fbpx

Santapan Harian Keluarga, 22 s.d 28 Oktober 2017

Sabtu, 28 Oktober 2017

Bacaan : 1 Korintus 15 : 56-58

15:56 Sengat maut ialah dosa  dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. 15:57 Tetapi syukur kepada Allah,  yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

TAK BISA SENDIRI

Dalam novel karangan G.K. Chesterton yang berjudul The Man Who Was Thursday, seorang polisi agen rahasia menyelundup ke dalam kelompok pemberontak yang ingin mengacaukan dunia. Ia diselimuti ketakutan yang luar biasa, sampai akhirnya ia menemukan seorang sekutu di dalam kelompok itu. Chesterton menuliskan perasaan sang polisi ketika menemukan seorang teman : “dalam semua pencobaan ini, akar ketakutannya adalah kesendirian. Betapa besarnya perbedaan antara sendirian dan memiliki seorang teman. Para ahli matematika mengatakan bahwa empat orang adalah dua orang ditambah dua orang. Namun bila kita mendapatkan seorang teman, kita bukan sekedar dua orang yang bersatu, melainkan bagaikan kesatuan dua ribu orang.” Pernyataan Chesterton ini tidak hanya dapat dimengerti bahwa kita adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, tetapi sebagai orang percaya pernyataan Chesterton ini mengingatkan kita akan relasi kita dengan Tuhan Yesus Kristus. Persekutuan kita dengan Dia, akan memungkinkan kita untuk menghadapi berbagai ujian bahkan jika itu adalah perbuatan dosa. Tuhan Yesus Kristus akan menolong kita menghadapinya bahkan mengalahkan cobaan-cobaan tersebut.

Doa : Sertailah kami ya Tuhan, karena tanpamu, kami tidak bisa berbuat apa-apa. amin

Jumat, 27 Oktober 2017

Bacaan : Filipi 2 : 5-11

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,bahkan sampai mati di kayu salib.2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut  segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan, ” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

KESEDIAAN UNTUK MERENDAH

Sebuah video menampilkan seekor anak anjing daisy. Daisy takut turun dari tangga teratas. Walaupun di bawah seorang anak perempuan terus memanggilnya sambil menangis, tapi daisy tetap tidak berani turun. Rasa takut menguasainya. Ia takut terjatuh, takut badanya terluka bahkan kakinya patah. Datanglah seorang anjing lebih besar, simon. Simon berlari menaiki anak tangga itu lalu turun lagi dengan maksud supaya daisy melihat dan mencontohinya. Tapi daisy tidak yakin. Simon terus menunjukkan caranya, dan daisy pun berani melangkah mengikuti simon. Akhirnya daisy berhasil tiba di lantai bawah dan bertemu dengan anak perempuan, si pemilik daisy. Pertemuan dan kesatuan daisy dan anak perempuan, pemilik dari daisy membelajarkan kepada kita beberapa hal yang penting yakni : 1) Kesatuan dan persekutuan akan terjadi jika kita bersedia untuk turun dan berada pada posisi paling rendah. 2). Kesatuan dan persekutuan akan terjadi jika kita mau mengesampingkan kepentingan diri bahkan keselamatan diri. Selain kedua hal ini, hal yang lebih utama bagi orang percaya, yakni hidup berpusat pada Kristus supaya kita dapat hidup dalam kesatuan dan persekutuan dengan yang lain.

Doa : Ya Tuhan ajarkanlah kami untuk mau merendah demi terciptanya persekutuan yang manis, amin

Kamis, 26 Oktober 2017

Bacaan : I Korintus 7 : 35-40

7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan. 7:36 Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa. 7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik. 7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik. 7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya. 7:40 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.

SEANDAINYA

Seandainya saya menikah tentu saya tidak kesepian lagi. Seandainya gaji saya lebih besar, tentu kehidupan keluarga saya lebih bahagia dan sejahtera. Seandainya isteri atau suami saya penuh pengertian tentu saya bisa melayani Tuhan secara lebih leluasa. Seandainya, seandainya dan seandainya. Pernahkah pikiran semacam itu ada di benak kita ? kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia dan kita mengira jalan untuk mencapainya ialah berubahnya keadaan atau orang di sekitar kita. Jemaat di Korintus juga berpikiran demikian. Untuk menjadi orang Kristen yang lebih baik, orang yang tak bersunat perlu bersunat, seorang hamba perlu memerdekakan diri, orang yang melajang perlu menikah. Bagi Paulus, orang-orang yang telah dipanggil Allah, tidaklah penting keadaan lahirahnya, apakah ia menikah atau melajang. Tetapi faktor yang paling menentukan adalah kehidupan baru yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Bahwa dalam keadaan bagaimanapun kita dapat melayani Allah dengan baik. Karena sekarang kita “ tinggal di hadapan Allah”, berarti kita telah hidup bersama dengan Allah, sehingga kebahagiaan hidup kita tidak lagi ditentukan oleh hal-hal lahiriah, melainkan oleh hal batiniah, yakni menjaga hubungan kita dengan Allah. Karena itu, jika kita telah menjadi milik-Nya, kita dipanggil untuk mengasihi dan menaati-Nya. Dengan kesadaran inilah kita dapat hidup dengan tentram.

Doa : Tuhan bagaimanapun keadaan diri kami ini, kami tetap mengasihi dan melayani-Mu, amin

Rabu, 25 Oktober 2017

Bacaan : I Korintus 7 : 32-34

7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. 7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, 7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.

MENIKAH ATAU TIDAK TETAP EFEKTIF UNTUK PEKERJAAN TUHAN

Alkitab menegaskan bahwa status tidak menikah sama sekali tidak lebih rendah daripada status menikah. Namun terkadang orangtua merasa malu kalau ada diantara anak-anak mereka yang tidak menikah sehingga orang tua memaksakan anak-anak untuk menikah. Padahal Tuhanlah yang berhak menentukan masa depan seseorang, bukan orangtua maupun tuntutan sosial. Orangtua hanya membantu mengarahkan anak-anak pada pilihan hidup mereka. Bila anak-anak memilih untuk tidak menikah atau membujang, itu adalah pilihan yang patut dihargai. Tidak ada yang aneh dengan gaya hidup seperti itu. Beberapa tokoh dalam Alkitab juga telah menjalani hidup yang sama, Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis, Paulus dan sebagainya. Dalam kehidupan di sekitar kita ada orang yang memilih untuk hidup membujang selamanya. Karena itu, menurut Paulus dalam bagian bacaan ini, pokok persoalannya bukan terletak pada menikah atau membujang melainkan bagaimana memberikan diri seutuhnya secara serius kepada Allah dan tetap efektif untuk pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Karena itu, jikalau kita lebih efektif dalam mencapai tujuan ini melalui pernikahan maka pernikahan adalah hal yang terbaik bagi kita. Tetapi jikalau kita merasa kehidupan membujang lebih efektif bagi Tuhan dan pekerjaan-pekerjaan-Nya, pilihan itu adalah yang terbaik bagi kita. Menikah atau tidak, kita tetap efektif bagi pekerjaan-pekerjaan Tuhan.

Doa : Tuhan buatlah kami semakin efektif melayani-Mu dalam segala keberadaan hidup kami, amin

Selasa, 24 Oktober 2017

Bacaan : Filipi 3 : 4b-11

3 :4b Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: 3:5 disunat  pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin,orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, 3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. 3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,  3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. 3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, 3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

BERJUANGLAH MENGGAPAI TUJUANMU

Seorang anak dari keluarga pra-sejahtera ingin hidup sukses namun orangtua nya tak mampu membiayai sekolahnya. Akhirnya ia keluar dari sekolah dan membantu orangtua mencari uang. Suatu hari ketika ia menjajakan Koran dipinggir jalan, ia bertemu dengan mantan gurunya. Ia ditawari menjadi anak asuh sang guru. Dengan semangat ia belajar dibawah bimbingan sang guru. Ia belajar keras setiap hari sambil membantu orangtuanya bekerja. Perjuangannya ternyata tidak sia-sia, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya bahkan kini menjadi arsitek hebat. Ia pun dapat membahagiakan orangtunya. Ia merasa menuju kesempurnaan hidup walaupun untuk mencapai itu ia harus berjerih lelah demi mewujudkannya. Memang, alangkah bahagianya jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun untuk mendapatkannya, diperlukan perjuangan keras. Sikap mudah menyerah, putus asa tidak boleh dimiliki oleh setiap orang yang ingin sukses dan berhasil. Karena itu, membangun keluarga Kristen berarti membangun mentalitas siap berjuang dan siap berjerih lelah, berlari untuk meraih tujuan yang ada di depan. Tuhan sudah menangkap kita dengan anugerah-Nya. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita setia berjalan di dalam Tuhan dan bahkan bekerja keras untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman. Itu adalah ungkapan syukur kita sebagai orang-orang yang telah ditangkap dan diselamatkan oleh Kristus.

Doa : Tuhan kami yakin bersama-Mu perjuangan hidup kami akan berhasil, amin

Senin, 23 Oktober 2017

Bacaan : 1 Yohanes 1: 1-4

1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. 1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. 1:4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.

TERIMALAH INJIL YANG MEMBERI KITA HIDUP

Injil yang diberitakan oleh para misionaris di masa lampau telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari, serta memberi dampak positif dalam hidup kita. Mereka mewariskan hal-hal yang baik dari yang mereka pelajari tentang firman Tuhan, dan tidak merasa lelah untuk memberitakan injil keselamatan itu kepada siapapun dan kapanpun. Semangat memberitakan injil yang diperlihatkan para misionaris ini hendaknya memotivasi kita untuk lebih giat dan sungguh-sungguh memberitakan kabar kesukaan itu kepada generasi muda kita sekarang ini. Karena dunia kita semakin, berubah dan membawa dampak positif tetapi juga negative. Jadi tugas kita sebagai orangtua adalah memberi pemahaman dan pembinaan terus-menerus tentang firman Tuhan. Anak-anak kita harus dibimbing untuk mengerti dan memahami pengetahuan yang benar tentang Allah melalui firman-Nya. Hal ini harus dibudayakan dalam kehidupan keluarga kita untuk tekun mendalami firman Tuhan. Karena ini akan menjadi pondasi yang kuat sehingga anak-anak kita diberi kemampuan untuk memilih mana yang baik dalam hidup. Anak-anak kita tidak mudah terpengaruh dengan berbagai hal negative yang dapat membawa mereka kepada kehancuran. Anak-anak yang sungguh menghidupi firman Tuhan dalam hidupnya akan menjadi anak-anak yang baik dan kehadirannya selalu berbuahkan kebaikan bagi orang lain. Terimalah Injil yang memberi kita hidup.

Doa : Tuhan berikanlah semangat kepada kami untuk terus memberitakan firman-Mu, amin

Minggu, 22 Oktober 2017

bacaan : Matius 18 : 15-20

18:15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi,  perkara itu tidak disangsikan. 18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.

TEGURLAH SAUDARAMU DALAM KASIH

Dalam hidup kita selalu saja ada orang yang melakukan kesalahan. Kita bisa saja mendiamkan dan membiarkan kesalahannya, atau kita bisa memarahinya karena kita kesal, kita benci, kita kecewa melihat tindakannya atau sebaliknya karena kita mengasihinya, kita mau menegurnya.Dalam keluarga hal yang sama juga sering terjadi. Orang tua memarahi anaknya, bukan karena mau mendidik, tetapi karena benci melihat perbuatannya. Ada kalanya suami marah kepada isterinya bukan karena ia ingin merubah isterinya tetapi karena ia benci dengan isterinya. Banyak contoh lain juga tampak dalam hidup bersama dengan orang lain. Ketika ada seseorang yang melakukan kesalahan, pasti ada yang marah, pasti ada yang membiarkan, tetapi pasti ada juga yang berani menegur. Betapa mulianya bila kita memberikan kesempatan kepada seseorang yang telah melakukan kesalahan atau dosa, mengakui dan menyesali kesalahan serta dosa-dosanya itu dan ia didoakan untuk hidup dalam pertobatan. Ingat, kesalahan seseorang masih dapat diperbaiki. Bahkan kita tahu bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia. Asal ada kasih, asal ada pengampunan, asal ada usaha dari kita untuk menolong dan memberi kepercayaan, kesempatan kembali, maka kita telah menyelamatkan orang yang bersalah itu.

Doa : Tuhan karuniakanlah kepada kami hidup yang saling menegur dan menopang dalam kasih, amin

Materi dari : LPJ – GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *