SANTAPAN HARIAN KELUARGA (SHK) Sabtu, 19 November 2022
1 Tawarikh 15 : 11 – 14
Diri Kudus, Allah Dimuliakan
Teks ini menyaksikan bahwa akta menguduskan diri berkaitan dengan pelaksanaan peribadatan. Orang yang diizinkan untuk beribadat kepada Allah adalah “orang kudus” atau “orang tahir”. Seseorang menjadi najis karena menderita penyakit tertentu, melanggar aturan, menyentuh mayat dan karena itu tidak diizinkan beribadat kepada Allah. Orang yang telah najis harus ditahirkan dengan cara mempersembahkan kurban, membasuh diri, dan tidak berhubungan seks.
Paham “najis tahir” inilah yang menjadi pegangan bagi Daud untuk memerintahkan para Imam dan orang Lewi melaksanakan akta menguduskan diri. Akta menguduskan diri harus mereka lakukan sebelum melangsungkkan pemindahan tabut Tuhan, Allah Israel. Tabut Allah ini berisikan dua loh batu yang diterima oleh Musa di gunung Sinai. Daud pahan bahwa proses menguduskan diri dan kehadiran orang Lewi sangatlah penting. Merekalah yang dipilih Allah untuk mengangkat tabut dan menyelenggarakannya sampai selama-lamanya (lihat ayat 2 dan 13).
Paham tentang menguduskan diri bermakna bagi kita sehubungan dengan kesadaran tentang kehadiran Allah, sikap memuliahan Allah dan akta peribadatan. Kesalahan dapat saja kita lakukan selama melakoni aktifitas dalam keseharian hidup. Sadar dan mengakui kesalahan serta mohon pengampunan Tuhan perlu dilangsungkan dengan sungguh-sungguh. Belajar dari kehidupan untuk memperbaiki kesalahan membuka kemungkinan menjalani hidup beriman dengan lebih baik lagi. Kualitas hidup beriman harus terus dipelihara dan ditumbuhkan.
Hidup beriman ditandai baik oleh kekudusan diri, meyakini kehadiran Tuhan, gemar beribadat maupun memuliakan Dia dalam segala hal. Mari berusaha melakukan hal apa pun dalam kekudusan atau dengan tidak melakukan kesalahan, menyadari bahwa Tuhan ada bersama kita serta menjalani keberadaan seumpama sedang beribadat agar segala sesuatu menjadi kemuliaan bagi Dia.
Doa: Ya Bapa, biarlah hidup ini tetap kudus di hadapan-Mu. Amin.