Santapan Harian Keluarga, 25 – 31 Agustus 2019
AMBON, jemaatgpmsilo.org
Minggu, 25 Agustus 2019
bacaan : Kisah Para Rasul 6 : 1 – 7
Tujuh orang dipilih untuk melayani orang miskin
Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. 2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. 3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, 4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” 5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. 6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. 7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Pendistribusian Peran
Dalam sebuah diskusi Ibadah Mitra pada salah satu Sektor di suatu jemaat, ditemukan realitas kehidupan anak yatim piatu yang kadang tidak mendapat perhatian yang serius dalam pelayanan gereja. Ada sebagian orang yang memandang keberadaan anak-anak tersebut sebagai beban ketika membicarakan tentang besaran sumbangan yang hendak diberikan kepada mereka. Sebagian orang lain beranggapan bahwa kepekaan dan kepedulian terhadap anak yatim piatu secara kontinyu sangat bergantung pada sosok pelayan. Apakah benar pendapat yang terakhir ini? Cerita pemilihan ketujuh orang pelayan meja yang dilakukan oleh para rasul terutama untuk mengatasi masalah pengaturan pembagian makanan kepada orang miskin termasuk para janda. Pertambahan jumlah anggota jemaat di jemaat mula-mula saat itu telah berdampak pada peningkatan kebutuhan pelayan, sehingga para rasul pun kewalahan melakukan pelayanan meja. Untuk itu, pemilihan ketujuh orang tersebut juga sangat terkait dengan distribusi peran atau pendelegasian tugas di antara para murid demi mewujudkan pelayanan yang optimal dan adil. Para rasul memang menyadari bahwa mereka dipanggil sebagai pelayan Firman dan orang lain dipanggil secara khusus menjadi pelayan meja. Supaya dengan demikian, semua pelayanan dapat dikerjakan dengan lebih fokus dan maksimal serta tidak ada yang terabaikan. Cara para rasul seperti ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran gereja dengan pola kerja dan sikap sebagai orang beriman seperti demikian demi mewujudkan keadilan dan turut terlibat merawat keutuhan bangsa.
Doa: Ya Tuhan, jadikanlah kami sebagai gereja yang adil dan senantiasa merawat keutuhan bangsa ini. Amin.
Senin, 26 Agustus 2019
bacaan : Zefanya 3 : 9 – 10
Janji keselamatan
9 “Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu. 10 Dari seberang sungai-sungai negeri Etiopia orang-orang yang memuja Aku, yang terserak-serak, akan membawa persembahan kepada-Ku.
Gunakanlah Bibir Untuk Menjaga Keutuhan Hidup
Bibir atau mulut adalah bagian dari tubuh kita yang sering membawa kita jatuh ke dalam dosa. Yakobus dalam suratnya menulis: “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.”(Yak.1:26). Adalah mutlak bagi keluarga orang percaya untuk memiliki ‘bibir yang bersih, supaya ibadah dan pelayanan berkenan di hadapan Tuhan. Seseorang dikatakan bersih bibir, bila ia mampu mengekang lidahnya dari segala yang jahat atau terbebas dari dusta atau ketidakjujuran. Kepribadian dan karakter seseorang memang dapat dilihat dari apa yang diucapkannya. Tak mudah menemukan orang yang jujur di zaman sekarang ini. Kebanyakan orang menggunakan trik-trik, akal licik, dan tipu muslihat, demi mewujudkan segala keinginannya. Bahkan mereka tidak peduli jika keinginannya itu justru menghancurkan dan merusak keutuhan hidup bersama dalam keluarga, gereja dan bangsa akibat menyebarkan dengan bibir mereka ucapan-ucapan yang tidak berguna. Keluarga Kristen mesti belajar mengendalikan bibir mulut untuk kemuliaan nama Tuhan. Bibir yang bersih adalah bibir yang senantiasa memperkatakan firman Tuhan, karena mengimani setiap janji yang terkandung di dalamnya. Setiap firman yang kita perkatakan menghasilkan kuasa yang sangat dahsyat. Belajar dari bangsa Israel yang seringkali mengucapkan perkataan yang kurang baik, dalam artian mengucapkan perkataan yang tidak menghargai Tuhan. Mereka menghujat nama Tuhan karena mereka menderita, padahal penderitaan mereka itu adalah akibat dosa-dosa mereka sendiri, maka marilah kita saling memperkatakan perkataan dari bibir mulut kita yang mendatangkan berkat bagi keutuhan hidup bersama.
Doa: Tuhan, berkatilah bibir mulut kami demi keutuhan hidup bersama. Amin.
Selasa, 27 Agustus 2019
bacaan : Zefanya 3 : 11 – 13
11 Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan dari padamu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus. 12 Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN, 13 yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya.”
Menjadi Sisa Umat Yang Dapat Memperbaiki
Sebuah film yang pernah ngetop di layar bioskop, yakni A Few Good Men menceritakan tentang banyaknya petinggi militer Amerika yang korup, bermoral bobrok, dan selalu menjadikan anak buah mereka sebagai kambing hitam dalam kesalahan yang mereka perbuat. Meski demikian, masih ada sisa-sisa orang yang setia. Yang setia ini memegang integritas tinggi dalam pengabdian mereka di bidang kemiliteran. Mereka ini tidak ikut-ikutan dengan orang-orang yang korup tersebut. Mereka inilah yang membuat keadilan dan kebenaran tetap bisa ditegakkan. Firman Tuhan yang disampaikan kepada nabi Zefanya begitu mencekam. Tuhan mengancam memberikan hukuman bagi Israel dan bangsa lain, karena telah mengabaikan nilai-nilai moral, keadilan, dan damai sejahtera Allah dalam hidup sehari-hari. Untunglah, masih terdapat sisa orang-orang yang memegang integritas iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Sisa umat inilah yang memungkinkan ancaman penghukuman Allah menjadi keselamatan bagi semua orang. Mereka, walaupun sedikit, namun tidak hanyut dan larut dalam kebobrokan, tetapi justru setahap demi setahap memperbaiki kebobrokan tersebut. Supaya hidup ini lebih indah, memang sangat diperlukan orang-orang semacam ini, yang dalam masyarakat yang korup, tidak ikut-ikutan korup, melainkan dengan kesabaran, setahap demi setahap mereka memperbaiki sistem yang korup tersebut. Ketika banyak orang menggadaikan hati nurani dan prinsip demi kepentingan diri sendiri, ia malah bisa menunjukkan bahwa kesejahteraan hidup dapat dicapai tanpa harus menggadaikan hati nurani dan keyakinan. Keluarga Kristen mesti belajar untuk menjadi sisa umat yang memegang integritas iman dan kesetiaan kepada Tuhan.
Doa: Tuhan, jadikanlah keluarga kami sisa umat yang berguna. Amin.
Rabu, 28 Agustus 2019
bacaan : Zefanya 3 : 14 – 16
14 Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! 15 TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. 16 Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.
Bersukacitalah Dengan Pemulihan Yang Dikerjakan Tuhan
Saya percaya bahwa banyak orang pernah mengalami masa-masa kritis, atau keadaan terpuruk, baik dalam aspek ekonomi, sosial politik, budaya, dan spiritual. Banyak orang juga pernah mengalami krisis keluarga, krisis moral, krisis kepercayaan, krisis iman, krisis persahabatan, krisis studi, krisis keuangan, dan berbagai krisis lainnya. Di saat-saat seperti itu, kita tentunya merindukan pemulihan; kita merindukan restorasi kehidupan. Tuhan mau dan Dia mampu memulihkan keadaan kita, namun sebaliknya kita mesti siap dan mau dipulihkan oleh Tuhan dengan segala konsekuensinya. Pemulihan itu juga hendak mengajak kita untuk tetap setia kepada Tuhan, dan mewujudnyatakan kesetiaan itu melalui tindakan yang menyatakan keadilan dan kebenaran di dunia ini demi keutuhan hidup bersama. Kita dipulihkan untuk kemudian menjadi agen pemulihan; kita dibebaskan untuk kemudian menjadi agen pembebasan; kita didamaikan untuk kemudian menjadi agen pendamaian. Dalam kerangka itulah pemulihan dapat menjadi sukacita besar untuk keutuhan dalam hidup keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan terkhusus relasi kita yang utuh dengan Tuhan. Jadi, siapakah yang tidak bersyukur dan bersukacita atas pemulihan tersebut? Siapakah yang tidak akan bersorak-sorai kalau keadaannya yang terpuruk dipulihkan secara luar biasa oleh Tuhan? Dalam rangka sukacita karena pemulihan seperti inilah, Zefanya mengajak kita untuk bersukacita atas kasih yang Tuhan sediakan bagi kehidupan kita. Kasih yang luarbiasa, kasih yang mampu mengubahkan setiap hidup kita bahkan merevolusi kehidupan kita secara nyata. Kasih itulah yang memampukan kita menjaga dan mempertahankan keutuhan hidup bersama dalam keluarga, gereja dan bangsa.
Doa: Tuhan, pulihkanlah hidup keluarga kami agar menjadi agen pemulihan bagi banyak orang. Amin.
Kamis, 29 Agustus 2019
bacaan : Zefanya 3 : 17 – 20
17 TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, 18 seperti pada hari pertemuan raya.” “Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela. 19 Sesungguhnya pada waktu itu Aku akan bertindak terhadap segala penindasmu, tetapi Aku akan menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar dan akan membuat mereka yang mendapat malu menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi. 20 Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.
Allah di Pihak Kita
Zefanya seorang nabi yang menyampaikan pewartaannya untuk para pembesar dan para pemuka keagamaan di Yerusalem. Pokok pemberitaan Nabi Zefanya adalah tentang kedatangan “Hari TUHAN”, yang merupakan hari yang suram juga bagi bangsa Yehuda. Bangsa itu akan mengalami penghakiman dari TUHAN. Namun di sisi lain, Zefanya juga mewartakan bahwa ada janji keselamatan bagi mereka yang mau bertobat dan mengaku kesalahannya. Dalam ayat ini Allah menyampaikan kepada Nabi Zefanya bahwa Ia bersukacita karena umat-Nya telah dibarui oleh kasih-Nya. Ia akan mengangkat penderitaan umat-Nya sehingga tidak ada lagi bangsa-bangsa lain yang mencela mereka. Ia akan menjadi pembela umat-Nya dari para penindas. Ia akan menyelamatkan mereka yang putus asa, tidak berdaya, dan membawa mereka kembali pulang ke rumahnya serta memulihkan keadaan mereka di hadapan bangsa-bangsa. Dalam hidup seringkali pergumulan datang silih berganti menerpa hidup dan kehidupan kita, sebagai manusia ada rasa sedih, kecewa, marah atau bahkan putus asa, tapi janganlah kita lupa bahwa kita tidak sendiri, Allah berjalan bersama kita, kita tidak perlu takut terhadap apapun sebab Allah di pihak kita. Ia melindungi, mengangkat dan menjadikan kita kenamaan atas segala bangsa serta memulihkan keadaan kita sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menjatuhkan kita.
Doa: Tuhan, Ajarlah kami untuk selalu bersandar dan berharap pada-Mu. Amin.
Jumat, 30 Agustus 2019
bacaan : Amos 9 : 11 – 15
Janji mengenai keselamatan
11 “Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala, 12 supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milik-Ku,” demikianlah firman TUHAN yang melakukan hal ini. 13 “Sesungguhnya, waktu akan datang,” demikianlah firman TUHAN, “bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran. 14 Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya. 15 Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka,” firman TUHAN, Allahmu.
Ratap Tangis Menjadi Sukacita
Allah melalui nabi Amos menyampaikan janji pemulihan yang akan Tuhan lakukan jika bangsa Israel dan Yehuda bertobat dan berbalik dari segala dosa-dosa mereka. Tuhan menjanjikan bahwa, walaupun pondok Daud (gambaran bangsa Israel dan Yehuda) telah roboh, tetapi pada hari Tuhan, IA memulihkan mereka, Tuhan akan menutup dinding yang telah pecah dan mendirikan kembali pondok Daud walaupun sudah berbentuk reruntuhan. Tuhan menjanjikan bahwa Ia akan membangun kembali pondok Daud yang telah runtuh itu seperti dahulu kala, berdiri megah dan melambangkan kehadiran Tuhan ditengah-tengah umatNya. Dengan kembali pulihnya pondok Daud, maka umat Tuhan akan dapat menguasai apa yang menjadi haknya. Itulah sebabnya ketika Ezra dan Nehemia kembali ke Yerusalem dari Babel, mereka memfokuskan diri untuk membangun Bait Allah terlebih dahulu. Hal ini sangatlah penting karena Bait Allah merupakan lambang kehadiran Allah di tengah-tengah bangsa Yahudi. Allah selalu penuh kasih dengan memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengampuni segala dosa kita apabila kita sungguh-sungguh mau bertobat dan menjadi lebih baik. Allah sanggup merubah ratap tangis menjadi sukacita, ketika kita mau membiarkan Tuhan memegang kendali sebagai Nahkoda dalam hidup kita dan menyerahkan sepenuhnya masa depan kita kepadaNya karena tidak ada rencana Allah yang gagal dalam hidup kita, tetapi semua indah pada waktuNya dan berjalan seturut kehendakNya. Bersama Allah masa depan kita selalu indah.
Doa: Tuhan, Ajarlah kami mempercayai rencanaMu dalam hidup kami. Amin.
Sabtu, 31 Agustus 2019
bacaan : Zakharia 7 : 8 – 10
8 Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya: 9 “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! 10 Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.”
Puasa Yang Benar Adalah Mengasihi Tuhan dan Sesama
Orang beragama pasti menginginkan hidupnya akan selamat, sukses, bahagia dan berkenan bagi Tuhan (Yang Maha Kuasa). Untuk itulah mereka melakukan berbagai acara ritual keagamaan untuk menyenangkan hati Tuhan, seperti: doa, ibadah, puasa, persembahan dan sebagainya. Begitupun orang Israel (Yehuda) yang dikisahkan dalam Zakharia 7:8-10, yang menceriterakan tentang kebiasaan mereka yang beribadah dengan berpuasa. Tuhan tidak melarang mereka untuk berpuasa, tetapi IA menghendaki agar puasa mereka dilaksanakan dengan benar, yaitu: hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengasihi sesama teristimewa orang-orang tak berdaya seperti para janda, anak yatim, orang miskin. Itulah ibadah yang benar yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya, artinya ibadah ritual di gedung gereja harus disertai dengan ibadah sosial yaitu: membangun relasi penuh kasih dan damai dengan semua orang. Hidup saling mengasihi, saling membantu dan monopang, teristimewa bagi orang-orang yang sakit, miskin, yang menghadapai masalah dan yang mengharapkan pertolongan kita. Hidup ini adalah kesempatan untuk melayani Tuhan lewat sesama yang menderita. Janganlah menjadi orang yang mendatangkan penderitaan bagi sesama dengan menindas, memfitnah, dan menghakimi, tetapi jadilah orang yang selalu menghadirkan damai sejahtera lewat doa, pendampingan, bantuan moril maupun material. Tuhan pasti memberkati ibadah kita yang menjadi berkat bagi banyak orang.
Doa: Tuhan, jadikan kami orang yang peduli dengan sesama. Amin.
*sumber : SHK bulan Agustus 2019, penerbit LPJ-GPM