fbpx

Santapan Harian Keluarga, 6-12 Desember 2020

jemaatgpmsilo.org

Tema Mingguan : “Menyambut Kedatangan Tuhan Dengan SalingBerdamai

Minggu, 06 Desember  2020    

bacaan : Matius 5 : 23 – 26

23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

BERDAMAILAH SEBELUM DATANG KEPADA YESUS

Hari   ini   Yesus   mengajarkan   satu   hal   penting   untuk direnungkan yakni berdamai dengan sesama. Perdamaian yang  Yesus maksudkan merupakan sebuah jalan menuju kebebasan yang sesungguhnya. Bagi Yesus persembahan yang layak di atas mezbah adalah persembahan yang berasal dari hati yang damai. Yesus menuntut sebuah sikap yang damai tanpa beban akibat perselisihan dengan orang lain. Hati yang sedang berseteru dengan orang lain merupakan batu sandungan yang meruntuhkan nilai kebebasan tersebut. Seseorang tidak bisa membawa dalam hatinya dua sikap batin sekaligus yakni keinginan untuk bersekutu dengan Tuhan tetapi di sisi lain masih bermusuhan dengan sesamanya. Dengan kata lain persekutuan dengan Tuhan harus diwujudkan dalam perdamaian dengan sesama. Yesus mengajak kita untuk menanggalkan sikap egois dari diri kita, sebab kekeliruan terbesar kita adalah ketika menganggap diri kita layak di hadapan Tuhan, sementara kita mengabaikan makna perdamaian dengan saudara kita. Persekutuan dengan Tuhan tidak bisa dipisahkan begitu saja dari relasi yang damai dengan sesama kita. Kesulitan yang kita hadapi untuk berdamai sesungguhnya berasal dari diri kita sendiri, sebab seringkali hati kita tidak rela untuk berdamai dengan sesama. Kita juga tidak bisa memaksakan semua orang mau berdamai dengan kita, namun yang dikehendaki oleh Tuhan adalah pergi dan berdamailah dengan orang itu, bagaimanapun responsnya, itu adalah urusan dia dengan Tuhan Allah. Jika kita memiliki persoalan dengan siapapun, baiknya segera selesaikan dengan baik dan berdamailah agar tidak ada akar kebencian di dalam hati kita yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang jahat. Berdamailah dengan saudaramu sebelum datang kepada Yesus!

Doa: Ajarilah  kami  untuk  berdamai  dengan  siapapun,  bagaimanapun  dia, Amin.

Senin, 7 Desember 2020

bacaan : Kejadian 43 : 1-24

Saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk kedua kalinya

Tetapi hebat sekali kelaparan di negeri itu. 2 Dan setelah gandum yang dibawa mereka dari Mesir habis dimakan, berkatalah ayah mereka: "Pergilah pula membeli sedikit bahan makanan untuk kita." 3 Lalu Yehuda menjawabnya: "Orang itu telah memperingatkan kami dengan sungguh-sungguh: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu. 4 Jika engkau mau membiarkan adik kami pergi bersama-sama dengan kami, maka kami mau pergi ke sana dan membeli bahan makanan bagimu. 5 Tetapi jika engkau tidak mau membiarkan dia pergi, maka kami tidak akan pergi ke sana, sebab orang itu telah berkata kepada kami: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu." 6 Lalu berkatalah Israel: "Mengapa kamu mendatangkan malapetaka kepadaku dengan memberitahukan kepada orang itu, bahwa masih ada adikmu seorang?" 7 Jawab mereka: "Orang itu telah menanyai kami dengan seksama tentang kami sendiri dan tentang sanak saudara kita: Masih hidupkah ayahmu? Adakah adikmu lagi? Dan kami telah memberitahukan semuanya kepadanya seperti yang sebenarnya. Bagaimana kami dapat menduga bahwa ia akan berkata: Bawalah ke mari adikmu itu." 8 Lalu berkatalah Yehuda kepada Israel, ayahnya: "Biarkanlah anak itu pergi bersama-sama dengan aku; maka kami akan bersiap dan pergi, supaya kita tetap hidup dan jangan mati, baik kami maupun engkau dan anak-anak kami. 9 Akulah yang menanggung dia; engkau boleh menuntut dia dari padaku; jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya. 10 Jika kita tidak berlambat-lambat, maka tentulah kami sekarang sudah dua kali pulang." 11 Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: "Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam. 12 Dan bawalah uang dua kali lipat banyaknya: uang yang telah dikembalikan ke dalam mulut karung-karungmu itu haruslah kamu bawa kembali; mungkin itu suatu kekhilafan. 13 Bawalah juga adikmu itu, bersiaplah dan kembalilah pula kepada orang itu. 14 Allah Yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, supaya ia membiarkan saudaramu yang lain itu beserta Benyamin kembali. Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan!" 15 Lalu orang-orang itu mengambil persembahan itu dan mengambil uang dua kali lipat banyaknya, beserta Benyamin juga; mereka bersiap dan pergi ke Mesir. Kemudian berdirilah mereka di depan Yusuf. 16 Ketika Yusuf melihat Benyamin bersama-sama dengan mereka, berkatalah ia kepada kepala rumahnya: "Bawalah orang-orang ini ke dalam rumah, sembelihlah seekor hewan dan siapkanlah itu, sebab orang-orang ini akan makan bersama-sama dengan aku pada tengah hari ini." 17 Orang itu melakukan seperti yang dikatakan Yusuf dan dibawanyalah orang-orang itu ke dalam rumah Yusuf. 18 Lalu ketakutanlah orang-orang itu, karena mereka dibawa ke dalam rumah Yusuf. Kata mereka: "Yang menjadi sebab kita dibawa ke sini, ialah perkara uang yang dikembalikan ke dalam karung kita pada mulanya itu, supaya kita disergap dan ditangkap dan supaya kita dijadikan budak dan keledai kita diambil." 19 Karena itu mereka mendekati kepala rumah Yusuf itu, dan berkata kepadanya di depan pintu rumah: 20 "Mohon bicara tuan! Kami dahulu datang ke mari untuk membeli bahan makanan, 21 tetapi ketika kami sampai ke tempat bermalam dan membuka karung kami, tampaklah uang kami masing-masing dengan tidak kurang jumlahnya ada di dalam mulut karung. Tetapi sekarang kami membawanya kembali. 22 Uang lain kami bawa juga ke mari untuk membeli bahan makanan; kami tidak tahu siapa yang menaruh uang kami itu ke dalam karung kami." 23 Tetapi jawabnya: "Tenang sajalah, jangan takut; Allahmu dan Allah bapamu telah memberikan kepadamu harta terpendam dalam karungmu; uangmu itu telah kuterima." Kemudian dikeluarkannyalah Simeon dan dibawanya kepada mereka. 24 Setelah orang itu membawa mereka ke dalam rumah Yusuf, diberikannyalah air, supaya mereka membasuh kaki; juga keledai mereka diberinya makan.

PENGAMPUNAN MENDATANGKAN DAMAI

Hidup berdamai memang bukanlah perkara mudah, sebab hal itu sangat berhubungan dengan soal pengampunan. Untuk itu sebagai pihak yang bersalah, dibutuhkan keberanian untuk memulai: menyadari kesalahan, merendahkan diri, mengulurkan tangan memohon pengampunan untuk menyelesaikan persoalan yang menjadi akar ketidakdamaian. Itulah yang dilakukan oleh Hemor, ketika mengetahui perbuatan anaknya Sikhem terhadap Dina (ay.2). Sebagai orang tua yang bertanggungjawab, Hemor mendatangi Yakub dan anak-anaknya untuk meminta pengampunan atas perbuatan anaknya Sikhem, sekaligus meminta kesediaan mereka untuk memberikan Dina menjadi isteri bagi anaknya. Namun, yang terjadi adalah prasangka buruk dan rencana balas dendam yang dilakukan oleh anak-anak Yakub, hingga mereka mengabaikan apa yang telah disepakati bersama untuk hidup berdamai sebagai satu bangsa, bahkan meniadakan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dengan membunuh Hemor dan Sikhem beserta penduduk negeri Sikhem, sebagai upaya balas dendam. Kisah ini mengingatkan kita betapa damai tidak pernah akan tercipta jika dendam, kebencian dan permusuhan dibiarkan menguasai kehidupan manusia. Apalagi jika permusuhan itu kemudian ditularkan kepada anak-cucu, saudara dan kerabat, maka permusuhan akan semakin mengakar kuat dan berkembang luas! Untuk membangun hidup yang penuh damai, dibutuhkan kesediaan untuk mengampuni, apalagi jika pihak yang bersalah telah menyadari kesalahannya. Dan jika kita yang melakukan kesalahan, segeralah menyadarinya dan memohon pengampunan kepada Tuhan dan sesama kita. Sebab, tidak ada perdamaian tanpa pengampunan.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk hidup berdamai ditengah situasi seberat apapun, amin

Selasa, 8 Desember 2020

bacaan : 1 Korintus 7 : 10-11

10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. 11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.

PENGAMPUNAN MENGUTUHKAN RUMAH TANGGA

Dalam membangun rumah tangga, setiap pasangan suami isteri     harus     memiliki     komitmen     untuk     menjaga keharmonisan   dan   keutuhan   dalam   kehidupan   pernikahan. Sadarilah   bahwa   Allah   hadir   dan   menjadi   saksi   atas   janji pernikahan  yang  telah  diikrarkan  bersama.  Saat  kesulitan  dan tantangan   datang   menghadang,   hendaknya   jangan   mudah menyerah   dan   mengambil   jalan   pintas   untuk   mengakhiri kehidupan  pernikahan.  Melainkan  berjuanglah  dengan  sekuat tenaga dan sepenuh hati untuk menepati janji pernikahan, dengan bersama-sama  mencari  akar  persoalan  dan  memperbaikinya. Prinsip ini yang ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam bacaan hari ini, baik suami atau isteri tidak boleh saling menceraikan, bahkan kalaupun karena satu dan lain hal telah bercerai dan ada peluang untuk  dapat  rujuk  kembali  maka  baiklah  memilih  untuk  rujuk kembali.  Walaupun  tidak  mudah  untuk  mewujudkannya  dalam kehidupan   nyata,   tetapi   bukan   hal   yang   dapat   dilakukan. Teladanilah kasih Kristus, kasih yang tulus dan selalu memberi pengampunan  tanpa  batas.  Bila  setiap  pasangan  suami  isteri hidup dengan selalu mengandalkan Tuhan, dan bersandar kepada kasih-Nya,  maka  mereka  pasti  akan  dimampukan  untuk  tetap saling mengampuni, saling mengasihi, saling menghargai, saling melengkapi,  serta  menjaga  kesetiaan  dan  kekudusan  dalam pernikahan.  Sebab  itu,  berupayalah  terus  menjaga  keutuhan rumah tangga.

Doa:  Tuhan,  mampukanlah  kami  untuk  saling  mengampuni  dan  menjaga keutuhan rumah tangga kami. Amin.

Rabu, 9 Desember 2020

bacaan : Mazmur 35 : 11-16

11 Saksi-saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, apa yang tidak kuketahui, itulah yang mereka tuntut dari padaku. 12 Mereka membalas kebaikanku dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku. 13 Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku, 14 seolah-olah temanku atau saudarakulah yang sakit, demikianlah aku berlaku; seperti orang yang berkeluh kesah karena kematian ibu, demikianlah aku tunduk dengan pakaian kabung. 15 Tetapi ketika aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka dan berkerumun, berkerumun melawan aku; orang-orang asing yang tidak kukenal menista aku dengan tidak henti-hentinya; 16 dengan fasik mereka mengolok-olok terus, menggertakkan giginya terhadap aku.

KEBAIKAN DAN DAMAI MENGALAHKAN KEJAHATAN

Sangat tidak menyenangkan ketika kita selalu melakukan hal yang baik kepada seseorang, tetapi tanpa alasan mereka merancangkan kejahatan dan kecelakaan atas hidup kita. Ibarat pepatah yang mengatakan: “Air susu dibalas dengan air tuba…” Daud  pernah mengalaminya  hal  seperti itu, ketika orang-orang yang selama ini diperlakukan baik olehnya, justru membalasnya dengan berbagai perbuatan jahat. Mereka ingin mencabut nyawanya, merancangkan kecelakaan baginya, tanpa alasan menjebaknya, menistanya terus-menerus, mengolok-oloknya, memusuhinya tanpa sebab dan menipunya. Padahal Daud tidak tahu apa kesalahan yang telah ia perbuat sebab selama ini ia selalu berlaku baik, mendoakan dan menolong mereka ketika dalam penderitaan bahkan memperlakukan mereka seperti saudara sendiri. Karena perbuatan jahat yang tanpa alasan itu, Daud merasa hidupnya telah dihancurkan. Tetapi, dalam ketidakmengertiannya atas kejahatan yang dialaminya, dan ia merasa dikhianati karena perbuatan baiknya dibalas dengan kejahatan, ia memilih untuk menyerahkan semuanya kepada Allah karena ia sadar pembalasan bukanlah haknya, melainkan hak Tuhan. Ketika ia memilih untuk tidak membalas kejahatan orang- orang itu, bukan berarti ia kalah. Melainkan percaya pada kemahakuasaan Tuhan yang sanggup memberi keadilan baginya. Ada kalanya dalam hidup ini, kita mengalami situasi seperti ini. Orang-orang di sekitar kita bisa berbuat jahat dan menyakiti kita tanpa alasan, tetapi percayalah bahwa kita punya Tuhan yang adil, yang melihat semua ketidakadilan dan ketidakbenaran yang kita alami. Tugas kita hanyalah terus mengupayakan damai dengan melakukan kebaikan dan menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan maka Ia akan bertindak.

Doa: Tuhan, beri kami kesanggupan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan. Amin.

Kamis, 10 Desember 2020

bacaan : Yeremia 9 : 8-9

8 Lidah mereka adalah anak panah yang membunuh, perkataan dari mulutnya adalah tipu; mereka berbicara damai dengan temannya, tetapi dalam hatinya mereka merancang pengadangan terhadapnya. 9 Masakan Aku tidak menghukum mereka karena semuanya ini?, demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendam-Ku kepada bangsa yang seperti ini?

LIDAH YANG MENGHADIRKAN DAMAI

“Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati”, lirik lagu ini menceriterakan tentang fungsi lidah yang adalah organ tubuh yang kecil tetapi memiliki fungsi yang sangat besar. Jika difungsikan dengan baik, misalnya berkata-kata dengan santun, lemah lembut dan penuh kasih, maka lidah akan menjadi alat yang mendatangkan damai dan sukacita. Tetapi sebaliknya jika lidah digunakan dengan salah, misalnya dengan mengeluarkan kata-kata bohong atau dusta, kata-kata makian, fitnahan, sumpahan, maka pasti akan menimbulkan keresahan, kemarahan, kebencian dan konflik, dan itu berarti tidak mendatangkan damai. Yeremia menuliskan ratapannya terkait dengan kehidupan umat Tuhan di Yehuda dan Yerusalem, dimana umat kedapatan melakukan berbagai pelanggaran lewat seluruh aktifitas hidup mereka. Yeremia  katakan:  “Mereka  berbicara  damai  dengan  temannya, tetapi    dalam    hatinya    mereka    merancang    pengadangan terhadapnya” (ay.8.b). Mereka berkata-kata dengan damai, tetapi hati mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain. Peringatan ini disampaikan oleh Yeremia agar umat menjadi sadar dan bertobat, supaya mereka tidak dihukum oleh Allah. Ketika kita merayakan minggu-minggu Adventus, kita diingatkan bahwa Allah dalam Yesus Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya, dan IA menghendaki agar kita hidup dalam pendamaian dengan semua orang. Gunakanlah seluruh anggota tubuh untuk menghadirkan damai dengan sesama, teristimewa membersihkan hati dari semua virus yang mematikan seperti iri hati, benci, dan dendam agar dari bibir mulut lewat lidah akan mengalir kata-kata yang penuh kasih dan damai.

Doa: Tuhan, biarlah lidah kami akan menghadirkan damai. Amin.

Jumat, 11 Desember 2020

bacaan : 1 Raja-Raja 2 : 13-25

Tindakan-tindakan Salomo untuk mengokohkan takhtanya
13 Pada suatu hari Adonia, anak Hagit, masuk menghadap Batsyeba, ibu Salomo, lalu perempuan itu berkata: "Apakah engkau datang dengan maksud damai?" Jawabnya: "Ya, damai!" 14 Kemudian katanya: "Ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu." Jawab perempuan itu: "Katakanlah!" 15 Lalu katanya: "Engkau sendiri tahu bahwa akulah yang berhak atas kedudukan raja, dan bahwa seluruh Israel mengharapkan, supaya aku menjadi raja; tetapi sebaliknya kedudukan raja jatuh kepada adikku, sebab dari Tuhanlah ia mendapatnya. 16 Dan sekarang, satu permintaan saja kusampaikan kepadamu; janganlah tolak permintaanku." Jawab perempuan itu kepadanya: "Katakanlah!" 17 Maka katanya: "Bicarakanlah kiranya dengan raja Salomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu, supaya Abisag, gadis Sunem itu, diberikannya kepadaku menjadi isteriku." 18 Jawab Batsyeba: "Baik, aku akan membicarakan hal itu untuk engkau dengan raja." 19 Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. 20 Berkatalah perempuan itu: "Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku." Jawab raja kepadanya: "Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu." 21 Kata perempuan itu: "Biarlah Abisag, gadis Sunem itu, diberikan kepada kakakmu Adonia menjadi isterinya." 22 Tetapi raja Salomo menjawab ibunya: "Mengapa engkau meminta hanya Abisag, gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia saudaraku yang lebih tua, dan di pihaknya ada imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?" 23 Lalu bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: "Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! 24 Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh." 25 Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati.

BERANI BERTINDAK TEGAS

Dalam     menjalani     tanggungjawab     kepemimpinannya sebagai raja, menggantikan ayahnya Daud, ternyata Salomo   menampakkan   karakter   kepemimpinan   yang tegas. Salomo berhadapan dengan ancaman saudaranya sendiri Adonia yang merasa berhak menjadi putra mahkota kerajaan menggantikan Daud ayahnya. Adonia mengabaikan campur tangan Allah yang menghendaki Salomo untuk menjadi raja menggantikan Daud, dan dengan berbagai cara Adonia berupaya melakukan kekuatan tandingan untuk merongrong kepemimpinan Salomo. Adonia bergabung dengan imam Abyatar dan Yoab dan mereka bersekongkol untuk merebut tahta kerajaan dari Salomo dan mengacaukan keamanan ditengah masyarakat Israel. Untuk memuluskan rencananya, Adonia juga berupaya membujuk Batsyeba, ibu dari Salomo untuk berbicara dengan Salomo, agar ia memberikan Abisag gadis Sunem yang adalah gundik raja Daud, untuk menjadi isteri Adonia. Dalam tradisi Israel, seorang gundik raja hanya akan diberikan kepada pengganti raja itu dan hal itu berarti, Adonia sengaja menjebak Batsyeba dan Salomo untuk memberikan tahta kerajaan Isarel kepada Adonia. Bagaimana tindakan Salomo untuk mengokohkan takhta kerajaannya? Salomo bertindak dengan tegas namun ia meminta hikmat dari Allah. Untuk melindungi tahta kerajaan Israel dari tangan orang-orang yang jahat seperti Adonia, imam Abyatar dan Yoab, Salomo bertindak tegas dengan menghukum mereka dengan hukuman mati, artinya semua gerakan mereka harus dihentikan, dan suasana damai harus dihadirkan di Israel. Menghadapi berbagai tindakan kejahatan yang mengacaukan kehidupan banyak orang memang dibutuhkan sikap yang berani dan tegas, dan hal itu diharapkan menjadi karakter setiap pemimpin untuk menghadirkan damai dan sukacita.

Doa: Tuhan, tolonglah kami bersikap tegas hadapi kejahatan. Amin.

Sabtu, 12 Desember 2020

bacaan : 1 Samuel 20 : 1-17

Perjanjian antara Daud dan Yonatan

Maka larilah Daud dari Nayot, dekat Rama; sampailah ia kepada Yonatan, lalu berkata: "Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apakah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?" 2 Tetapi Yonatan berkata kepadanya: "Jauhlah yang demikian itu! engkau tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik perkara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku. Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak mungkin!" 3 Tetapi Daud menjawab, katanya: "Ayahmu tahu benar, bahwa engkau suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui hal ini, nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut." 4 Yonatan berkata kepada Daud: "Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu." 5 Lalu kata Daud kepada Yonatan: "Kautahu, besok bulan baru, maka sebenarnya aku harus duduk makan bersama-sama dengan raja. Jika engkau membiarkan aku pergi, maka aku akan bersembunyi di padang sampai lusa petang. 6 Apabila ayahmu menanyakan aku, haruslah kaukatakan: Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi dengan segera ke Betlehem, kotanya, karena di sana ada upacara pengorbanan tahunan bagi segenap kaumnya. 7 Jika begini dikatakannya: Baiklah! maka hambamu ini selamat. Tetapi jika amarahnya bangkit dengan segera, ketahuilah, bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka. 8 Jika demikian, tunjukkanlah kesetiaanmu kepada hambamu ini, sebab engkau telah mengikat perjanjian di hadapan TUHAN dengan hambamu ini. Tetapi jika ada kesalahan padaku, engkau sendirilah membunuh aku. Mengapa engkau harus menyerahkan aku kepada ayahmu?" 9 Tetapi jawab Yonatan: "Jauhlah yang demikian itu! Sebab jika kuketahui dengan pasti, bahwa ayahku telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka kepadamu, masakan aku tidak memberitahukannya kepadamu?" 10 Lalu bertanyalah Daud kepada Yonatan: "Siapakah yang akan memberitahukan kepadaku, apabila ayahmu menjawab engkau dengan keras?" 11 Kata Yonatan kepada Daud: "Marilah kita keluar ke padang." Maka keluarlah keduanya ke padang. 12 Lalu berkatalah Yonatan kepada Daud: "Demi TUHAN, Allah Israel, besok atau lusa kira-kira waktu ini aku akan memeriksa perasaan ayahku. Apabila baik keadaannya bagi Daud, masakan aku tidak akan menyuruh orang kepadamu dan memberitahukannya kepadamu? 13 Tetapi apabila ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi dari pada itu, sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai ayahku dahulu. 14 Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, 15 janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan apabila TUHAN melenyapkan setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, 16 janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud." 17 Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.

SAHABAT YANG SETIA DALAM SUKA DAN DUKA

Sahabat    adalah    orang    terdekat    dengan    kita,    yang memahami,   dan   setia   dalam   suka   maupun   duka. Persahabatan  itu tidak  terbuat dari  sesuatu  yang  besar, tetapi dibangun  dari  hal-hal  yang  kecil,  yang  dikumpulkan  menjadi sesuatu yang besar. Hari ini kita belajar dari persahabatan Daud dan  Yonatan,  yang  diceriterakan  dalam  1  Samuel  20:1-17. Persahabatan yang terjalin diantara Daud  dan  Yonatan adalah persahabatan  yang  tulus,  karena  Yonatan  tidak  melihat  Daud sebagai   saingannya   untuk   menduduki   tahta   kerajaan   Israel menggantikan ayahnya Saul. Yonatan tau bahwa ayahnya Saul sangat membenci dan bahkan ingin membunuh Daud. Ia sangat menghormati  ayahnya  Saul  yang  adalah  seorang  raja,  tetapi dipihak lain Yonatan juga tau bahwa sahabatnya Daud sementara mengalami  penindasan  dan  ancaman  kematian  dari  ayahnya. Sebagai seorang sahabat, Yonatan bersedia untuk mengorbankan dirinya demi membela Daud dari ancaman ayahnya, sebab dia tau bahwa Daud tidak bersalah. Seorang sahabat akan selalu ada saat temannya melewati masa-masa yang suram dan kehadiran Yonatan sangat berarti bagi Daud, saat ia terpuruk, dikejar-kejar, dan hendak dibinasakan. Kehadiran Yonatan memberi kekuatan dan dorongan semangat kepada Daud. Yonatan adalah sahabat sejati bagi Daud dalam suka maupun duka, ia tidak dengki dan malah bersukacita menerima Daud sebagai pilihan Allah menjadi raja  Israel.  Kita  semua  pasti  membutuhkan  seorang  sahabat, tempat berbagi suka dan duka, akan tetapi saat ini sangat sulit kita menemukan sahabat sejati seperti Daud dan Yonatan, masing- masing orang pasti akan memilih untuk membela kepentingannya sendiri. Hanya ada satu sahabat sejati yang mau mengerti siapa kita,  dan  mau  mengorbankan  diri-Nya  bagi  hidup  kita,  Dialah Yesus Tuhan kita.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk menjadi sahabat bagi sesama kami. Amin.

*sumber : SHK bulan Desember 2020 LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *