fbpx

Santapan Harian Keluarga, 25 – 31 Maret 2018

[jemaatgpmsilo.org – Ambon]

Minggu, 25 Maret 2018

bacaan : Lukas 23 : 26-43

Yesus dibawa untuk disalibkan

26 Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 27 Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. 28 Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 29 Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. 30 Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! 31 Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” 32 Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.

Yesus disalibkan

33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” 36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 37 dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” 38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”. 39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” 40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” 42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” 43 Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Hukuman kita ditanggung Yesus

Dalam sejarah dunia ini, ada ribuan atau jutaan rakyat mati untuk membela rajanya. Sebaliknya, dalam sejarah iman kita, ada seorang Raja yang rela mati untuk umat-Nya. Dialah raja yang sejati Yesus Kristus yang telah memberikan nyawanya bagi kita. Hukuman yang seharusnya kita tanggung justru ditanggung oleh Yesus. Dalam nats hari ini kita melihat ‘pelajaran menarik bahwa dalam penderitaan-Nya yang berat, Yesus masih mau mendoakan orang-orang yang menyalibkan-Nya dan memberi pengampunan bagi orang jahat disebelah-Nya. Ia tidak membenci mereka. Ia menunjukkan kasih dan kemuliaan-Nya atas hidup mereka. Betapa luar biasa teladan hidup yang Yesus tunjukkan. Seringkali kita membenci dan memusuhi orang-orang yang tidak suka atau yang melakukan kejahatan atas hidup kita. Untuk mendoakan musuh-musuh kita atau orang yang berbuat jahat kepada kita itu adalah sesuatu hal yang berat dan mustahil kita lakukan. Tetapi, dari hidup Tuhan Yesus kita belajar untuk seharusnya tidak membenci tetapi sebaliknya mengampuni untuk memperlihatkan kebenaran Kristus yang telah dikenakan kepada kita sebagai anak-anak-Nya. Sikap mengampuni itulah yang Yesus kehendaki kita miliki dan lakukan kepada siapa saja sebagai cara untuk memuliakan Raja kita yang telah memberikan nyawaNya ganti kita yang berdosa.

doa : Tuhan, tolonglah kami untuk mengampuni orang-orang yang memusuhi dan berbuat jahat kepada kami, amin

Senin, 26 Maret 2018

bacaan : Roma 3 : 23-26

23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Cinta Kasih Allah untuk Keutuhan

Suatu hari di sebuah desa para penduduk berdoa bersama untuk meminta hujan. Pada hari yang ditentukan, semua orang berkumpul, hanya satu anak yang datang membawa payung. … itulah iman. Iman merupakan kunci bagi seseorang untuk memahami dan mendalami karya Allah dalam tindakan. Rasul Paulus menegaskan pentingnya iman yang harus dimiliki oleh jemaat untuk memahami penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian, untuk itu bukan karena usaha seseorang atau karena perbuatan baiknya ia dapat berdamai dengan Allah, namun karena kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah yang menyelamatkan itu pula yang kemudian diterima oleh semua orang. Dengan kata lain dalam kasih karunia Allah, semua orang tanpa kecuali diperlakukan sama atau sama-sama memperoleh penebusan. Untuk itu, kasih karunia Allah ini harus diterima dengan iman jemaat. Supaya dengan iman tersebut, jemaat dapat hidup dalam kesatuan atau tidak memisahkan diri satu dari yang lain karena pemahaman bahwa dirinya lebih baik dan lebih suci dari orang lain atau kelompok lain. Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa sekalipun Yesus Kristus harus menderita dan disalib, namun dalam cinta kasih-Nya itu kita dibebaskan dari cara hidup yang tidak mencintai keutuhan dan persekutuan. Biarlah hal itu juga membangkitkan spirit cinta kasih kita yang membebaskan demi terwujudkan kesatuan.

doa : Ya Tuhan, ajarilah kami mengerti keselamatan yang Engkau Anugerahkan supaya kami dapat hidup mencintai persekutuan, amin.

Selasa, 27 Maret 2018

bacaan : Matius 27 : 23-26

23 Katanya: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” 24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” 25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” 26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Penderitaan yang Membebaskan

Seorang pria bernama Xi Jun asal China rela menjadi sansak manusia demi mengumpulkan uang untuk biaya operasi anaknya yang terkena myeloid leukemia di usia 2 tahun. Ia rela dipukuli orang-orang dengan dibayar sekitar Rp20.000 sekali pukulan. Ia tidak peduli dengan tubuhnya sakit karena ia lebih mengasihi anaknya daripada tubuhnya sendiri. Pengorbanan memang merupakan sikap utama dari perwujudan cinta kasih namun sekarang ini banyak sekali orang sulit untuk berkorban bagi orang lain dan bagi kepentingan bersama karena mereka lebih mencintai diri mereka sendiri. Ketika Yesus dihadapan Pilatus ia rela dihakimi orang banyak dituduh dan menanggung hukuman yang tidak adil. Pembebasan yang mestinya menjadi miliknya Yesus diberikan Pilatus kepada orang lain; Barnabas yang telah melakukan kejahatan. Namun dalam situasi ini Yesus tidak melawan dan melakukan pemberontakan. Yesus membiarkan dirinya dipukul dan siap untuk menuju penyaliban. Dalam situasi inilah Yesus sepertinya hendak menegaskan arti pembebasan yang sejati yang bukan hanya bagi dirinya dalam peristiwa kebangkitaNya, namun juga pembebasan dosa umat manusia. Dengan kata lain, dalam penderitaanNya cinta kasih Yesus yang membebaskan menjadi nyata, karena itu sudah seharusnya kita mengimani penderitaan Yesus sebagai kekuatan yang menggerakkan kita untuk melahirkan kehidupan yang bebas dari segala kejahatan atau ketidakbaikan dalam kata dan perbuatan kita.

doa : Terima kasih Tuhan Yesus Kristus untuk pengorbananmu yang telah membebaskan kami dari kuasa dosa amin.

Rabu, 28 Maret 2018

bacaan : Markus 14 : 3-9

Yesus diurapi

Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?
Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu mereka memarahi perempuan itu.
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”

Berilah yang Terbaik untuk Tuhanmu

Presiden Joko Widodo baru saja berkunjung ke Kota Ambon. Jika kita mengamati pembenahan kota ini, kita dapat melihat adanya perbedaan situasi dari waktu-waktu sebelumnya. Betapa sibuknya pemerintah daerah dan kota memperindah Kota Ambon, terutama jalan atau wilayah yang akan dilalui oleh Presiden. Daerah yang dilewati gedungnya dicat atau bahkan ditutupi supaya tidak terlihat jeleknya atau kotorya tempat tersebut. Padahal mungkin jalan itu hanya akan dilalui beberapa detik saja oleh iring-iringan mobil Presiden. Namun semua hal tersebut tentunya kita lakukan untuk menunjukkan rasa hormat, bangga dan terima kasih. Rasa seperti ini mungkin juga ada pada perempuan yang membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu dan kemudian mencurahkannya ke atas kepala Yesus. Perempuan tersebut melakukannya dengan penuh sukacita dan sukarela. Ia tidak ambil pusing dengan melihat untung rugi dari menggunakan minyak narwastu sebagai minyak yang mahal, yang dilihat oleh orang banyak. Yesus pun sangat respek dengan perbuatannya dan mengatakannya sebagai perbuatan baik bagi Yesus. Perbuatan baik tersebut tentunya dilandasi oleh cinta kasih yang tulus dan penuh kepercayaan dari perempuan dimaksud. Tindakan perempuan ini sesungguhnya sedang menampar muka kita; orang-orang yang berorientasi materialisme, konsumerisme yang tinggi dan kemudian mengabaikan arti kepedulian yang sesungguhnya.

doa : Ya Tuhan, jauhkan kami dari kata dan perbuatan yang hanya untuk kepentingan materi dan belanja yang berlebihan. amin

Kamis, 29 Maret 2018

bacaan : Matius 26 : 14-16

Yudas mengkhianati Yesus

14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. 15 Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pengkhianat

Sebuah ilustrasi salah satu kartu pos Austria tahun 1919, menampilkan sebuah karikatur seorang Yahudi yang menikam tentara Jerman dari belakang dengan sebuah pisau. Pesan karikatur tersebut didakwakan terhadap penduduk yang tidak patriotik, sosialis, dan khususnya Yahudi. Ditikam dari belakang merupakan sebuah mitos dalam lingkup sayap kanan tentara Jerman setelah 1918 bahwa tentara Jerman bukan kalah  perang pada Perang Dunia I di medan tempur, namun karena dikhianati oleh warga sipil di front dalam negeri, khususnya kaum republikan yang melengserkan monarki dalam Revolusi Jerman 1918-1919. Pengkhianatan merupakan sebuah tindakan yang penuh dengan tipu daya dan ketidaksetiaan, yang tentunya tidak dapat diterima dan ditolerir oleh orang atau kelompok yang dikhianati. Yudas lskariot, salah satu murid Yesus, telah menunjukkan ketidaksetiaannya kepada Yesus dan semua teman­ temannya, ketika dengan berani ia menjual Yesus kepada para imam. Bahkan ketika ia telah memperoleh uang 30 keping perak, dikatakan dalam nas bacaan kita bahwa Yudas pun mulai mencari-cari kesempatan untuk menyerahkan Yesus. Yudas sungguh-sungguh serius melakukan pengkhianatannya. Tanpa rasa kasih, ia merencanakan dengan baik tindakan pengkhianatannya supaya berhasil. Dan Yesus membalas pengkhianatan Yudas dengan memberi diriNya ditangkap serta disalibkan, demi membebaskan dan menyelamatkan Yudas juga orang-orang yang sama dengan Yudas.

doa : Ya Tuhan, tolonglah kami supaya kami tidak bersikap sama seperti Yudas Iskariot, Amin

Jumat, 30 Maret 2018

bacaan : Markus 15 : 33-41 & Mazmur 22 : 1-12

Yesus mati

33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” 36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.” 37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. 38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. 39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” 40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. 41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.

Mazmur 22 : 1-12

Allahku, mengapa Kautinggalkan aku?

Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (22-2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. 2 (22-3) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. 3 (22-4) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. 4 (22-5) Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. 5 (22-6) Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu. 6 (22-7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. 7 (22-8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: 8 (22-9) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?” 9 (22-10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. 10 (22-11) Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. 11 (22-12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.

Cinta Kasih berwujud dalam Kematian

Seorang terpidana mati di Florida, Lester, dikunjungi mantan guru sekolah minggunya, Curtis Oakes, yang menempuh jarak 1.200 km lebih untuk mengunjunginya, Lester berkata, “anda masih belum menyerah ya?” Meski Lester masih belum mau mendengarkan injil, Curtis memberinya Alkitab PB dan mendorong Lester untuk membacanya. Lalu, Lester mulai menulis surat kepada Curtis. Surat pertamanya menceritakan pertobatannya. Surat terakhirnya ditulis pada awal tahun 1957. Katanya dalam surat tersebut, “saat anda menerima surat ini, barangkali saya sudah mati. Saya akan membayar segala kesalahan yang saya lakukan. Namun ketahuilah, berkat PB yang anda berikan dan kasih karunia Allah, saya telah memimpin 47 orang untuk mengenal Yesus Kristus yang sanggup menyelamatkan. Saya hanya ingin berterima kasih karena anda tak pernah menyerah untuk membawa saya kepadaNya.” Sikap Lester yang terakhir terhadap kematiannya memperlihatkan adanya suatu kesiapan diri dan kepasrahan. Ia tidak melakukan penolakan atau penghindaran terhadap kematian yang harus ia jalani, sebaliknya ia berserah dalam pembaharuan hidupnya. Respon seseorang terhadap kematian yang datang padanya bukanlah hal yang mudah. Yesus Kristus pun menunjukkan sikapNya yang tidak gampang menghadapi kematian, ketika Ia berseru: “Eloi, Eloi lama Sabakhtani?“. Sekalipun demikian, Yesus tetap taat menjalani kematianNya. Cinta kasih Yesus yang luar biasa temyata berwujud dalam tragedi kematian yang menyakitkan. Selamat memaknai hidup di Jumat Agung.

doa : Tuhan Yesus terima kasih, karena telah mati untuk kami, amin

Sabtu, 31 Maret 2018

bacaan : Markus 15 : 42-47

Yesus dikuburkan

42 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. 43 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 44 Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. 45 Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. 46 Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. 47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.

Kasih Berbuah Pelayanan

Yusuf Arimatea adalah seorang anggota dewan Sanhedrin, mahkamah agung dan lembaga administratif tertinggi yahudi. Sebagai seorang dewan, Yusuf Arimatea memiliki pengaruh yang besar atas masyarakat, pemerintah dan agama. Karena itu, ia tentunya bisa bertemu dengan Pilatus. Namun apakah mudah bagi Yusuf? Karena dalam nas bacaan kita dikatakan bahwa Yusuf Arimatea harus memberanikan dirinya  untuk bertemu Pilatus Gubemur Romawi. Pontius Pilatus yang terkenal keras kepala, bukanlah orang yang mudah untuk diajak diskusi dan kompromi. Selain itu, sebagai seorang Yahudi, komunitas Yusuf dikenal sangat membenci Yesus. Sehingga jika ada di antara mereka yang mengaku iman kepada Yesus akan diusir dari sinagoga. Kedua hal ini tentunya membuat Yusuf harus berpikir dan mengatur dengan baik keinginannya untuk menguburkan Yesus. Dalam nas bacaan kita diperlihatkan spirit Yusuf Arimatea yang luar biasa. Karena ia tetap berupaya, tidak menyerah dan mundur. Ia sepertinya siap menerima segala konsekuensi demi kepercayaannya kepada Kristus dan untuk melayani Yesus yakni menguburkanNya. Kasih Yusuf membuktikan bahwa cinta kasih Yesus dalam derita dan kematianNya, telah membebaskan Yusuf dari rasa takut dan ragu-ragu, dan telah memampukan Yusuf untuk melakukan perbuatan yang mulia yakni melayani penguburan Yesus.

doa : Ya Tuhan, ajarilah kami meneladani KasihMu yang besar untuk melakukan pelayanan, amin

 

*sumber : Santapan Harian Keluarga Edisi Maret 2018; Penerbit LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *