fbpx

Santapan Harian Keluarga, 21-27 Maret 2021

jemaatgpmsilo.org

Tema Mingguan : “Taat dan Setia Dalam Penderitaan

Minggu, 21 Maret 2021   

bacaan : Ibrani 5 : 5 – 10

5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", 6 sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." 7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, 10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.

TAAT DAN SETIA DALAM PENDERITAAN

Dalam Surat Ibrani 5:5-10, Yesus digambarkan sebagai Imam Besar Agung yang tidak hanya melaksanakan tugas mempersembahkan korban seperti para Imam Besar bangsa Yahudi, tetapi rela mempersembahkan diri-Nya sendiri menjadi korban penyucian dosa manusia, dan sekaligus korban solidaritas-Nya dengan semua orang yang menderita. Dalam tradisi Yahudi, hanya Imam Besar yang boleh masuk ke ruang Maha suci untuk mempersembahkan korban mewakili umat Allah, tetapi kematian Yesus di Kayu Salib telah merobohkan Tabir Bait Suci, yang selama ini menjadi sekat pemisah, sehingga setiap orang bebas untuk datang kepada Allah. Tidak ada lagi yang menghalangi setiap orang yang ingin datang membawa bebab hidup kepada-Nya, Ia bahkan menyediakan diri-Nya sebagai Imam Besar Agung, yang telah mengorbankan diri-Nya ganti manusia berdosa. Sesungguhnya penderitaan Yesus menggambarkan penderitaan jutaan umat manusia yang dikorbankan oleh praktek ketidak-adilan, kekerasan, dan praktek yang tidak berperikemanusiaan. Tetapi sejalan dengan itu, penderitaan Yesus-pun merepresentasikan keberadaan Allah yang sunguh-sungguh peduli, solider, dan bersedia menanggung semua beban penderitaan itu di tiang kayu salib. Hal ini menolong kita untuk memahami bahwa: setiap orang yang menderita, sakit, yang punya beban hidup, pasti dikuatkan oleh Allah untuk berjuang mengatasi semua beban penderitaan-nya dengan tidak gentar. Setiap orang yang menderita hendaklah bergantung, berharap, percaya dan meyakini kuasa Allah yang sanggup memberi pertolongan. Satu hal yang harus dilakukan adalah taat dan setia melakukan kehendak Tuhan, seperti Yesus yang belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya dan sesudah IA mencapai kesempurnaan-Nya, IA menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Doa: Tuhan ajarlah kami untuk berlaku taat dan setia hanya kepada-Mu, Amin.

Senin, 22 Maret 2021      

bacaan : Ibrani 11 : 32 – 40

32 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, 33 yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34 memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. 35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. 36 Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. 37 Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. 38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. 39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. 40 Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

BERDIRI TEGUH HADAPI PENDERITAAN

Penulis surat Ibrani menyebutkan banyak tokoh Perjanjian Lama untuk menjelaskan gagasannya tentang iman. Tokoh-tokoh itu disebutkan di pasal 11 dan bacaan hari ini merupakan bagian darinya. Ia mengawali paparannya dengan menyebutkan pengertian iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (1). Orang beriman pasti taat dan setia sebagaimana nyata dalam kisah hidup tokoh Habel sampai dengan Rahab (1-31). Taat dan setia merupakan karakter iman yang dapat juga ditemukan dalam kisah hidup Gidion, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel dan para nabi. Mereka adalah tokoh yang disebutkan dalam bacaan hari ini. Kisah hidup Gidion dan yang lainnya layak untuk dijadikan inspirasi iman menjalani kehidupan di usbu Sengsara VI ini. Ketaatan dan kesetiaan adalah daya hidup terutama pada saat mengalami penderitaan atau kesukaran dan Gidion contohnya. Ia diangkat menjadi Hakim untuk mengatasi persoalan penyembahan Baal oleh umat Israel (Hak.6:28-32) dan ancaman orang Midian (Hak.8:4-21). Ia menghadapi penolakan baik dari dalam oleh bangsanya sendiri maupun ancaman yang datang dari luar, yakni dari orang Midian. Kesukaran dihadapi dengan tetap taat dan setia melakukan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya. Inilah sikap beriman yang layak untuk diteladani. Dewasa ini kitapun hidup dalam situasi yang tidak mudah. Virus Corona masih menjadi ancaman mematikan. Hidup kita juga terancam karena masalah pendidikan, ekonomi dll. Hadapilah situasi seperti ini dengan tetap menjadi orang percaya yang taat dan setia. Yakinlah akan kasih karunia Tuhan yang tersedia bagi semua orang yang berserah dan berharap pada-Nya. Berdirilah teguh, jangan goyah sebab kemurahan Tuhan tidak pernah berkesudahan.  

Doa: Ya Tuhan, kuatkanlah kami agar tetap taat dan setia pada saat mengalami penderitaan, Amin.

Selasa, 23 Maret 2021   

bacaan : 2 Korintus 8 : 1 – 5

Pelayanan kasih

Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. 2 Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. 3 Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. 4 Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. 5 Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

BERSUKACITA DAN BERBUAT BAIK DALAM PENDERITAAN

Paulus mendorong jemaat Korintus untuk menjadi penyumbang sukarela bagi pengikut Kristus di Yerusalem. Karena itu pengalamannya dengan jemaat-jemaat di Makedonia ia ceritakan kepada jemaat korintus. Maksudnya agar jemaat Korintus mendapat inspirasi dan motivasi untuk memberi sumbangan. Bacaan hari ini mengisahkan pengalaman jemaat – jemaat di Makedonia, yaitu jemaat Filipi, Tesalonika, dan Berea (Kis. 16:12-17:13). Mereka dicobai dengan berat dalam penderitaan, namun tetap bersukacita dan kaya dalam kemurahan (2). Ia tidak menyebutkan secara jelas tentang kesukaran yang dialami jemaat Makedonia. Hal penting yang diceritakan Paulus adalah sikap bersukacita dan tindakan berbuat baik. Bersukacita dan berbuat baik harus tetap dimiliki dan diwujudkan walaupun sedang mengalami penderitaan. Bersukacita dan berbuat baik adalah keunikan kekristenan. Kita harus terus belajar bersukacita walau sedang diterpa berbagai kesukaran. Jadi bersukacita adalah kekuatan iman menghadapi pergulatan hidup. Dua orang pelukis pernah melukiskan tentang damai atau sukacita. Pelukis yang pertama melukiskan sepasang kekasih yang sedang menikmati keindahan danau dengan air yang tenang dan dikelilingi pepohonan rindang serta hangatnya mentari di hari yang cerah.   Sedangkan pelukis kedua melukiskan seekor burung yang bersarang di tebing batu terjal dan sedang bersiul walaupun badai sementara menderu dengan hebatnya. Sukacita Kristen adalah seumpama seekor burung yang bersarang di tebing batu yang terjal dan tetapi tetap bersiul walau cuaca sedang memburuk. Kita tetap bersukacita sekalipun kehidupan sedang menderu dengan berbagai penderitaan. Sukacita itulah yang melahirkan perbuatan baik. Sama seperti orang-orang di Makedonia itu, meskipun mereka sangat miskin, namun kaya dalam kemurahan.

Doa:  Ya Tuhan tolong kami untuk tetap bersukacita dan berbuat baik walau sedang menderita. Amin.

Rabu, 24 Maret 2021  

bacaan : Yohanes  11 : 17 – 44

17 Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. 18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. 19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." 23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" 27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." 28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." 29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. 30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. 31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. 32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." 33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: 34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" 35 Maka menangislah Yesus. 36 Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" 37 Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" 38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. 39 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." 40 Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" 41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." 43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" 44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."

TETAP PERCAYA PADA YESUS DITENGAH KEDUKAAN

Kematian adalah peristiwa yang pasti, walaupun demikian setiap orang yang kehilangan orang terkasih karena kematian, akan berduka. Marta dan Maria mengalami kedukaan karena Lazarus saudara mereka meninggal dunia. Kisah kematian dan kebangkitan Lazarus ini menegaskan pesan teologis bahwa Yesus adalah Anak Allah yang penuh kuasa dan kuasa Allah itu dinyatakan di tengah berbagai peristiwa termasuk kematian, dan hal ini membutuhkan percaya dan penyerahan diri kepada Allah. Dalam dukanya, Marta dan Maria tetap percaya pada Yesus yang berkuasa. Percaya dan berserah menjadi kekuatan bagi Marta dan Maria untuk menjumpai Yesus. Marta berkata: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati”. Maria saudara Marta yang juga memiliki iman pada Yesus yang berkuasa itu, Ketika mendengar bahwa Yesus datang, lalu pergi menjumpai-Nya. Maria bertemu Yesus dan tersungkur di depan kaki-Nya. Tersungkur adalah tindakan yang mengekspresikan penyerahan diri dan kesungguhan percaya. Yesus membangkitkan Lazarus karena kedua saudaranya tetap percaya ditengah kedukaan mereka. Kisah ini hendaknya dijadikan inspirasi iman bagi kita, agar tidak kehilangan percaya kepada Yesus, walaupun dilanda berbagai persoalan hidup termasuk kehilangan orang-orang terkasih dalam kematian. Ingatlah bahwa kuasa Allah melebihi kepahitan yang paling hebat. Ia sanggup mengatasi seluruh keluh kesah atau penderitaan. Ketika Yesus berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup…..”(ay.25.a), sesungguhnya Yesus ingin mengatakan bahwa kita tetap menjadi milik Yesus baik ketika hidup maupun ketika sudah mati, dan kita akan tetap hidup Bersama Yesus, walaupun sudah mati. Hal ini akan memberi kekuatan bagi orang percaya menghadapi berbagai peristiwa duka karena kematian.

Doa: Tuhan, berikanlah kepada kami kekuatan untuk tetap percaya pada waktu mengalami dukacita. Amin.

Kamis, 25 Maret 2021   

bacaan : Kisah Para Rasul 11 : 22 – 26

22 Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. 23 Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, 24 karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. 25 Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. 26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

WALAUPUN DIANIAYA, INJIL TERUS DIBERITAKAN

Jemaat perdana yakni pengikut Kristus di Yerusalem, menghadapi penganiayaan yang hebat, tetapi itu mendorong mereka pergi ke wilayah-wilayah lain untuk memberitakan injil tentang Yesus. Walaupun Stefanus dihukum mati, dan penganiayaan terus berlangsung, tetapi pengikut Kristus tersebar sampai ke Fenisia, Siprus, dan Antiokia (Kis. 11:19). Injil diberitakan bukan saja kepada orang Yahudi tetapi juga kepada orang-orang Yunani (Kis. 11:20). Jemaat di Yerusalem mendengar kabar tentang pemberitaan injil di Anthiokia, lalu mengutus Barnabas ke situ. Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan Iman (Kis 11:24). Ia tiba di Antiokia dan bersukacita karena melihat pertumbuhan pemberitaan injil tentang Yesus di kota-kota yang bukan Yahudi itu. Penganiayaan berdampak positif, pengikut Kristus tersebar ke banyak tempat dan injil diberitakan. Pemberitaan dan pertumbuhan injil di Antiokia membuktikan bahwa pemberitaan injil tidak mungkin dihambat dengan penganiayaan. Pemahaman inilah yang menjadi dasar bagi Barnabas untuk menasihati para pengikut Kristus di Antiokia. Mereka dinasihati agar tetap setia kepada Tuhan. Barnabas membagi pengalaman iman-nya untuk meneguhkan jemaat di Antiokia, Ketika ia mengalami situasi hidup yang berat di Yerusalem namun tetap setia. Bacaan hari ini juga menyaksikan bahwa di Anthiokia-lah untuk pertama kalinya pengikut Kristus disebut Kristen. Hal ini menjadi penting bagi orang percaya di saat ini, ketika menghadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup yang berat. Dalam iman dan ketaatan kepada Yesus, kita akan dimampukan untuk terus memberitakan Injil Kristus lewat sikap dan perilaku hidup yang baik.  Dan oleh karena itu hendaklah kita terus belajar menjadi orang baik, dituntun oleh kuasa Roh Kudus dan tetap beriman serta setia di dalam segala hal.

Doa: Bapa pengasih, layakanlah kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu yang   setia. Amin 

Jumat, 26 Maret 2021 

bacaan : Daniel 3 : 13 – 18

13 Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, 14 berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? 15 Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" 16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

SELAMAT KARENA TETAP PERCAYA

Kitab Daniel menceritakan kisah tentang Daniel dan tiga orang temannya, yakni Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka adalah sebagian dari umat Israel yang hidup dalam masa pembuangan di Babel.  Babel adalah negeri asing dan di situ iman mereka berkali-kali mendapat ujian. Jiwa para pemuda ini terancam, namun mereka tetap setia kepada Allah. Bacaan hari ini bertutur tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Perlakuan yang demikian dialami karena mereka tidak bersedia menyembah patung emas yang dibuat oleh raja Nebukadnezar (pasal 3:1, 5-6,12). Nebukadnezar memanggil untuk menanyakan dan memastikan bahwa mereka tidak mematuhi perintahnya. Perintah untuk menyembah patung emas tidak mereka patuhi, juga pada waktu berhadapan langsung dengan Nebukadnezar. Pemuda-pemuda ini tetap setia, dan tidak berpaling dari Allah, walaupun menghadapi ancaman kematian. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dikisahkan penulis sebagai pahlawan sekaligus teladan. Kita dapat belajar tentang bagaimana kesetiaan dan keberanian yang luar biasa dari mereka. Hal ini dapat disimak dalam pernyataan mereka: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang meyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu (17-18).  Mereka dapat melalui kesukaran itu dan selamat karena kesetiaan percaya. Orang-orang muda ini tetap percaya dan Tuhan menolong serta menyelamatkan mereka. Keteguhan iman ketiga pemuda ini menginspirasi kita agar tetap teguh berpegang pada iman, ketaatan dan kesetiaan kita kepada Yesus, walaupun diperhadapkan dengan berbagai godaan.

Doa: Ya Tuhan teguhkanlah percaya kami agar dapat selamat dari berbagai ancaman kehidupan. Amin

Sabtu, 27 Maret 2021    

bacaan : Yesaya 42 : 1 – 4

Hamba TUHAN

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. 2 Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. 3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. 4 Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

JANGAN TAWAR HATI DAN HILANG SEMANGAT KETIKA DUNIA TIDAK SESUAI HARAPAN KITA

Menjadi hamba yang taat dan setia memang tidak mudah, ketika dunia tidak seperti yang kita harapkan. Ketika cara dan kiat yang digunakan oleh dunia membanjiri kekeristenan kita, adalah hal yang benar-benar tidak mudah untuk bertahan menghidupi iman dan mematuhi nilai-nilai yang datang dari Allah.

Alkitab menunjukkan bahwa hamba tidak mencari tepuk tangan, tetapi menggunakan tindakan untuk membuktikan kebenaran firman yang diberitakan, walau tindakan itu membuat ketidakpuasan orang lain, olehnya standar penilaian orang lain akan membuat hati hamba itu pudar dan kehilangan semangat.  Akan ada yang mempertanyakan: Mengapa tidak membiarkan suara kita didengar di lebih banyak tempat? Dalam lingkungan yang berorientasi pasar, mengapa tidak membiarkan pasar mendominasi cara kita mengabarkan kebenaran firman? Mengapa tidak mengejar angka?

Namun, untuk menjadi hamba Allah, kita harus memiliki prinsip untuk bersedia menolak tantangan arus, secara totalitas mengejar konsep keadilan dan kebenaran. Bagaimana sepatutnya kehidupan kita menunjukkan karakteristik keadilan kebenaran? Kita sering berpikir bahwa kita perlu hidup dengan cara dunia yang mengejar suara nyaring tepuk tangan dan status kedudukan, serta mempercayai bahwa ini adalah pintu menuju kesuksesan. Kita juga akan memakai cara-cara yang buruk untuk mempertahankan posisi kita. Siapa yang menyangka bahwa hamba yang sebenarnya tidak seperti itu? Hamba ini tidak berteriak atau menyaringkan suara, yang berarti bahwa ia tidak akan mengikuti cara-cara umum dunia, tetapi memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan kebaikan dan keindahan, dengan niat baik kepada orang lain, dan di sinilah keberadaan kebenaran dan keadilan hamba yang taat dan setia.

Doa: Tuhan, jadikanlah kami hambaMu yang taat dan setia. Amin.

*sumber : SHK bulan Maret 2021, LPJ-GPM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *