Seminar tentang Oikumene dan Sosialisasi Hasil Keputusan PGI
Kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang rukun dan berdamai satu dengan yang lain, satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain, antar agama, maupun antar denominasi gereja. Tuhan menjadikan bumi yang satu ini dengan segala isi ciptaan-Nya supaya dihuni dan dipenuhi serta dikelola sebaik-baiknya bagi kesejahteraan hidup manusia itu sendiri [Kej 1 : 28; Kej 9:1]. Itulah alasannya mengapa gereja-gereja di Indonesia, termasuk GPM selalu membangun hubungan kerjasama antar agama, maupun antar gereja. Ada kesadaran yang kuat bahwa, kehidupan ini akan jauh lebih berarti apabila dibangun dalam keberagaman tetapi saling menghormati, dalam kepelbadaan tetapi bisa saling menerima, dalam spiritualitas oikumenen yang kuat.
Jemaat GPM Silo pun memiliki program dan kegiatan yang terus mengedukasi warga jemaatnya agar terus membangun sikap saling menerima dalam pluralitas dan kepelbedaan, baik antar agama maupun antar denominasi gereja-gereja di Indonesia. Melalui Subseksi Kerjasama Antar Agama dan Denominasi Gereja ditetapkan kegiatan Seminar tentang Oikumene dan Sosialisasi Hasil Keputusan PGI. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Serba Guna Gereja Silo ini, dilaksanakan pada Kamis, 28 September 2017 mulai Pkl. 14.00 s.d selesai, diikuti oleh unsur warga jemaat kurang lebih sebanyak 50 orang, antara lain : Majelis jemaat, Pengasuh, Pengurus Wadah Pelayanan Laki-laki, Pengurus Wadah Pelayanan Perempuan, Pengurus Unit dari Sektor I s.d Sektor XII Jemaat GPM Silo.

Sedangkan Pdt. Jems Timisela memaparkan materi tentang Oikumene, yang diberi judul “Kiprah Gereja dalam Gerakan Oikumene”. Dalam materinya, Pdt Jems memilah sejarah gereja, khususnya Gereja Protestan Maluku [GPM] dalam gerakan Oikumene, pada 2 periode besar, yaitu 1948-1968 dan sejak 1968-sekarang. Perkembangan gerakan Oikumene muncul dan menguat ditandai dengan berdirinya Dewan Gereja-Gereja di Indonesia [DGI] pada 25 Mei 1950, bertepatan dengan hari Keturunan Roh Kudus atau Pentakosta. Institusi yang beranggotakan banyak denominasi gereja di Indonesia ini, misi utama adalah mengusahakan teruwjudnya kehidupan oikumenis yang berkualitas. Gereja-Gereja menyadari dan menyepakati bahwa penampakan dari keesaan gereja tidak terlihat dari keesaan secara organisatoris, tetapi dari pekerjaan gereja yang utama yaitu, mengabarkan injil. Keesaan terlihat pada pekerjaan pekabaran injil yang meluas dan menjangkau mereka-mereka yang jauh dan tersesat.

Respons dari para peserta pada sesi diskusi/tanya-jawab ternyata cukup antusias, salah satu diantaranya adalah Pnt. J. Eigbert yang mencoba berdiskusi tentang tantangan masa depan bagi gereja-gereja, khususnya GPM dalam menghadapi cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan corak dan model relasi antar manusia maupun antar institusi gereja mulai bergeser ke zaman serba digital.
Kegiatan Seminar dan Sosialisasi ini diakhir dengan ibadah singkat dan doa bersama yang dipimpin oleh Pnt. Buce Sipahelut, yang sekaligus juga bertindak sebagai moderator selama pelaksanaan kegiatan Seminar dan Sosialisasi.