fbpx

Santapan Harian Keluarga, 5-11 April 2020

jemaatgpmsilo.org

Minggu, 05 April 2020                           

bacaan : Yohanes 16 : 1 – 4a

Bertekun

 "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. 2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. 3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."

Teguh Mengikuti Yesus Yang Menderita

Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus selalu dihadapkan dengan tantangan iman. Orang yang percaya sering tidak disenangi, dimusuhi karena  dianggap kafir, bahkan dibunuh atas nama Yesus, oleh kelompok orang-orang yang ekstrim. Hal ini bukanlah masalah yang baru dalam pekerkembangan masyarakat. Tetapi sebenarnya telah menjadi pergumulan hidup orang-orang percaya sepanjang sejarah gereja di dunia ini. Hal ini juga yang dialami oleh orang-orang percaya pada abad pertama dan kedua dalam sejarah gereja di dunia. Termasuk orang percaya di mana Injil Yohanes ditulis. Oleh karena itu penulis Injil Yohanes mau mengingatkan mereka, bahwa apa yang terjadi dan yang mereka alami sebenarnya telah dikatakan oleh Tuhan Yesus sebelumnya. Bahwa Tuhan Yesus semasa hidup bersama para murid, Ia telah mengingatkan mereka tentang apa yang terjadi dan akan mereka alami karena iman mereka kepada Tuhan Yesus. Apa yang disampaikan oleh penulis Injil Yohanes ialah untuk menguatkan iman orang-orang percaya supaya teguh mengikuti Tuhan Yesus. Apapun yang terjadi dan yang mereka alami. Hal yang sama juga disampaikan kepada kita. Supaya kita teguh dalam iman kita untuk mengikut Yesus, sekalipun banyak tantangan.

Doa: Ya Tuhan teguhkanlah iman kami mengikut-Mu sekalipun dihadapkan dengan tantangan. Amin.

Senin, 06 April 2020                               

bacaan : Yohanes 18 : 28 – 32 

Yesus di hadapan Pilatus
28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. 29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" 30 Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" 31 Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." 32 Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Jangan Memperalat Orang Lain Untuk Maksud Yang Jahat

Memperalat orang lain untuk kepentingan diri sendiri merupakan perbuatan yang tidak benar, apalagi jika itu untuk maksud yang jahat. Namun begitulah orang Israel, mereka tidak mau langsung membunuh Yesus karena hal itu dilarang di dalam Hukum Taurat,  mereka lalu memanfaatkan Pilatus untuk menghukum dan membunuh Yesus. Pilatus tunduk pada keinginan mereka hanya supaya ia tetap nyaman dan aman, posisi dan jabatannya tetap. Meskipun awalnya ia tidak mau menerima perkara Yesus, tetapi akhirnya ia menerima limpahan tanggung jawab untuk mengadili Yesus. Ia tidak mau mempertaruhkan jabatannya bila kemudian terjadi kerusuhan karena perkara itu. Apakah Pilatus salah? Ya, Pilatus Salah, karena ia tidak mendasari tindakan dan keputusannya di atas kebenaran tetapi mau diperalat oleh orang lain untuk maksud kejahatan. Kisah ini memberi pembelajaran bagi kita bahwa memang kita tidak dapat menghindar dari pengambilan keputusan tertentu mengenai sikap kita terhadap tekanan dari orang lain.Tetapi, berusahalah untuk tetap berada dijalan yang benar. Jangan kita seperti orang Israel yang memperalat orang lain untuk maksud yang tidak benar. Tuhan Yesus selalu melihat setiap sikap dan perbuatan kita, karena itu marilah terus berjuang untuk melakukan kebenaran.

Doa: Tuhan, jangan biarkan kami memperalat orang lain untuk maksud yang jahat. Amin.

Selasa, 07 April 2020                             

bacaan : Yohanes 18 : 33 – 38a

33 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" 34 Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" 35 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" 36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." 37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"

Teruslah Menyuarakan Kebenaran

Sejak awal peristiwa pengadilan Yesus penuh dengan rekayasa dan ketidakbenaran. Hal ini dilakukan oleh orang-orang yang hatinya penuh dengki dan ambisi. Tidak heran segala cara diupayakan untuk mencari kesalahan untuk membunuh Yesus. Bacaan kita mengisahkan tentang Yesus yang dibawa oleh orang banyak dihadapan Pilatus. Sekalipun tidak ada kesalahan yang didapati tetapi Pilatus tidak dapat menolak keinginan mereka, ia memiliki kepentingan politik.  Ia harus mempertahankan  posisinya dan kenyamanan dirinya sehingga ia memilih untuk memuaskan hati orang banyak yang menginginkan kematian Yesus. Moment ini menjadi saksi bisu bagaimana hukum dan keadilan dapat diputarbalikkan sedemikian rupa oleh orang-orang yang adalah pemimpin bangsa dan agama. Ambisi dan kebencian mengalahkan keadilan dan kebenaran yang seharusnya tetap disuarakan. Sekarang banyak praktek penistaan hukum hanya karena kepentingan tertentu dan ambisi. Dengan berbagai cara orang berupaya memanipulasi  segala hal untuk mempertahankan jabatan dan kenyamanan pribadi. Kebenaran sudah tidak lagi disuarakan dan dipraktekkan. Dalam konteks dunia yang seperti ini, peran kita sebagai orang-orang Kristen adalah tetap menyuarakan kebenaran di tengah ketidakbenaran. Pertanyaannya, adalah dapatkah  kita melakukannya ataukah kita lebih memilih jalan aman dan membuat kita nyaman? Beranilah memilih untuk terus menyuarakan kebenaran.

Doa:  Tuhan, mampukan kami untuk  terus menyuarakan kebenaran. Amin.

Rabu, 08 April 2020                                  

bacaan : Yohanes 18 : 38b – 40

Yesus dihukum mati
Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. 39 Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" 40 Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.

Dimuka Menyanjung, Dibelakang Menusuk

Menentukan pilihan berarti mengambil suatu keputusan untuk menyatakan sikap. Sudah tentu  setiap orang akan memilih yang baik menurut pandangannya. Dalam bagian ini dikisahkan tentang pilihan yang ditawarkan oleh Pilatus kepada orang banyak untuk memilih Yesus atau Barabas yang akan dibebaskan, karena kebiasaan yang berlaku disaat paskah, ia harus membebaskan seseorang. Pilatus sebenarnya tidak perlu memberi tawaran atau  pilihan sebab dalam diri Yesus tidak ia temukan kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati. Karena itu Pilatus harus membebaskan Yesus, namun yang terjadi adalah Pilatus mencuci tangan, dan bertanya tentang keputusan apa yang akan diambil, supaya ia bebas dari kesalahan. Akhirnya,  orang banyak berteriak memilih Barabas untuk dibebaskan. Itu berarti Yesus harus disalibkan. Orang banyak lebih suka dihasut untuk berpihak pada kejahatan daripada keadilan dan kebenaran. Teriakan umat ini berbeda dengan teriakan pertama ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, mereka mengelu-elukan dan menghormati Dia sebagai seorang raja,  namun teriakan kedua ketika Yesus di hadapan pengadilan Pilatus berganti dengan ujaran kebencian. Penghormatan diganti dengan penghinaan. Apa yang Yesus alami ini sesungguhnya untuk kehidupan kita orang berdosa. Hargailah pengorbanan Tuhan ini dengan menjadi orang-orang yang tidak bermulut manis, dimuka menyanjung, tetapi dibelakang menusuk.

Doa: Terima kasih Tuhan atas pengorbanan-Mu, kuatkan untuk kami tidak  mengkhianati-Mu. amin.

Kamis, 09 April 2020                               

bacaan : Yohanes 19 : 16b – 27

Yesus disalibkan
Mereka menerima Yesus. 17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. 18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. 19 Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." 20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. 21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." 22 Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis." 23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. 24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu. 25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Teguh Mengikuti Yesus Yang Menderita

Kematian Yesus adalah kematian yang tragis. Tragis karena Yesus disiksa dan dianiaya tanpa ditemukan kesalahannya. Bisa dibayangkan bahwa ketika Yesus diadili oleh Pengadilan Romawi, dan pengadilan memutuskan bahwa tak ada satupun kesalahan yang dilakukan-Nya, namun akhirnya keputusan pengadilan harus mengalah pada pengadilan masa yang memaksa untuk menyalibkan Yesus dan akhirnya IA disalibkan karena tekanan masa. Tragis karena eksekusi terhadap Yesus berlangsung dan dipertontonkan di hadapan umum dan dilihat langsung oleh mata orang-orang yang mengasihi dan dikasihiNya. Namun meskipun tragis, Yesus tidak pernah kehilangan kuasa untuk menghadapi keadaan itu. Dalam keadaan derita-Nya, Yesus masih sempat memberikan penguatan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya untuk ada dalam ikatan persekutuan keluarga yang saling membutuhkan. Apa yang Yesus buat adalah contoh terbaik tentang bagaimana keluarga saling menguatkan satu dengan yang lain. Anak menguatkan orang tua, dan sebaliknya orang tua menguatkan anak. Terlebih itu, membangun hidup kekeluargaan dengan orang-orang terdekat juga sangatlah penting karena, di tengah-tengah keadaan terburuk pun, kasih Tuhan dapat mengalir melalui orang-orang terdekat yang dapat menjadi keluarga di dalam Tuhan.   

Doa:    Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mengingatkan kami untuk tetap teguh bertahan dalam  penderitaan, sambil tetap menjaga hidup persekutuan dengan sesama. Amin.

Jumat, 10 April 2020                            

bacaan : Matius 27 : 45 – 56

Yesus mati
45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. 46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 47 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." 48 Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. 49 Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." 50 Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. 51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, 52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. 53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. 54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." 55 Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. 56 Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

Kematian Kristus Membarui Hidup

Jumat ini bukan jumat biasa, melainkan Jumat Agung. Sang maut pun mengambil nyawa Yesus di kayu salib. Namun nyawa Sang Anak Domba Allah terlalu Agung hingga alam pun meratap dan memberontak terhadap sang maut. Jumat ini bukan juga jumat yang menyeramkan bagi mereka yang percaya tahyul dan roh-roh orang mati. Jumat ini adalah Jumat penuh harapan dan berkat, karena Yesus telah turun ke dalam kerajaan maut dan mengubah kutuk menjadi berkat. Maut tidak lagi berkuasa atas tubuh yang fana. Segala ketakutan, kekuatiran dan penderitaan di dunia bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan maut sendiri pun tak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Saudara-saudari, yakinlah bahwa selalu ada harapan baru dibalik segala rasa sakit, kepedihan, derita, dan pencobaan. Jangan Takut karena kematian Kristus memberi harapan baru dan hidup baru setiap orang percaya. Selamat merayakan Jumat Agung…..!

Doa:    Tuhan Yesus, darah-Mu yang suci, bukan hanya membasuh dosa kami, tetapi memberi harapan dan kekuatan bagi kami untuk menjalani hidup ini. Terima kasih untuk segala pengorbanan-Mu Bapa, karena kami percaya hidup kami selamat di dalam tangan-Mu. Amin.  

Sabtu, 11 April 2020                                

bacaan : Lukas 23 : 50 – 56

Yesus dikuburkan
50 Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. 51 Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. 52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. 54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan.

Lakukanlah Hal Yang Baik dan Benar

Menjadi orang yang baik dan benar dalam suatu lembaga Pengadilan, memang sangat sulit, tergantung bagaimana orang memaknainya. Namun disini Lukas menjelaskan tentang kehidupan Yusuf dari Arimatea, salah seorang anggota Majelis Besar (Sanhedrin) yang merupakan Mahkamah Agama Yahudi. Menurut Lukas, Yusuf adalah seorang yang baik dan benar dan ia tidak setuju dengan keputusan dan tindakan Majelis Besar untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus. Meskipun suaranya tidak didengar karena banyaknya kepentingan kekuasaan Yahudi, tetapi Yusuf tidak tinggal diam. Setelah ia melihat bahwa Yesus telah mati, ia memberanikan dirinya untuk menghadap Pilatus, meminta mayat Yesus untuk dikuburkan. Yusuf tau bahwa tindakannya sangat berbahaya, sebab risikonya sangat besar yaitu hidupnya sendiri, tetapi ia rela melakukannya karena imannya kepada Yesus. Ia menurunkan mayat Yesus, dan melayani semua persiapan pemakaman sebagaimana mestinya sesuai adat istiadat Yahudi. Seringkali kita terjebak dalam pilihan yang sulit antara iman dan percaya kepada Yesus dengan  berbagai kepentingan manusiawi. Tetapi melakukan sesuatu yang baik dan benar adalah suatu gaya hidup yang berorientasi untuk melakukan kehendak Yesus. Hal ini memang tidak mudah sebab kita diperhadapkan dengan godaan untuk memperhatikan kepentingan diri dan mengabaikan kepentingan bersama. Gaya hidup untuk melakukan hal yang baik dan benar hendaklah ditumbuhkan dan dirawat  dengan baik dalam kehidupan keluarga Kristen. Mulailah dengan hal-hal yang paling kecil, seperti berlaku setia walaupun tidak dihargai, terus menyayangi walaupun dibenci.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk berlaku baik dan benar, Amin.

*sumber : SHK bulan April 2020 terbitan LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *