fbpx

Untuk Sukses Usaha, Harus Pandai Baca Peluang

AMBON, jemaatgpmsilo.org

Itu adalah salah satu tips sukses yang dihasilkan dari pelaksanaan Seminar Pengembangan Ekonomi Keluarga, yang digelar di Jemaat GPM Silo pada Sabtu, 18 Mei 2019 pkl. 16.00 s.d selesai berlokasi di ruang serba guna Gereja Silo.

Kegiatan yang diamanatkan dalam hasil persidangan jemaat ke-37 Jemaat Silo itu, tanggung jawab pelaksanaannya berada pada Majelis Sub Seksi Kemitraan Laki-laki dan Perempuan, Seksi Pemberdayaan Teologi dan Pembinaan Umat [PTPU].

Pnt. J.Th. M. Sipahelut selaku Wakil Ketua Majelis Jemaat GPM Silo dalam arahan pembukaannya menegaskan bahwa, kegiatan ini adalah bagian penting dari strategi pemberdayaan umat di bidang ekonomi bagi umat di Silo. Karena ini, diharapkan bapak/ibu peserta dapat mengikuti secara serius, demi pengembangan usaha, maupun pengembangan kualitas sumberdaya umat.

Hadir sebagai narasumber tunggal adalah DR. Ongky Samson, M.Si yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen, dan sekaligus salah satu Pembantu Dekan di Fakultas Ekonomi UKIM. Dengan dimoderatori oleh Diaken Agus Matulessy, Pak Ongky dengan gayanya yang khas memotivasi peserta seminar tentang trik-trik mengembangkan usaha mikro kecil. ” Usaha atau bisnis yang paling cepat menunjukkan hasilnya adalah kuliner. Mengapa..?? Karena pada dasarnya manusia membutuhkan makan. Makanan atau bisnis kuliner akan selalu dibutuhkan karena menjadi kebutuhan primer. Tiap hari setiap orang pasti butuh makanan” Ungkap Ongky penuh antusias.

Samson mengingatkan kepada peserta seminar bahwa, “setidaknya ada 3 macam usaha atau bisnis yang sangat rentan dan sensitif disikapi oleh pelanggan/konsumen, yaitu : bisnis kuliner, salon atau gunting rambut dan jahit pakaian. Karena itu, bagi bapak/ibu basudara yang menggeluti bisnis ini harus teliti dan menjaga betul kualitas hasilnya. Makanan bermasalah, pasti ditinggal pelanggan. Gunting rambut tidak sesuai keinginan, pasti ditinggal pelanggan. Jahit baju tidak pas ukuran, pasti ditinggal pelanggan.”

Dalam sesi tanya jawab dan diskusi, beberapa peserta mempertanyakan metode atau teknis menabung yang baik [Bapak Vinno Parera], atau juga menanyakan besaran presentase penggunaan anggaran antara modal usaha, aset yang diputar dan keuntungan [Bapak Max Tuanakotta], atau juga mencoba mengkomparasi keberhasilan “orang pendatang” yang lebih gigih dalam menekuni usaha mereka [Bapak Jems Egbert].

Salah Satu Penanya : Bapak Max Tuanakotta

Atas semua pertanyaan dan tanggapan tersebut, Pak Ongky memberikan beberapa tips sukses dalam usaha mikro kecil level keluarga, yaitu pertama, pelaku usaha harus PD [percaya diri]. Artinya, daya juang untuk menekuni sebuah usaha harus benar-benar kuat dan tangguh. ” Jangan tantangan sedikit datang lalu mundur, dapat persoalan sedikit lalu mundur, rugi sedikit lalu mundur. Daya juang ini yang saya sebut PD harus benar-benar dimiliki setiap pelaku usaha.

Tips yang kedua, jangan cepat merasa puas dengan hasil yang dicapai. Keuntungan yang diperoleh harus terus dipupuk dan dipertahankan serta diperlabakan, bukan untuk dibelanjakan. “Orang Ambon, khususnya orang kristen kalau sudah untung sedikit, langsung dibelanjakan. Maunya yang enak-enak dan sukanya menang gaya. Beta biasa bilang baru untung 10, sudah belanja 15. Lalu mau usaha model apa seperti begini..??!!

Tips yang ketiga, jangan selalu melibatkan emosional dalam berbisnis. “Orang Ambon, terlebih orang kristen ketika punya usaha sedikit, cepat hati lombo [baca : rasa belas kasihan] terlebih kepada sanak-saudara, family, keluarga jauh dan seterusnya. Lalu jualan atau produk itu diberikan/diberi harga murah, karena pertimbangan relasi-relasi kekeluargaan tersebut. Ini harus dihindari.”

Tips keempat, jangan habiskan energi untuk melakukan semua hal. Maksudnya, ketika sudah menghasilkan sebuah produk kuliner [misalnya : pisang goreng, nagasari atau lainnya] usahakan kita tidak menjualnya sendiri, tetapi bangunlah hubungan atau relasi dengan toko-toko atau rumah kopi atau pondok-pondok untuk menjualnya. Dengan begitu energi kita tidak terkuras, kita bisa menyiapkan hal lain untuk pengembangan usaha. Keuntungan yang lain, pemasaran kita bisa lebih luas dan menjangkau semakin banyak orang.

Dan Tips yang kelima, adalah harus mampu mempertahankan mutu atau kualitas. Bila produk kuliner kita dikenal enak dan murah, mutu itu harus sedapat mungkin dipertahankan, jangan sekali-kali merubah, apalagi untuk mengejar keuntungan yang lebih besar. “Dulu “wajik galala” sangat terkenal karena rasanya, tetapi sekarang mutu rasa wajik galala sudah jauh menurun, akibatnya tanta-tanta galala dudu bajual dari pagi sampe sore jua 1 dulang tarabis-abis” ungkap Ongky sedikit emosional. [BK]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *