Santapan Harian Keluarga, 18 – 24 Maret 2018
Minggu, 18 Maret 2018
bacaan : Matius 26 : 36-46 dan Mazmur 22 : 13-25
Di taman Getsemani
36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” 37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 38 lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” 39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” 40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” 42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” 43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”
Mazmur 22 : 13-25
12 (22-13) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; 13 (22-14) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. 14 (22-15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; 15 (22-16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. 16 (22-17) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. 17 (22-18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. 18 (22-19) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. 19 (22-20) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! 20 (22-21) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. 21 (22-22) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku! 22 (22-23) Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah: 23 (22-24) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel! 24 (22-25) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
Yesus Mengasihiku, Ia Rela Menderita
Yesus berada pada ambang batas kemampuanNya sebagai manusia. Ia mengalami kesedihan yang sangat besar dan mendalam sebagai seorang manusia: “Sedih seperti mau mati rasanya”. Yesus meminta pertimbangan Bapa-Nya, bisakah la tidak mengambil jalan yang pahit ini? ltulah yang terungkap dalam doa Yesus: “Ya Bapa, jikalau Sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu daripada-Ku”. Kengerian ancaman kematian mengguncang Yesus, sehingga Ia merasa tak sanggup menjalaninya. Pemazmur pun mengalami hal yang sama yakni ancaman kematian dari para musuh yang siap menerkamnya seperti binatang buas. Siapakah manusia yang tahan menghadapi ancaman kematian? Para murid Yesus tak sanggup menghadapi tantangan itu – mereka tertidur. Dalam situasi tersebut topanqan doa sangat dibutuhkan. Dengan berdoa, Yesus memiliki kekuatan menyatakan kesiapan-Nya menghadapi ancaman kematian, sekalipun seorang diri Yesus bergelut dengan ancaman kematian. Sehingga, dengan penuh taat, dalam doa kedua dan ketiga, Yesus berkata kepada Bapa-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak Mu”. Artinya, Yesus menyatakan kesiapan-Nya untuk menjalani penderitaan, demi ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya. Sekalipun penderitaan yang dialami Yesus adalah karena ulah orang berdosa, tetapi Yesus berani memikulnya. Yesus menderita demi kebaikan semua orang dan dunia ini. Yesus menderita untuk menanggung dosa semua orang. Yesus menanggung seluruh penderitaan kita. Yesus telah menanggung seluruh penderitaan kita maka kita wajib menjalani hidup dalam ketekunan doa supaya berani menyikapi berbagai penderitaan yang dialami.
Doa : Tuhan, Kau menderita karena dosa kami, ampunilah aku, amin
Senin, 19 Maret 2018
bacaan : Ayub 23 : 1-10
Ayub ingin membela diri di hadapan Allah
Tetapi Ayub menjawab: 2 “Sekarang ini keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh. 3 Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. 4 Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan. 5 Maka aku akan mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan-Nya kepadaku dan aku akan mengerti, apa yang difirmankan-Nya kepadaku. 6 Sudikah Ia mengadakan perkara dengan aku dalam kemahakuasaan-Nya? Tidak, Ia akan menaruh perhatian kepadaku. 7 Orang jujurlah yang akan membela diri di hadapan-Nya, dan aku akan bebas dari Hakimku untuk selama-lamanya. 8 Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; 9 di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. 10 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Tuhan tahu jalan Hidupku, Tuhan tahu Deritaku
Bagaimana cara pandang kita tentang penderitaan hidup yang dialami? Apakah Tuhan terlibat langsung dalam seluruh penderitaan itu? Dimanakah posisi Tuhan ketika kita menderita? Apakah Tuhan berdiam atau bertindak? Ayub ingin menemukan nilai dari penderitaan yang dialami, karena itu Ayub melakukan refleksi atas berbagai kepahitan hidup yang membuatnya sangat menderita. Bagi Ayub, setiap tahapan penderitaannya merupakan tangan Tuhan yang menekannya setiap saat. Artinya, setiap detik hidup, segala sesuatu yang dialaminya diketahui oleh Tuhan bahkan Tuhan memperkenankan segala sesuatu untuk terjadi atas dirinya, baik atau buruk. Karena itu, Ayub berkeinginan untuk menemukan Tuhan supaya ia membawa segala perkaranya dihadapan Tuhan, juga memahami apa yang dikehendaki oleh Tuhan dalam hidupnya. Sekalipun sangat pahit penderitaannya, tetapi Ayub masih berpikir positif tentang Tuhan. la berkata “Sudikah la mengadakan perkara dengan aku dalam kemahakuasaan-Nya? Siapakah manusia sehingga harus berperkara dengan Tuhan? Ayub merasa sekalipun dia mencari Tuhan ke Utara, ke Barat, ke Timur dan Tuhan tidak ada, tetapi Tuhan itu tahu jalan hidupnya, Tuhan memahami penderitaannya, Tuhan mengatur jalan hidupnya. Penderitaan yang dialaminya tidak menghancurkan kepercayaan Ayub kepada Tuhan. Penderitaan itu semakin mendorongnya untuk mencari Tuhan, menemukan Tuhan, memahami maksud Tuhan atas hidupnya dan bergantung kepada Tuhan. Penderitaan membuatnya lebih baik di hadapan Tuhan. Nikmatilah setiap penderitaan yang sementara terjadi dalam hidup, sebab Tuhan lebih tahu jalan hidup kita, daripada kita sendiri.
Doa : Tuhan, beritahukanlah maksud-MU dalam jalan hidup kami, amin
Selasa, 20 Maret 2018
bacaan : Ibrani 5 : 7-10
7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, 10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Teladanilah Penderitaan Yesus
Apa yang ada disekitar kita sangat besar mempengaruhi perilaku kita. Hal ini pula yang hendak diingatkan bagi kita melalui nats bacaan hari ini bahwa Allah hadir diantara kita untuk memberikan teladan. Walaupun Yesus adalah Anak Allah, namun Ia mau hidup sebagai manusia yang tetap setia dalam penderitaan-Nya. Sekalipun Ia adalah Tuhan, tetapi kuasa yang dimilikiNya tidak digunakanNya untuk meringankan penderitaan-Nya. Itulah sebabnya Yesus mengatakan: “Aku telah memberikan suatu teladan, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Maka jika kita ada tetap bersama-sama dengan Allah dalam segenap kehidupan kita, maka sifat sorgawi akan nyata atas kehidupan kita. Jika kita mengatakan bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita akan menjadikan sikap dan ajaran Tuhan Yesus menjadi teladan atas hidup kita. Kita mau belajar sebagaimana nats ini mengatakan: “Dan sekalipun Dia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dan apa yang diderita-Nya”. Karena itu, ketika menjalani kehidupan ini dengan banyak pergumulan dan penderitaan yang harus kita tanggung. Kita dikuatkan oleh firman ini untuk tetap taat kepada Tuhan betapapun beratnya hidup yang harus kita jalani, karena ketaatan kita kepada Tuhan itu pada akhimya akan menghasilkan buah yang manis.
doa : Tuhan buatlah kami kuat menanggung penderitaan sama seperti-MU, amin
Rabu, 21 Maret 2018
bacaan : Ibrani 10 : 19-23
Ketekunan
19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, 21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. 22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
Memanfaatkan Kesempatan Bersekutu
Kesempatan untuk bersekutu dengan Allah dan saudara- saudara seiman adalah kesempatan yang sangat berharga. Ia tidak hanya berharga untuk hari ini, namun membawa kegunaan untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Kesempatan bersekutu dengan Allah memberikan kita kemungkinan untuk bersyukur dan menyerahkan hidup ini untuk diatur oleh Tuhan kedepan. Bahwa kehidupan yang kita jalani adalah karena anugerah dan cinta kasih Tuhan atas hidup kita, walaupun banyak persoalan, tantangan dan penderitaan yang kita temui dalam hidup, namun Tuhan selalu setia menjaga dan menolong kita setiap waktu. Karena itu, tanpa Tuhan dan kasih-Nya kita tidak akan mampu melampaui hidup ini dengan baik. Kesempatan bersekutu dengan saudara seiman juga memberikan kepada kita kesukacitaan untuk membangun persekutuan yang hidup saling berbagi dan menopang. Bahwa hidup yang kita jalani ini tidak akan berjalan baik tanpa dukungan dan bantuan dari orang lain. Sesama adalah orang-orang yang kepada mereka kita bisa saling berbagi dan menerima kasih serta pertolongan. Karena itu, manfaatkanlah waktu bersekutu dengan baik. Lakukanlah itu dengan sungguh-sungguh bukan sekedar sebuah rutinitas tanpa makna, tetapi menjadi gaya hidup yang menuntun kita untuk semakin dekat dan menyenangkan hati Tuhan dan juga sesama.
doa : berilah kami waktu untuk terus bersekutu dengan-MU dan sesama, amin
Kamis, 22 Maret 2018
bacaan : Keluaran 15 : 22-27 dan Yohanes 7 : 37-39
Di Mara dan di Elim
22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. 23 Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. 24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?” 25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, 26 firman-Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.” 27 Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.
Yohanes 7 : 37-39
37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” 39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Dari dalam Hatinya akan mengalir Aliran Air Hidup
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia dan seluruh ciptaan di dunia. Karena itu, Jika kebutuhan akan air itu tidak tercukupi atau terpenuhi maka dapat memberikan dampak bagi kesehatan maupun kehidupan bersama. Begitu pentingnya air sehingga wajar jika timbul persunggutan dari orang Israel ketika mereka tidak memiliki air yang bersih dalam perjalanan di padang gurun sebab air yang mereka dapati itu ternyata pahit. Persungutan itu ditanggapi oleh Musa dan dengan pertolongan Tuhan air yang pahit itu diubah menjadi manis hingga seluruh umat dapat menikmatinya. Dalam kaitan dengan pentingnya air, Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup. Ia mengundang setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk menikmati air kehidupan itu sehingga dari dalam diri mereka akan mengalir aliran-aliran air hidup. Itu berarti, air sangatlah penting untuk kelangsungan hidup. Tanpa air kemungkinan tidak akan ada kehidupan didunia ini karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup. Karena itu, marilah kita melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kita hemat menggunakannya dan tidak membuang sampah dan limbah yang dapat mencemari air disekitar kita.
doa : Ya Tuhan, ajarilah kami menjaga dan memanfaatkan air bagi kehidupan dengan sebaik-baiknya, amin.
Jumat, 23 Maret 2018
bacaan : wahyu 22 : 1-5
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. 2 Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. 3 Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, 4 dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. 5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
Sungai Air Kehidupan
Dalam penglihatan Yohanes mengenai Yerusalem baru digambarkan bahwa sungai air kehidupan mengalir ditengah-tengah jalan kota itu. Di Alkitab, air merupakan representasi simbolis yang umum untuk kehidupan kekal. Yesaya mengingatkan untuk menimba air dari “mata air keselamatan” dengan kegirangan Yeremia menegur Israel karena mereka meninggalkan Allah, “Sumber Air yang hidup” dan menggali untuk diri mereka sendiri sumur yang dapat menahan air. Israel meninggalkan Allah yang hidup, satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan kekal. Mereka mengejar ilah-ilah palsu dan ajaran-ajaran agama yang mengajarkan bahwa keselamatan bisa diperoleh dengan perbuatan baik. Banyak orang melakukan hal yang sama pada saat ini, menolak air kehidupan yang telah disediakan oleh Kristus, dan lebih suka mengejar kehidupan yang kering yang mengutamakan materialisme dan pemuasan hawa nafsu. Namun, Yesus mendorong perempuan Samaria dan semua orang yang percaya kepada-Nya untuk menerima air kehidupan dari-Nya. Sebab itu, sungai air kehidupan yang merupakan representasi kehidupan kekal telah Allah sediakan bagi kita. Itu dapat diambil dengan cuma-cuma bagi yang mau percaya kepada Kristus. “Barangsiapa percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh kitab suci, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
doa : Tuhan Engkaulah Sungai Kehidupan bagi semua hati yang berdahaga. amin
Sabtu, 24 Maret 2018
bacaan : Yeremia 17 : 7-8
7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! 8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Mengandalkan Tuhan
Dalam kehidupan ini ada orang yang mengandalkan hidupnya pada orang-orang kaya dan sukses yang dapat memberikan pertolongan. Ada juga yang mengandalkan hidupnya pada uang. Manusia dan uang dijadikan sebagai sandaran lebih dari Tuhan. Nats kita hari ini mengatakan bahwa ada dampak yang luar biasa ketika seseorang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya hanya pada Tuhan. Mengandalkan Tuhan berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, satu-satunya yang kita inginkan dan harapkan. Itu bukanlah berarti kita tidak perlu bekerja demi kebahagiaan hidup kita. Namun, mengandalkan Tuhan mengajarkan kita untuk bekerja dengan giat tetapi pekerjaan dan hasil yang kita dapatkan itu tidak untuk dijadikan jaminan atau sumber pengharapan kita kemasa depan. Pekerjaan hanyalah saluran berkat dari Tuhan bagi kebahagiaan kita tetapi sumber berkat dan jaminan hidup kita adalah Tuhan sendiri. Tanpa Tuhan kita tidak akan mampu bekerja dan menjalani hidup tetapi bersama Tuhan kita akan menikmati hidup bahagia dalam kelimpahan kasihNya. Dengan begitu segala tindakan kita haruslah bersumber dan ditujukan kepada Tuhan dan menjadikanNya satu-satunya sumber sukacita dan motivasi dalam hidup,kerja dan karya kita. Dan itulah yang membuat kita tidak akan pernah berhenti berbuah dalam hidup.
doa : hanya Engkau Tuhan yang kami andalkan sepanjang hidup. amin
*sumber : Santapan Harian Keluarga, bulan Maret 2018. Penerbit LPJ-GPM