fbpx

Santapan Harian Keluarga, 26 Agustus – 1 September 2018

[jemaatgpmsilo.org – Ambon]

Minggu, 26 Agustus 2018

Bacaan : 2 Samuel 19 : 24-30

Mefiboset menyongsong raja

24 Juga Mefiboset bin Saul menyongsong raja. Ia tidak membersihkan kakinya dan tidak memelihara janggutnya dan pakaiannya tidak dicucinya sejak raja pergi sampai hari ia pulang dengan selamat. 25 Ketika ia dari Yerusalem menyongsong raja, bertanyalah raja kepadanya: “Mengapa engkau tidak pergi bersama-sama dengan aku, Mefiboset?” 26 Jawabnya: “Ya tuanku raja, aku ditipu hambaku. Sebab hambamu ini berkata kepadanya: Pelanailah keledai bagiku, supaya aku menungganginya dan pergi bersama-sama dengan raja! –sebab hambamu ini timpang. 27 Ia telah memfitnahkan hambamu ini kepada tuanku raja. Tetapi tuanku raja adalah seperti malaikat Allah; sebab itu perbuatlah apa yang tuanku pandang baik. 28 Walaupun seluruh kaum keluargaku tidak lain dari orang-orang yang patut dihukum mati oleh tuanku raja, tuanku telah mengangkat hambamu ini di antara orang-orang yang menerima rezeki dari istanamu. Apakah hakku lagi dan untuk apa aku mengadakan tuntutan lagi kepada raja?” 29 Tetapi raja berkata kepadanya: “Apa gunanya engkau berkata-kata lagi tentang halmu? Aku telah memutuskan: Engkau dan Ziba harus berbagi ladang itu.” 30 Lalu berkatalah Mefiboset kepada raja: “Biarlah ia mengambil semuanya, sebab tuanku raja sudah pulang dengan selamat.”

Jauhi Hidup Serakah

Dalam masyarakat moderen sekarang ini dimana materealistis, konsumeistis, individualistis dan hedonistis telah menjadi gaya hidup bahkan mungkin juga telah menjadi tujuan hidup, maka keserakahan telah menjadi semacam penyakit yang semakin sulit dihilangkan. Karena itu ada beberapa hal yang menjadi perhatian setiap keluarga Kristen melalui bacaan hari ini: 1. Hindarilah perilaku serakah seperti yang diperilihatkan Ziba. Sesungguhnya keserakahan adalah suatu penyakit sosial yang daya rusaknya sangat besar bagi pribadi, keluarga maupun gereja dan masyarakat. Orang yang serakah pasti tidak memiliki kasih. Karena itu ia akan menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh apa pun yang diinginkannya. Hal ini tentu bertentangan dengan inti ajaran Tuhan Yesus yaitu kasih yang mesti menjadi norma sentral yang mengatur seluruh gerak hidup dan perilaku kita. 2. Berlakulah seperti Mefiboset yang tidak melihat harta sebagai tujuan hidupnya melainkan lebih mengutamakan hidup dalam kebersamaan dengan orang yang saling mengasihi. Dengan demikian maka cinta kasih Kristus dapat kita nyatakan kepada dunia ini sehingga semua orang dapat memuliakan Tuhan. 3. Berlakulah juga seperti Daud, seorang pemimpin yang jujur, adil dan tidak serakah, yang tidak ingin menguasai apa yang bukan menjadi haknya melainkan secara adil memberikannya kepada yang empunya yaitu Mefiboset cucu Saul maupun Ziba hamba Saul, yang telah menjaga kekayaan Saul. Serakah dapat membuat kita lupa diri, bahwa hidup dan segala sesuatu yang dimiliki datangnya dari tangan Tuhan yang penuh kasih. Sikap serakah terlihat bukan hanya ketika orientasi hidup kita terfokus pada harta kekayaan, jabatan, dan kekuasaan, tetapi juga hidup pelit angkuh, dan sambong serta memiliki ambisi berlebihan dan perilaku yang melampaui batas. Padahal segala sesuatu datangnya dari Tuhan.

doa : Tuhan mampukanlah kami untuk tidak hidup serakah, amin

Senin, 27 Agustus 2018

Bacaan : Nehemia 5 : 14-19

Sikap Nehemia yang tidak mencari keuntungan

14 Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati. 15 Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela atas rakyat. Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah. 16 Akupun memulai pekerjaan tembok itu, walaupun aku tidak memperoleh ladang. Dan semua anak buahku dikumpulkan di sana khusus untuk pekerjaan itu. 17 Duduk pada mejaku orang-orang Yahudi dan para penguasa, seratus lima puluh orang, selain mereka yang datang kepada kami dari bangsa-bangsa sekeliling kami. 18 Yang disediakan sehari atas tanggunganku ialah: seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah setiap sepuluh hari. Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi hak bupati, karena pekerjaan itu sangat menekan rakyat. 19 Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini.

Pemimpin yang melayani

“Buatlah dengan baik apa yang kau lakukan

Bangunlah dengan tegak, kuat dan perkasa

Bangunlah dengan tinggi dan luas

Bangunlah karena Tuhan Allah memandangnya”

Ini adalah sebait syair dari sebuah sajak pendek yang ditulis dalam buku Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin. Apa yang ditulis dalam baris-baris syair ini memberikan kepada kita inspirasi bahwa apapun yang kita kerjakan, haruslah dilakukan dengan sebaik mungkin. Jangan pernah melihatnya sebagai beban, apalagi kesempatan untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Sebab sesungguhnya, Tuhan Allah melihat segalanya, Ia mendengar semuanya dan tidak pernah salah dalam menilai. Seperti Nehemia, saat umat Israel membangun kembali tembok Yerusalem dalam situasi yang berat dan berbahaya, ia ikut ambil bagian dalam proses membangun dan menjaga sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Malah, Nehamia menolak menikmati hak-haknya sebagai seorang bupati. Ia tidak bersikap seperti para pendahulunya. Sebaliknya, Nehemia bersedia menanggung kehidupan orang-orang sebangsanya. Semua ini, karena Nehemia takut akan Tuhan sehingga ia memilih untuk menjadi Pemimpin yang melayani dan ia dihormati. Saudara-saudara, ada dua pilihan dalam kepemimpinan; tergoda untuk melayani diri sendiri atau memanfaatkan kesempatan untuk melayani orang-orang yang kita pimpin. Ingat kesediaan melayani orang lain sesuai kepercayaan yang dianugrahkan Tuhan adalah inti kepemimpinan sejati. Pilihan mana yang keluarga kita ambil?

doa : Tuhan, tolonglah kami untuk menjadi pemimpin yang melayani,amin

Selasa, 28 Agustus 2018

Bacaan : I Raja-Raja 21 : 1-13

Kebun anggur Nabot

Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. 2 Berkatalah Ahab kepada Nabot: “Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang.” 3 Jawab Nabot kepada Ahab: “Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!” 4 Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: “Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku.” Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. 5 Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: “Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?” 6 Lalu jawabnya kepadanya: “Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu.” 7 Kata Izebel, isterinya, kepadanya: “Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu.” 8 Kemudian ia menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. 9 Dalam surat itu ditulisnya demikian: “Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. 10 Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.” 11 Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. 12 Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. 13 Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: “Nabot telah mengutuk Allah dan raja.” Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati.

Kuasa adalah Panggilan untuk Melayani

Di zaman “Now” membangun kesepakatan jahat untuk mengambil milik orang lain telah menjadi trend yang disukai sebagian orang. Dengan berdiri di atas kuasa dan keserakahan, kepunyaan sesama yang lemah dan tidak berdaya dirampas dan diambil secara paksa. Dalam bacaan hari ini, dikisahkan dengan gamblang, betapa Nabot yang jujur dalam rasa hormat kepada milik pusaka leluhur berjuang mempertahankan harta terindah itu. Namun dibuat takluk pada kuasa, keserakahan dan kesepakatan jahat yang terencana, yang dibangun Izebel dengan menggunakan kedudukan sang suami sebagai penguasa. Dan Ahab, sekalipun raja, tapi memiliki jiwa kerdil dan bersembunyi dibalik kelicikan sang isteri. Kebenaran dan kebaikan seakan dikalahkan oleh keserakahan dan kejahatan. Nabot harus mati, akibat kesaksian palsu oleh beberapa orang dursila yang disiapkan Izebel melalui skenarionya. Ya, demi kepentingan dan kesenangan diri, Ahab rela mengorbankan hidup orang yang dipimpinnya. Kuasa tidak lagi dilihat sebagai panggilan untuk melayani melainkan kesempatan untuk memuaskan keinginan diri. Saudara, sebagai orang percaya, kita meyakini satu hal; Bahwa, Tuhan tidak pernah berdiam diri melihat keserakahan dan ketidakadilan merajai hidup manusia Tuhan selalu berpihak peda kebenaran dan keadilan, Ia tidak akan membiarkan orang-orang kecil dan tidak berdaya diperlakukan dengan tidak adil. Yakinlah, perbuatan jahat akan menerima hukuman yang setimpal. Setiap keluarga Kristen mesti belajar untuk tidak menjadi serakah namun selalu berlaku adil dalam melayani dengan penuh kasih.

doa : Tuhan ajar kami menggunakan kuasa untuk melayani, amin

Rabu, 29 Agustus 2018

Bacaan : I Raja-Raja 21 : 14-29

14 Setelah itu mereka menyuruh orang kepada Izebel mengatakan: “Nabot sudah dilempari sampai mati.” 15 Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: “Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati.” 16 Segera sesudah Ahab mendengar, bahwa Nabot sudah mati, ia bangun dan pergi ke kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. 17 Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: 18 “Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. 19 Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.” 20 Kata Ahab kepada Elia: “Sekarang engkau mendapat aku, hai musuhku?” Jawabnya: “Memang sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. 21 Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepadamu, Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. 22 Dan Aku akan memperlakukan keluargamu sama seperti keluarga Yerobeam bin Nebat dan seperti keluarga Baesa bin Ahia, oleh karena engkau menimbulkan sakit hati-Ku, dan oleh karena engkau mengakibatkan orang Israel berbuat dosa. 23 Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. 24 Siapa dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara.” 25 Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya. 26 Bahkan ia telah berlaku sangat keji dengan mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. 27 Segera sesudah Ahab mendengar perkataan itu, ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban. 28 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: 29 “Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya.”

Serakah Membawa Maut

Ada sepenggal kata bijak mengatakan “Orang Yang Menaklukan Orang Lain Adalah Orang Yang Kuat, Tapi Orang Yang Menaklukkan DiriNya Sendiri Adalah Orang Yang berkekuatan Dahsyat”. Menaklukan diri sendiri dengan segala macam keinginan bukanlah perkara mudah. Apalagi bila keiinginan itu berkaitan dengan kepentingan dan kesenangan diri. Orang akan berusaha sekuat tenaga sekalipun harus mengorbankan orang lain. Dititik ini, keinginan telah menjadi sebuah keserakahan. Karena itu, benar bila sepenggal kata bijak di atas mengatakan orang yang mengalahkan diri sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat. Sikap ini yang tidak dimiliki oleh Raja Ahab dan isterinya Izebel. Mereka membiarkan keinginan merajai hidup mereka, malah keinginan itu kemudian berubah menjadi keserakahan. Akibatnya, segala cara ditempuh dan dijadikan pembenaran. Namun, Tuhan tidak buta. Keserakahan mereka ditelanjangi oleh Tuhan melalui Nabi Elia yang diutusnya. Hukuman setimpal diberikan Tuhan kepada Ahab dan Izebel. Sekalipun Ahab telah merendahkan diri dihadirat Tuhan, tapi hukuman atas keserakahannya bersama sang isteri tidak ditarik Tuhan. Tidak pada zamannya, Aku mendatangkan malapetaka, namun di zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya, Firman Tuhan. Saudaraku. kehidupan keluarga yang baik, dibangun dengan upaya dan moralitas dalam rasa takut pada Tuhan, nilainya tiada tara.

doa :   Tuhan, tolonglah agar kami tidak menjadi orang yang serakah, amin

Kamis, 30 Agustus 2018

Bacaan : I Samuel 22 : 1-5

Daud di gua Adulam

Lalu Daud pergi dari sana dan melarikan diri ke gua Adulam. Ketika saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya mendengar hal itu, pergilah mereka ke sana mendapatkan dia. 2 Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang. 3 Dari sana Daud pergi ke Mizpa di Moab dan berkata kepada raja negeri Moab: “Izinkanlah ayahku dan ibuku tinggal padamu, sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepadaku.” 4 Lalu diantarkannyalah mereka kepada raja negeri Moab, dan mereka tinggal bersama dia selama Daud ada di kubu gunung. 5 Tetapi Gad, nabi itu, berkata kepada Daud: “Janganlah tinggal di kubu gunung itu, pergilah dan pulanglah ke tanah Yehuda.” Lalu pergilah Daud dan masuk ke hutan Keret.

Menjadi Bahagia Dengan Kerendahan Hati

Mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan. Untuk hal ini yang dapat menolong kita hanyalah “Kerendahan Hati”. Kerendahan hati membuat setiap kita berusaha mencapai puncak tanpa terjatuh dalam kesombongan dan membuat orang lain merasa dikecilkan. Tetapi juga tidak perlu merasa rendah diri atau iri hati ketika mendapati kekurangan kita. Sebab dibalik sikap kerendahan hati selalu ada nilai bahwa di tiap kesederhanaan dan kekurangan seseorang selalu ada kelebihannya. Sementara, dibalik segala sesuatu yang kita anggap lebih pada diri kita, selalu saja ada kekurangannya. Nilai ini yang diabaikan oleh Saul, saat ia mendapati bahwa Daud memperoleh pujian dan sanjungan dari orang Israel melebihi dirinya, ketika kembali dari pertempuran. Saul termakan oleh pujian yang membangkitkan rasa dengki, sehingga menjadi marah dan berusaha untuk membunuh Daud. Namun rencana jahat Saul diketahui Daud melalui sahabat karibnya, yakni Yonatan, anak Saul sendiri. Padahal Daud telah berjuang mati-matian demi mempertahankan martabat bangsanya dan meraih kemenangan. Akibatnya, Daud melarikan diri, ia menjadi seorang pelarian yang terpisah dari keluarganya. Tapi dalam pelarian di tempat pengungsian, Daud masih tetap konsisten pada nasib keluarga dan orang-orang sebangsanya. Ia bersedia menjadi pemimpin bagi mereka yang susah, menderita dan diperlakukan dengan tidak adil. Saudaraku, saat kita berhenti bersikap iri dan bersedia menerima kelebihan orang lain dan kekurangan diri kita, sebagai gantinya, kita akan menemukan persahabatan yang lebih dalam dan berkat yang lebih besar.

doa : Tuhan, tolonglah kami untuk memiliki hati yang merendah, amin

Jumat, 31 Agustus 2018

Bacaan : Kisah Para Rasul 5 : 1-11

Ananias dan Safira

Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 3 Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? 4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.” 5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. 6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 8 Kata Petrus kepadanya: “Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” Jawab perempuan itu: “Betul sekian.” 9 Kata Petrus: “Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.” 10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. 11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.

Hati Nurani yang Bersih dan Jujur tidak dapat Dibeli

Thomas Samson adalah seorang penambang dari Wales. Setiap hari ia bekerja keras dengan jam kerja panjang dalam pertambangan. Kehidupannya terus-menerus berada dalam bahaya hanya untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Suatu hari, mandor pertambangan itu menemui dia dan berkata, “Thomas, saya te!ah menemukan pekerjaan yang lebih mudah bagimu di atas tanah. Pekerjaanmu akan lebih sedikit dan penghasilanmu akan lebih banyak. Apakah kamu tertarik? Oh, ya, kata Thomas, saya sangat tertarik, Pak; Tetapi, maukah anda mempertimbangkan untuk memberikan pekerjaan itu kepada sahabat saya Tregony?. Dia tidak sekuat saya dan dia tidak bisa bekerja sekeras saya. Saya takut bekerja di bawah pertambangan akan mempersingkat hidupnya dan saya akan kehilangan sahabat saya. Mungkinkah ia mendapatkan pekerjaan itu? Apa yang dilakukan Thomas berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh sepasang suami-isteri, Ananias dan Safira, seperti yang disaksikan dalam kitab Kisah Para Rasul 5 : 1-11. Bahwa demi kepentingan dan keserakahan pribadi Ananias dan Safira bersedia menyangkali nurani dan komitmen bersama yang terbangun untuk hidup saling berbagi dan saling memperhatikan sebagai umat Tuhan yang terbentuk karena buah karya Roh Kudus. Malah mereka bersepakat untuk menipu para Rasul dan mendustai Roh Kudus hanya karena tidak rela memberikan hasil penjualan tanah milik mereka sepenuhnya bagi kesejahteraan hidup bersama. Sikap ini yang mengantar mereka pada kematian. Saat kita tidak mementingkan diri sendiri dan bersedia dengan jujur untuk memberi yang terbaik kepada orang lain, maka yang lebih akan kita peroleh dari Tuhan.

doa : Tuhan, ajar kami untuk berlaku jujur dan setia pada janji, amin

Sabtu, 1 September 2018

Bacaan : Amsal 4 : 1-13

Nasihat untuk mencari hikmat

Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, 2 karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku. 3 Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, 4 aku diajari ayahku, katanya kepadaku: “Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup. 5 Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. 6 Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. 7 Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian. 8 Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya. 9 Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu.” 10 Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak. 11 Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus. 12 Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung. 13 Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.

Ajaran Hikmat Diwariskan Dari Orang Tua Kepada Anak

Dalam masyarakat modern, pendidikan kepada anak cenderung diserahkan kepada lembaga pendidikan di luar keluarga (PAUD/TK/SD/SM-TPI dst). Para orang tua mulai lupa bahwa sekolah pertama itu adalah keluarga dan orang tua (Papa/ Mama) adalah pendidiknya. Proses pendidikan dalam keluarga itu berdampingan dengan pendidikan di sekolah karena saling melengkapi. Orang tua beriman yang bijak akan selalu sadar bahwa ajaran tentang hikmat itu penting dan karena itu kelanjutan ajaran hikmat yang pernah diterimanya harus diwariskan kepada anak-anak sehingga anak-anak tidak hanya pintar secara pengatahuan saja tetapi juga memiliki karakter yang lahir dari ajaran-ajaran iman yang menuntun kepada hidup yang benar dan sukses. Sebab hikmat dan kepandaian itu lebih berharga dari semua barang berharga apapun, seperti emas atau pun permata. Dengan memiliki hikmat dan kepandaian maka seseorang akan tahu bagaimana menjalani hidup dengan benar sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu orang tua yang bijak akan mendorong dan memotivasi anak-anaknya untuk mencintai hikmat dan didikan demi hidup yang diberkati Tuhan. Salomo bisa menjadi orang yang berkuasa dan memiliki banyak kekayaan namun berhikmat, karena peran orang tuanya yang sejak kecil selalu mengajarkan hikmat kepadanya. Dan ia pun mengajari anak-anaknya dan bahkan semua umat Israel untuk selalu mencintai hikmat dan didikan yang diajarkan kepada mereka. Semoga dalam pekan pembinaan keluarga kita sebagai orang tua menyadari bahwa kita memiliki wibawa ilahi sebagai wakil Allah di bumi ini yang bertanggungjawab terhadap pendidikan anak-anak, dan sebagai anak-anak harus menaati didikan ayah dan ibu yang membimbing kepada hidup yang bahagia dan sejahtera.

Doa:     Tuhan, tuntunlah kami untuk mewariskan nilai-nilai takut akan Tuhan bagi anak-anak kami. Amin.

*sumber : SHK dari LPJ-GPM bulan Agustus dan September 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *