fbpx

Santapan Harian Keluarga, 10-16 Pebruari 2019

AMBON, jemaatgpmsilo.org

Minggu, 10 Februari 2019                     

bacaan : Lukas 10 : 25 – 37 (T)

Orang Samaria yang murah hati

25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” 27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28 Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” 30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” 37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Kasih Sebagai Ekspresi dan Apresiasi

Kata belas kasihan yang disebut pula welas asih, atau kepedulian, bisa diartikan: emosi seseorang yang muncul akibat penderitaan orang lain, lebih kuat dari sekedar berempati. Perasaan ini biasanya memunculkan suatu usaha untuk mengurangi penderitaan orang tersebut. Inilah yang dirasakan oleh seorang Samaria ketika melihat orang yang terluka akibat dirampok dan dipukuli oleh para penyamun.  Dilandasi oleh belas kasihan, orang Samaria itu pun tergerak hati untuk menyatakan kebaikannya dalam tindakan nyata. Belas kasihan tanpa disertai dengan sebuah tindakan tidak akan berdampak apa-apa.

Dari perumpamaan ini kita belajar bahwa kasih seharusnya sebuah ekspresi bukan impresi. Ekspresi adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri, dari hati keluar menjadi tindakan. Memiliki Belas-kasih dan akan memberkati orang lain. Tetapi impresi hanya sekadar tindakan, hanya supaya terlihat baik, sekedar kasihan, dan dilakukan untuk diri sendiri supaya orang lain melihat yang diperbuat. Kasih juga sebagai apresiasi yang merupakan sebuah bentuk penghargaan untuk orang lain. Sebuah kasih yang berbuat lebih daripada yang seharusnya. Seperti Orang Samaria, dia bukan hanya menolong, tetapi juga membalut luka dan membawanya ke penginapan untuk dirawat tanpa memandang siapa yang ditolong, tanpa memandang agama, suku, dll.  Bagaimana dengan kita? Ketika melihat orang lain sedang  ‘terluka’  dan sangat membutuhkan pertolongan, apakah hati kita tergerak untuk memberikan pertolongan?  Apakah hati kita peka terhadap kebutuhan orang lain?  Ingat… mengasihi itu bukan hanya dengan kata-kata belaka, tetapi harus diwujudkan dalam sebuah tindakan. Seperti Tuhan Yesus sudah lebih dahulu mengasihi kita dan tidak memandang siapa kita.(DLS).

Doa: Tuhan, biarlah kami memiliki hati seperti hati Tuhan Yesus, yang penuh dengan belas kasihan. Amin.

Senin, 11 Februari 2019                         

bacaan : Amsal 21 : 14 – 16 (T)

14 Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat. 15 Melakukan keadilan adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat. 16 Orang yang menyimpang dari jalan akal budi akan berhenti di tempat arwah-arwah berkumpul. 

Melakukan Keadilan = Kebahagiaan Hidup

Ditengah berbagai kasus mafia peradilan dan persepsi publik terhadap hakim yang dinilai rata-rata berperilaku koruptif negatif dan bagian dari mafia hukum. Tetapi, Albertina Ho hadir dan memberi warna berbeda. Hampir seluruh kisah yang mengupas kehidupan dan kerja Albertina Ho menceritakan kegigihan, ketegasan, kecermatan, keberanian, tidak mudah disuap, berdedikasi, kesungguhan dan sangat bertanggungjawab. Karena itu, Alebrtina Ho dijuluki sebagai Srikandi Peradilan di Indonesia Sebagai hakim karier wanita pada Peradilan Umum di bawah Mahkamah Agung Republik Indonesia. Publik sangat kagum dengan sikap dan kerjanya ketika menjadi Ketua Majelis Hakim yang menyidangkan kasus suap pegawai pajak Gayus Tambunan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Juga, sidang kasus pembunuhan Nasarudin Zulkarnaen dengan melibatkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar, juga kasus Cyrus Sinaga. Albertina mengarahkan sidang langsung ke pokok masalah dengan penuh kewibawaan. Albertina Ho tidak peduli dengan berbagai pihak nasional dan internasional yang terlibat di dalamnya. Albertina Ho dengan tegas menyatakan bahwa pelakunya harus dihukum. Albertina Ho tidak pernah tergiur dengan berbagai pemberian dan memilih gaya hidup sederhana. Jika ke kantor, ia lebih suka menggunakan mobil angkot. Albertina Ho, seorang hakim Kristen asal Maluku sangat merasakan kebahagiaan dalam hidup ketika melakukan keadilan dalam hidup dan kerja. Berlaku adil dalam hidup dan kerja adalah cara hidup orang Kristen supaya dunia menemukan Kristus didalamnya.(NT).

Doa: Tuhan, tuntun aku dengan RohMu supaya aku dapat melakukan keadilan dan aku berbahagia. Amin.

 

Selasa, 12 Februari 2019                             

bacaan : Hosea 10 : 12 (T)

12 Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan.

Menabur Keadilan Menuai Kasih Setia Allah

Apa yang diterima hari ini sangat ditentukan oleh apa yang diperbuat di hari kemarin dan apa yang akan diterima di hari esok akan ditentukan oleh apa yang dilakukan di hari ini”. Jangan biarkan sisa dari hari kemarin menjadi beban bagi hidup hari ini. Hari kemarin, hari ini dan hari esok saling berhubungan dan memberi makna sehingga setiap hari itu harus di jalani dengan penuh tanggungjawab dihadapan Tuhan. Bangsa Israel pada masa tertentu melakukan hal yang sangat jahat di mata Tuhan (noda di Gibea). Nabi Hosea mendesak mereka untuk segera melakukan pembersihan diri – meminta pengampunan dosa dari Allah supaya tidak menghalangi perjalanan hidup mereka selanjutnya. Mereka harus adil terhadap diri mereka yakni mereka harus jujur bahwa mereka telah berdosa. Supaya mereka mengalami Kasih Setia Allah yang mengampuni dan menyertai mereka dalam perjalanan hidup. Tak perlu menyoal siapa benar, siapa salah. Tuhan lebih mengetahuinya. Apakah dalam perjalanan hidupmu sampai hari ini masih ada yang tersisa sebagai beban? Sekecil apapun beban itu, tapi jangan biarkan beban itu menjadi batu sandungan untuk perjalanan hidupmu di hari ini, hari esok dan selamanya. Segeralah mencari Tuhan, siapkanlah lahan baru. Selesaikanlah seluruh beban itu bersama dengan Allah sumber keadilan itu. Hidup ini terlalu singkat dan sangat rahasia. Tak bisa di hitung dan ditentukan. Setiap saat adalah kesempatan terakhir untuk menyelesaikan setiap beban itu. Bukalah dirimu di hadapan Tuhan dengan jujur tanpa ragu sedikitpun. Itulah caramu menabur keadilan supaya anda menuai Kasih Setia Allah yang menjagamu dalam ziarah hidupmu.(NT).

Doa: Tuhan, mampukan aku untuk menabur keadilanMu. Amin.

 

Rabu, 13 Februari 2019                          

bacaan : Mazmur 36 : 6 – 10 (T)

5 (36-6) Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. 6 (36-7) Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. 7 (36-8) Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. 8 (36-9) Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. 9 (36-10) Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang. 

Kasih Setia Tuhan adalah Jaminan Hidup

Dolo waktu beta kawin deng beta pung istri ni, katong dua adalah orang yang paleng termiskin di kampong ini. Beta pung ipar-ipar biking rumah par beta ukuran 4 x 5. Satu hari beta deng keluarga makan beras dua cupa, kacang ijo sacupa.. Setiap hari beta berdoa, beta bilang for Tuhan bagini: Tuhan Allah e, Tuhan Allah su kasi beta kahidopang – beta ada dalam dunia, Tuhan Allah su kasi beta skola – beta ni lulusan IKIP – Jakarta Cabang Ambon, Tuhan Allah su kasi beta istri deng anak-anak, tapi satu yang Tuhan balong kasi yaitu pekerjaan tetap. Samua kerja beta su biking. Seiring waktu berjalan, ekonomi keluarga beta semakin membaik, beta pung usaha semakin berkembang, istri su guru tetap, lalu beta kasi Nori ni for skolah pendeta, for melayani Tuhan, dan lima anak yang lain boleh menikmati pendidikan dan kerja mereka masing sampe saat ini”. Demikian inti refleksi bapak Yopi tentang perjalanan hidupnya bersama istri dan anak-anak, saat berbicara dalam ibadah pemakaman istrinya ibu Kethrin di tahun 2015. Bapak Yopi ingin mengatakan bahwa sekalipun perjalanan hidup penuh rahasia dan penuh dengan masalah bahkan berbagai ketidakadilan tetapi tak perlu kuatir akan hari esok sebab ada Kasih Setia Tuhan yang sanggup membuka kerahasiaan hidup; Kasih Setia Tuhan lebih besar dari masalah apapun dan sanggup menyelesaikan setiap masalah. Mengapa harus iri hati dengan kemajuan hidup orang-orang jahat? Ya…Kasih Setia Tuhan sangat berharga dalam hidup, anak-anak manusia berlindung di naungan sayap-Nya. Jangan abaikan dan sia-siakan Kasih Setia Tuhan. Sebab, di dalam Kasih Setia Tuhan tersedia keadilan Tuhan bagi orang yang berharap pada-Nya.(NT).

Doa: Tuhan, mahkotailah hidupku dengan Kasih Setia-Mu. Amin.

 

Kamis, 14 Februari 2019                       

bacaan : Mazmur 36 : 11 – 13 (T)

10 (36-11) Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan-Mu bagi orang yang tulus hati! 11 (36-12) Janganlah kiranya kaki orang-orang congkak menginjak aku, dan tangan orang fasik mengusir aku. 12 (36-13) Lihat, orang-orang yang melakukan kejahatan itu jatuh; mereka dibanting dan tidak dapat bangun lagi. 

Orang Congkak Menolak Kasih Setia Tuhan

Katong dua sebagai orang tua paleng manyasal paskali dalam hari tua ni, menyaksikan kehidupan katong pung anak-anak deng Semy pung anak-anak. Padahal, dolo Semy tu Satpam di beta pung kantor tapi dia pung lima anak sarjana, mandiri dalam hidup, kerja dan keluarga. Sementara katong pung anak-anak? Sangat menyedihkan. Dorang lebih suka berfoya-foya karena pegang uang ditangan, sekolah tidak serius, tidak mandiri dalam kerja dan rumahtangga akibatnya selalu gagal dalam usaha. Semua yang beta rintis satu per satu hilang. Memang…beta dengan beta pung istri su salah paleng besar. Katong dua lebih mengandalkan harta dan kekayaan dalam mendidik anak-anak, dalam menyelesaikan  berbagai masalah hidup, bahkan demi uang, katong dua pernah biking susah karyawan dan menjatuhkan satu rekan bisnis. Sebab katong seng mau rugi tapi mau untung. Katong sangat sepelekan Tuhan dalam hidup. Katong merasa berkuasa jadi bebas bertindak mengatur hidup orang lain. Katong manyasal paskali. Skarang  katong su tua, mau biking apa lai? Sebab katong su tabur, skarang tuai jua… Ibu pendeta tolong doa katong dua di hari pernikahan ni. Minta ampong katong dua pung dosa: katong dua sangat congkak dihadapan Tuhan sampe katong dua tolak Kasih Setia Tuhan. Tolong doakan katong pung anak-anak supaya jang dong tiru katong dua pung congkak tapi mengandalakan Kasih Setia Tuhan supaya kehidupan berpihak vor dong,” sambil menangis, kedua orang tua itu meratapi kehidupan mereka, dalam pelayanan HUT pernikahan ke – 45. Penyesalan selalu datangnya dari belakang, bukan dari depan. Perhatikan Firman Tuhan supaya anda tidak menyesal nanti.(NT).

Doa: Tuhan, ampuni kami yang congkak dan menolak Kasih SetiaMu. Amin.  

 

Jumat, 15 Februari 2019                      

bacaan : Mazmur 89 : 15 – 19 (T)

14 (89-15) Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu. 15 (89-16) Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu; 16 (89-17) karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah. 17 (89-18) Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi. 18 (89-19) Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel.

Bersoraklah Karena Keadilan Tuhan

Seorang petani duduk di bawah pohon kenari sambil mengamati tanaman labunya. Ditengah lamunannya dia berpikir: ”Betapa bodoh dan tidak adil Tuhan itu. Mengapa Tuhan meletakan buah labu yang berat pada tanaman merambat yang tidak memiliki kekuatan dan menggantungkan kenari yang kecil pada pohon yang cabang-cabangnya dapat menahan berat seorang manusia? Ah..seandainya saya Tuhan, saya akan membuat lebih baik dari itu!”. Tiba-tiba saja ia dikagetkan dengan jatuhnya sebuah kenari dikepalanya. Langsung saja ia meloncat dan berteriak “Tuhan adil, Tuhan adil, Dia bijaksana. Haleluya!!! Coba bayangkan seandainya yang jatuh ke kepala saya adalah buah labu dan bukannya kenari.. bagaimana dengan kepala saya? Manusia dalam keterbatasannya sulit memahami keadilan yang bersumber dari Tuhan sebab keadilan Tuhan jauh lebih besar dari keadilan manusia. Proses hidup Daud menjelaskan tentang keadilan Tuhan. Bahwa dalam keadaan yang terjepit sekalipun tetapi keadilan Tuhan adalah perisai bagi setiap orang yang menaruh harapannya hanya kepada Tuhan. Sejak awal Tuhan telah memilih dan menetapkan Daud sebagai pemimpin/raja, dan Tuhan setia pada janji-Nya itu. Sehingga walaupun Daud mengalami tantangan bahkan ancaman kematiaan, tetapi keadilan Allah selalu dirasakan dan keadilan Tuhan menjadikannya sebagai raja di Israel. Di dalam keadilan Tuhan terdapat Kesetiaan Tuhan. Bagaimana situasi hidup anda hari ini? Susah atau senang? Sedih atau bergembira. Bagaimanapun situasi anda, tetaplah semangat dan selalu berpikir positif, serta bersoraklah sebab Keadilan Tuhan terjadi setiap hari.(NT).

Doa: Tuhan sumber keadilan, kami mau hidup dalam keadilanMu. Amin.

 

Sabtu, 16 Februari 2019                                 

bacaan : Roma 12 : 9 – 11

Nasihat untuk hidup dalam kasih

9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. 10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. 11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Hiduplah di Dalam Kasih Yang Tulus

Ada dua orang adik kakak yang hidupnya saling mengasihi, mereka bekerja sebagai petani. Walaupun sang kakak sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak tetapi dia selalu ingat akan adiknya yang hidup seorang diri, karena itu suatu malam sang kakak bermaksud mengantarkan sekarung padi dengan diam-diam untuk diletakannya di samping rumah sang adik. Hal yang sama juga dilakukan oleh sang adik, yang terus memikirkan hidup kakaknya yang sudah berkeluarga. Pada waktu yang sama sang adik juga mengantarkan sekarung padi untuk diletakan dengan diam-diam disamping rumah sang kakak. Mereka bertemu ditengah jalan dan terungkaplah niat hati mereka masing-masing, mereka saling berpelukan dengan penuh kasih. Memang hidup orang Kristen selalu identik dengan kasih, karena ia diselamatkan oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus, kasih yang rela berkorban, dan kasih yang tanpa pamrih. Dalam surat Roma 12:9-11, Rasul Paulus berbicara tentang kasih, tetapi ia lebih memberi penekanan tentang kualitas kasih itu, kasih yang tidak berpura-pura, yaitu kasih yang tidak bersandiwara, dimuka bilang laeng, dibelakang biking laeng, tetapi kasih yang tulus. Bukti dari kasih yang tulus itu adalah: jauhi yang jahat dan lakukan yang baik, saling mengasihi sebagai saudara, saling mendahului dalam memberi hormat, selalu rajin bekerja dan melayani dipimpin oleh Roh Allah. Apakah kasih seperti itu masih hidup dalam kehidupan keluarga-keluarga Kristen saat ini? Bagaimana hubungan kasih antara adik dan kakak? antara orangtua dan anak? Belajarlah dari kasih dua adik kakak dan hiduplah dengan saling mengasihi.(MRT).

Doa: Ajarlah kami Tuhan, untuk saling mengasihi, amin.

*sumber : SHK terbitan Bulan Pebruari 2019, LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *