutuan jemaat, sebab masing-masing kelompok berupaya untuk menampakkan kekuatan kelompok, siapa yang lebih kuat, siapa yang lebih hebat dan siapa yang lebih berhasil. Menyikapi hal ini, Rasul Paulus berbicara tentang dasar dan bangunan. Paulus mengumpamakan kehidupan persekutuan jemaat seperti Bait Allah, dimana dasar yang sudah diletakkan oleh Paulus  adalah Yesus Kristus. Dasar bangunan ini sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh apapun, masing-masing orang dapat membangun diatas dasar ini dengan bahan bangunan yang berbeda, namun harus tepat atau sesuai dengan dasar yang telah diletakkan, sebab pada waktunya setiap pekerjaan bangunan itu akan diuji sesuai dengan kehendak Tuhan pemilik bangunan itu. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada orang dan tidak ada kelompok yang memegahkan diri dan menganggap diri dan kelompoknya sebagai yang paling benar, tetapi masing-masing orang akan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan panggilannya, dengan tetap bergantung dan berharap hanya pada Tuhan Yesus yang adalah dasar bangunan kehidupan iman kita. Selain itu tangungjawab untuk membangun keutuhan bangunan persekutuan jemaat juga menjadi penting, yang harus dimulai dengan membangun persekutuan keluarga. Bangunan persekutuan itu akan tetap kokoh jika dibangun diatas dasar yang satu, yaitu Yesus Kristus dan dibangun dengan bahan bangunan yang akan tahan uji ditengah berbagai tantangan dan ancaman kehidupan.

Doa: Tuhan, Kau-lah dasar bangunan hidup kami, tolonglah kami untuk    membangun diatas-Nya. Amin.  

Sabtu, 15 Agustus 2020                     

bacaan : Kisah Para Rasul 18 : 1- 4

Paulus di Korintus
Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. 2 Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. 3 Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. 4 Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.

BEKERJA BERSAMA TUHAN

Bekerja sama merupakan usaha yang dilakukan oleh  sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kerjasama, setiap pribadi saling memperhatikan, meneguhkan, menghargai satu sama lain, sehingga selalu ada kekuatan baru. Kerjasama atau bekerja sama adalah juga prinsip kerja Allah dalam seluruh karya penyelamatan-Nya, artinya Allah tidak bekerja sendiri tetapi melibatkan manusia secara langsung sebagai kawan sekerja-Nya dalam seluruh pekerjaan-Nya. Alah juga menghendaki agar manusia dapat melaksanakan panggilannya dengan bekerja sama. Demikinlah yang diceriterakan dalam Kisah 18:1-4, tentang kerjasama Paulus, Akwila dan Priskila. Paulus berjumpa dengan Akwila dan Priskila di Korintus dan langsung bekerja bersama mereka. Mengapa? sebab, rupanya mereka memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai tukang kemah. Hal ini sangat penting dalam suatu kerjasama, yaitu motivasi dan tujuan, tetapi motivasi dan tujuan Paulus bersama Akwila dan Priskila bukanlah untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan bersama. Dikatakan bahwa Paulus tinggal bersama Akwila dan Priskila namun ia tidak membebani mereka, bahkan mereka saling menopang satu dengan yang lain. Akwila dan Priskila telah menjadi tuan rumah yang baik bagi Paulus dan juga ikut menopang tugas pekabaran injil yang dilakukan oleh Paulus. Sikap hidup seperti ini patut dikembangkan dalam tanggungjawab pelayanan di keluarga maupun dalam persekutuan bergereja dan bermasyarakat. Sikap yang saling menopang, saling bersinergi, saling mendukung sebagai satu tim kerja yang solid, dengan tidak mencari keuntungan diri sendiri, adalah panggilan kristiani sebagai kawan sekerja Allah. Kita semua adalah kawan sekerja Allah yang dipanggil untuk bekerla bersama Allah, yakinlah bahwa IA tidak membiarkan kita sendiri, Tuhan Allah akan selalu bersama kita.

Doa: Tuhan, apapun yang kami kerjakan, bersamalah dengan kami. Amin.

*sumber : SHK bulan Agustus 2020, terbitan LPJ GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *